Standar dasar p Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar

30 informasi dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mencari terjemahan dalam kamus, mencari informasi dari sumber referensi ensiklopedi. Peserta didik pada sekolah dasar negeri sudah memiliki pembiasaan untuk mencari informasi di perpustakaan secara mandiri. Sedangkan keterampilan literasi digital yang sudah pada tingkat paham belum didayagunakan untuk mencari informasi di perpustakaan pada kedua sekolah tersebut. Fasilitas komputer yang ada di perpustakaan pada kedua sekolah masih belum dimanfaatkatkan secara maksimal untuk mengakses informasi yang berhubungan dengan sumber belajar. Observasi atau pengamatan selanjutnya berkaitan dengan lokasi dan akses terhadap petunjuk-petunjuk di perpustakaan untuk mengetahui dimana koleksi berada. Petunjuk yang menginformasikan jenis koleksi lebih banyak terdapat di sekolah dasar negeri. Secara awam dengan banyaknya petunjuk tersebut lebih memudahkan pemustaka dalam hal ini peserta didik dalam menemukan koleksi yang diinginkan. Perbedaan hasil yang cukup besar setelah topik orientasi perpustakaan adalah topik evaluasi informasi. Topik evaluasi informasi masih terkait atau erat kaitannya dengan topik penelusuran dan organisasi informasi. Setelah menelusur informasi dan mengorganisir informasi, tindakan kongkrit yang dapat dilatih kepada peserta didik adalah bagaimana peserta didik mampu mengevaluasi perbedaan antara fakta dan opini. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh penulis dengan memeriksa kembali jawaban dari daftar pertanyaan pada angket kuesioner yang telah diisi tentang membedakan fakta dan opini. Hasil jawaban yang didapat peserta didik sekolah dasar negeri sedikit lebih memahami dibandingkan dengan peserta didik sekolah dasar swasta. Evaluasi informasi merupakan saat peserta didik menilai produk akhir yang dihasilkan dapat menjawab pertanyaan dalam mengembangkan topik pada langkah orientasi perpustakaan. Selanjutnya bagaimana peserta didik mengevaluasi secara kritis penyelesaian tugas yang telah diberikan atau pemahaman baru atas permasalahan. Apakah permasalahan itu berhasil dipecahkan ? Selain itu, proses pemecahannya juga perlu dievaluasi. Adakah hal-hal lain yang perlu diperbaiki untuk penyelesaian masalah di kemudian hari ? Evaluasi dapat dilakukan atas masukan dari tenaga pendidik sehingga terjadi kolaborasi antara tenaga pendidik dan pustakawan dalam meningkatkan kualitas peserta didik. Evaluasi menyeluruh dapat dilakukan setelah pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan materi literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran yang direkomendasikan oleh penulis dalam penelitian ini. Hasil keterampilan literasi digital sebagai keterampilan pendukung pada sekolah dasar swata lebih tinggi dari sekolah dasar negeri karena materi yang diajarkan pada sekolah dasar swasta lebih dalam. Hal ini dapat terlihat dari silabus mata pelajaran TIK yang terdapat pada lampiran diakhir penelitian ini. Namun dari kedua silabus tersebut belum terlihat keterampilan literasi informasi yang memanfaatkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber melalui perangkat komputer.

4.15 Rekomendasi Pengembangan Kurikulum

Berdasarkan jawaban hasil angket kuesioner yang telah ditabulasi, diolah, diprosentase kemudian hasilnya ditafsirkan dalam bentuk tingkat pemahaman, serta hasil rekapitulasi tingkat pemahaman literasi informasi dari sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri maka tingkat pemahaman keterampilan literasi informasi peserta didik sekolah dasar masih di bawah tingkat paham. Sedangkan literasi digital sebagai keterampilan pendukung, secara umum prosentase sudah pada tingkat paham. Dengan melihat hasil yang diperoleh dari peserta didik, maka dapat disampaikan rekomendasi dalam pengembangan kurikulum agar literasi informasi yang bersifat interdisipliner dapat diajarkan, memberi manfaat, dan dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Rekomendasi pengembangan kurikulum diperlukan karena perpustakaan sekolah bagian integral dalam proses pendidikan IFLA, 2006. Dalam program pengembangan kurikulum yang mengacu pada IFLA UNESCO School Library Guidelines, maka perpustakaan sekolah hendaknya dipandang sebagai bagian dalam proses pendidikan guna memenuhi berbagai tujuan yang berkaitan dengan : a. Literasi informasi untuk seluruh komunitas pendidikan, seperti: pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Literasi informasi tersebut kemudian dikembangkan dan diberikan secara bertahap melalui sistem sekolah. b. Ketersediaan sumberdaya informasi bagi peserta didik pada semua tingkat pendidikan. c. Membuka penyebaran informasi dan pengetahuan untuk seluruh komunitas pendidikan sebagai pelaksanaan hak memperoleh informasi di era keterbukaan informasi publik seperti saat ini. Berikut langkah-langkah perencanaan program literasi dalam rangka pengembangan kurikulum di sekolah yang mengacu pada proceeding Stern, 2003 dalam konferensi National Forum on Information Literacy yang didukung oleh UNESCO : a. Membuat analisa dan kajian awal tentang bagaimana program literasi informasi yang akan didesain sesuai dengan kebutuhan sekolah. Mendesain dan menerapkan program literasi informasi di suatu lingkungan yang tidak membutuhkan literasi informasi akan berpotensi kegagalan. Adanya kajian awal tentang kebutuhan ini sangat penting sebelum melangkah ke tahapan selanjutnya. b. Mengidentifikasi dan menginventarisasi kebutuhan literasi informasi, serta mengidentifikasi kekuatan dari kelompok yang dituju, dalam hal ini peserta didik sekolah dasar. Pengembang program literasi informasi perlu mengetahui dengan tepat jenis pembelajaran yang paling sesuai untuk kelompok yang dituju. Perencanaan program literasi informasi dalam rangka pengembangan kurikulum di sekolah dasar sejalan dengan ditetapkannya kurikulum baru yang memiliki kecenderungan perubahan sistem pembelajaran yang berpusat pada pendidik teacher centered learning ke sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Desain intruksional yang efektif sebaiknya dimulai dengan pertanyaan dasar seperti: