Standar dasar sistem Standar dasar

4.13 Standar dasar p

Indikator keem pernyataan yang terdi a. Membuat dokum b. Menyimpan d c. Membuka dokum d. Mengidentifi e. Menunjukkan t f. Menggunaka file dan nama g. Menggunaka h. Menggunaka i. Menggunaka j. Format ukura k. Mengatur teks l. Mengatur spa m. Menggunaka n. Menggunaka o. Mengatur mar p. Memilih tam q. Mengidentifi terkait yang ppt, pptx. Berkaitan denga dan sesuai dengan r pemahaman standar da 7.73 19.41 72.86 C A SD Swasta A = Belum Paham B = Perlu Bimbingan C = Paham Gambar 7 Pros se ar pengolah kata empat adalah standar dasar pengolah kat rdiri dari : dokumen baru. n dan menutup dokumen. dokumen yang ada. ntifikasi pita dan toolbar. ukkan tentang perbedaan fungsi Save dan Save kan Save As untuk menyimpan ke folder tert ma dokumen. kan menu undo dan redo. kan menu cut, copy and paste kan menu spell check dan grammar check. ukuran size, warna color dan jenis font. teks untuk: rata kiri, rata tengah, rata kanan, dan spasi tunggal atau ganda. kan bullets dan automatic numbering. kan menu print dan print preview. margin. ampilan portrait atau landscape. ntifikasi ekstensi file, jenis dokumen yang sesu g digunakan untuk membukanya: pdf, xls, doc ngan checklist daftar cocok dalam kuesioner y n rumusan yang telah dipaparkan, maka pros r dasar pengolah kata dari kedua sekolah tersebut 9.74 74.26 C A 19.41 B an A = Belum Paha B = Perlu Bimbi C = Paham rosentase tingkat pemahaman standar dasar pen sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri SD Neger 27 kata terdapat 17 Save As. ertentu atau lokasi k. n, dan justify. suai dan program doc, docx, rtf, pub, r yang disebarkan prosentase tingkat ebut : 9.74 15.99 B ham bingan pengolah kata geri 28 Berikut rekapitulasi keterampilan literasi digital yang sudah mencapai tingkat paham pada sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri ditunjukkan dalam Tabel 2: Tabel 2 Tingkat Pemahaman Literasi Digital SD Swasta dan SD Negeri No. Topik Prosentase Pemahaman SDS SDN 1 Standar dasar penggunaan komputer 70.64 59.38 2 Standar dasar internet 58.07 51.56 3 Standar dasar sistem operasi windows 70.54 65.82 4 Standar dasar e-mail 72.14 57.34 5 Standar dasar pengolah kata 72.86 74.26

4.14 Pembahasan Hasil Analisis

Setelah menganalisis melalui proses identifikasi keterampilan literasi informasi dan keterampilan literasi digital sebagai pendukungnya, ternyata hasil yang didapat belum sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan literasi digital sebagai keterampilan pendukung belum sejalan atau berbanding lurus dengan keterampilan literasi informasi yang didapat oleh peserta didik. Hasil analisis menunjukkan keterampilan literasi digital meskipun secara umum prosentase sudah pada tingkat paham, hasil yang didapat pada sekolah dasar swasta lebih tinggi dari sekolah dasar negeri. Namun keadaan tersebut berbanding terbalik dengan hasil analisis keterampilan literasi informasi. Hasil tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Caroline Stern 2002 dalam papernya Information literacy unplugged: teaching information literacy without technology, menyatakan literasi informasi adalah kemampuan untuk menemukan informasi, mencatat atau merekam informasi, memanfaatkan untuk diri sendiri dan atau mengajarkannya bagi orang lain. Pada akhirnya adalah untuk menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dalam penelitian ini peserta didik yang telah memiliki akses ke komputer dan ke dunia maya tidak secara otomatis memiliki keterampilan literasi informasi karena komputer dan sarana pendukungnya hanyalah alat bantu. Selanjutnya Stern menyatakan bahwa seseorang yang telah berinformasi atau memiliki keterampilan literasi informsi di era teknologi informasi adalah orang yang memiliki keterampilan intelektual dan mampu memanfaatkan sumber informasi melalui perangkat komputer secara legal dan etis serta memiliki tanggung jawab sosial. Pembahasan hasil analisis diatas menjadi salah satu tema yang direkomendasikan oleh penulis dalam penelitian ini. Hasil rekapitulasi keterampilan literasi informasi di sekolah dasar negeri lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah dasar swasta. Berangkat dari hasil tersebut penulis melakukan observasi atau pengamatan kembali terhadap ketiga topik literasi informasi yang masih di bawah tingkat paham, seperti pada topik orientasi perpustakaan, penelusuran dan organisasi informasi, serta evaluasi informasi. Observasi atau pengamatan kembali dilakukan oleh penulis terhadap aspek-aspek yang terkait dengan ketiga topik tersebut, seperti: kegiatan belajar mengajar, koleksi yang terdiri dari jenis koleksi dan jumlah koleksi, serta perilaku peserta didik dalam mencari informasi di perpustakaan.Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar negeri sudah memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. Hal ini bisa terlihat dari koleksi perpustakaan sudah mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 7329:2009 bidang perpustakaan dan Standar Nasional Perpustakaan SNP 007:2011 yang menyatakan perpustakaan wajib menyediakan bacaan yang mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah yang meliputi koleksi non fiksi yang terkait kurikulum dan koleksi buku fiksi dengan perbandingan 60 : 40. Selain itu untuk jumlah koleksi perpustakaan sekolah dasar negeri menyediakan buku teks satu eksemplar per mata pelajaran per peserta didik, buku panduan pendidik satu eksemplar per mata pelajaran per bidang studi. Selain koleksi wajib, perpustakaan sekolah dasar negeri juga menyediakan buku pelajaran pelengkap yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan buku pelajaran pokok yang dipakai oleh peserta didik dan pendidik. Sedangkan koleksi perpustakaan di sekolah dasar swasta belum mengacu pada kedua standar tersebut baik SNI dan SNP. Koleksi perpustakaan di sekolah dasar swasta sebagian besar masih didominasi oleh koleksi fiksi. Berkaitan dengan koleksi perpustakaan yang sebagian besar masih didominasi oleh koleksi fiksi di sekolah dasar swasta, perpustakaan masih berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat melalui buku-buku bacaan sesuai dengan usia dan tingkatan kelas. Meskipun di sekolah dasar swasta terdapat kebijakan jam wajib berkunjung ke perpustakaan berupa mata pelajaran baca tulis selama dua jam pelajaran setiap minggunya, perpustakaan belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar oleh pendidik dan peserta didik. Dengan mewajibkan jam wajib berkunjung ke perpustakaan diharapkan peserta didik memiliki minat dan budaya membaca menuju pembiasaan belajar mandiri yang menjadi saran rekomendasi dalam penelitian ini. Pada tahap orientasi perpustakaan, peserta didik diharapkan mengenal perpustakaan lebih dekat sehingga menjadi bagian dalam kegiatan belajar sehari- hari di sekolah. Orientasi perpustakaan merupakan langkah pertama dalam strategi literasi informasi sebagai proses dalam mengembangkan topik bahasan dari tugas- tugas sekolah yang diberikan dengan memahami pokok permasalahan terlebih dahulu. Pertanyaan kritis yang paling mendasar pada orientasi perpustakaan adalah koleksi perpustakaan apa yang perlu peserta didik cari. Berkaitan dengan koleksi yang dimiliki baik sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya. Seperti telah dipaparkan pada analisis tahap ketiga, keterampilan penelusuran dan organisasi informasi menjadi sangat penting dalam menggunakan dan memanfaatkan segala fasilitas di perpustakaan. Namun hasil analisis dari proses identifikasi yang didapat masih jauh dari harapan. Pemahaman peserta didik pada topik ini masih pada tingkat kurang paham. Observasi atau pengamatan kembali dilakukan oleh penulis pada topik ini. Observasi dilakukan terhadap kegiatan di perpustakaan terkait dengan perilaku peserta didik dalam mencari informasi di perpustakaan. Observasi dilakukan pada saat peserta didik mencari 30 informasi dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mencari terjemahan dalam kamus, mencari informasi dari sumber referensi ensiklopedi. Peserta didik pada sekolah dasar negeri sudah memiliki pembiasaan untuk mencari informasi di perpustakaan secara mandiri. Sedangkan keterampilan literasi digital yang sudah pada tingkat paham belum didayagunakan untuk mencari informasi di perpustakaan pada kedua sekolah tersebut. Fasilitas komputer yang ada di perpustakaan pada kedua sekolah masih belum dimanfaatkatkan secara maksimal untuk mengakses informasi yang berhubungan dengan sumber belajar. Observasi atau pengamatan selanjutnya berkaitan dengan lokasi dan akses terhadap petunjuk-petunjuk di perpustakaan untuk mengetahui dimana koleksi berada. Petunjuk yang menginformasikan jenis koleksi lebih banyak terdapat di sekolah dasar negeri. Secara awam dengan banyaknya petunjuk tersebut lebih memudahkan pemustaka dalam hal ini peserta didik dalam menemukan koleksi yang diinginkan. Perbedaan hasil yang cukup besar setelah topik orientasi perpustakaan adalah topik evaluasi informasi. Topik evaluasi informasi masih terkait atau erat kaitannya dengan topik penelusuran dan organisasi informasi. Setelah menelusur informasi dan mengorganisir informasi, tindakan kongkrit yang dapat dilatih kepada peserta didik adalah bagaimana peserta didik mampu mengevaluasi perbedaan antara fakta dan opini. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh penulis dengan memeriksa kembali jawaban dari daftar pertanyaan pada angket kuesioner yang telah diisi tentang membedakan fakta dan opini. Hasil jawaban yang didapat peserta didik sekolah dasar negeri sedikit lebih memahami dibandingkan dengan peserta didik sekolah dasar swasta. Evaluasi informasi merupakan saat peserta didik menilai produk akhir yang dihasilkan dapat menjawab pertanyaan dalam mengembangkan topik pada langkah orientasi perpustakaan. Selanjutnya bagaimana peserta didik mengevaluasi secara kritis penyelesaian tugas yang telah diberikan atau pemahaman baru atas permasalahan. Apakah permasalahan itu berhasil dipecahkan ? Selain itu, proses pemecahannya juga perlu dievaluasi. Adakah hal-hal lain yang perlu diperbaiki untuk penyelesaian masalah di kemudian hari ? Evaluasi dapat dilakukan atas masukan dari tenaga pendidik sehingga terjadi kolaborasi antara tenaga pendidik dan pustakawan dalam meningkatkan kualitas peserta didik. Evaluasi menyeluruh dapat dilakukan setelah pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan materi literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran yang direkomendasikan oleh penulis dalam penelitian ini. Hasil keterampilan literasi digital sebagai keterampilan pendukung pada sekolah dasar swata lebih tinggi dari sekolah dasar negeri karena materi yang diajarkan pada sekolah dasar swasta lebih dalam. Hal ini dapat terlihat dari silabus mata pelajaran TIK yang terdapat pada lampiran diakhir penelitian ini. Namun dari kedua silabus tersebut belum terlihat keterampilan literasi informasi yang memanfaatkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber melalui perangkat komputer.