34 Proses komunikasi di tataran tertinggi ini tidak atau belum mudah untuk
dilakukan oleh pendidik dan pustakawan. Penyebab utama adalah karena pendidik, pustakawan, dan kepala sekolah memiliki persepsi tentang bidangnya masing-
masing. Hartzel 2007 mengatakan bahwa pustakawan memandang atau menganggap perpustakaan sebagai pusat sekolah, pendidik memandang atau
menganggap kelas sebagai pusat sekolah, sedang kepala sekolah memandang atau menganggap sekolah sebagai konstelasi dari elemen-elemen yang berinteraksi.
Persepsi yang mengagungkan dunia masing-masing ini ditambah pula dengan minimnya interaksi pada tatanan yang lebih luas.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar kebijakan bagi pemangku kepentingan dalam hal ini kepala sekolah bahwa perpustakaan
merupakan bagian integral dalam upaya pengembangan kurikulum demi meningkatkan mutu pendidikan yang menjadi tujuan bersama. Selanjutnya akan
dideskripsikan bagaimana peran kepala sekolah sebagai penyedia lingkungan kolaboratif yang memfasilitasi proses kolaborasi antara pendidik dan pustakawan.
4.17 Kepala Sekolah Sebagai Penyedia Lingkungan Kolaboratif
Kepala sekolah diharapkan dapat memfasilitasi proses kolaborasi antara pendidik dan pustakawan dengan melaksanakan berbagai hal seperti berikut :
a. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi pendidik dan
pustakawan yang sedang berkolaborasi dalam penyusunan kurikulum. b.
Selalu siap mengulurkan saran dan usul serta berkomunikasi dengan pendidik dan pustakawan dalam proses perencanaan dan program-
program pembelajaran.
c. Menetapkan
kegiatan pembelajaran
yang fleksibel
sehingga memungkinkan pendidik dan peserta didik memiliki keleluasaan
mengakses sumber informasi di perpustakaan beserta segala fasilitas dan layanannya, baik pada jam sekolah maupun diluar jam sekolah.
d. Memastikan bahwa pustakawan sekolah selalu turut serta dalam kegiatan
pembelajaran, perencanaan kurikulum, dan mengevaluasi hasil kolaborasi.
e. Dalam mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar setelah setahun
berjalan, hendaknya
kepala sekolah
memasukkan komponen
perpustakaan, dan menekankan pentingnya perpustakaan sekolah dalam kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan standar pendidikan yang
telah ditetapkan.
f. Menjadi teladan role model dalam memanfaatkan koleksi dan jasa
perpustakaan sekolah.
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
a. Berdasarkan pembahasan dan data dari hasil rekapitulasi diperoleh
tingkat pemahaman terhadap literasi informasi masih dibawah tingkat paham dengan hasil 44,8 untuk sekolah dasar swasta dan 48,43
untuk sekolah dasar negeri maka diperlukan tindakan nyata dalam bentuk rekomendasi.
b. Berdasarkan jawaban hasil angket kuesioner diperoleh tingkat
pemahaman terhadap literasi informasi masih pada tingkatan rata-rata, namun masih perlu mendapat perhatian di mana terdapat hasil yang
tingkat pemahamannya masih kurang, seperti pada topik : orientasi perpustakaan, penelusuran dan organisasi informasi, serta evaluasi
informasi.
c. Berdasarkan jawaban hasil angket kuesioner diperoleh tingkat
pemahaman keterampilan literasi digital pada sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri yang secara umum sudah sampai pada tingkat
paham.
d. Hasil keterampilan literasi informasi dan literasi digital berbeda pada
sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri. Hasil keterampilan literasi informasi di sekolah dasar negeri lebih tinggi dari hasil keterampilan
literasi informasi di sekolah dasar swasta, sedangkan hasil keterampilan literasi digital di sekolah dasar swasta lebih tinggi dari hasil keterampilan
literasi digital di sekolah dasar negeri.
e. Pada penelitian ini, hasil keterampilan literasi digital belum mendukung
hasil keterampilan literasi informasi. f.
Peserta didik yang telah memiliki akses ke komputer dan ke dunia maya tidak secara otomatis memiliki keterampilan literasi informasi.
g. Komputer dan sarana pendukungnya hanyalah alat bantu yang
menumjang keterampilan literasi informasi.
5.2 Saran
a. Rekomendasi pengembangan kurikulum diperlukan sejalan dengan
berlakunya kurikulum baru dengan mengintegrasikan materi literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan
keterampiilan literasi digital yang telah dipahami oleh peserta didik.
b. Memasukkan program literasi informasi sebagai bagian dari rencana
strategis renstra dalam pengembangan kurikulum. c.
Dengan dihapuskannya mata pelajaran TIK di kurikulum baru, diharapkan TIK sudah menjadi pembiasaan dan terintegrasi dalam
kurikulum.
d. Demi tercapainya keberhasilan proses belajar dan mengajar di sekolah,
perlu ditingkatkan keterampilan literasi informasi. Hal ini dapat terlaksana bila terjadi proses kolaborasi antara pendidik dan pustakawan
dengan mengacu pada rekomendasi hasil penelitian ini.
36 e.
Peran kepala sekolah yang terdapat pada rekomendasi hasil penelitian ini sangat diharapkan dalam memfasilitasi proses kolaborasi.
f. Penerapan literasi informasi diharapkan dapat memberi pemahaman
dalam membekali peserta didik agar mampu belajar mandiri dan memiliki tanggung jawab sosial juga menjadi rekomendasi hasil
penelitian ini.
g. Dalam menerapkan materi literasi informasi yang dapat menunjang
proses pembelajaran hendaknya koleksi perpustakaan sudah mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 7329:2009 bidang perpustakaan
dan Standar Nasional Perpustakaan SNP 007:2011.
h. Keterampilan literasi informasi pada hakekatnya sudah diperkenalkan
pada jenjang pendidikan dasar dalam rangka mempersiapkan peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi agar mampu mengolah berbagai
sumber informasi yang ada secara efektif, efisien, dan beretika.
i. Penelitian lanjutan dapat dilakukan apakah antara keterampilan literasi
informasi dan literasi keterampilan digital memiliki hubungan dalam meningkatkan prestasi peserta didik.