pemecahan masalah sebab dengan menggunakan model ini peserta didik dapat menangani berbagai masalah, pekerjaan rumah, pengambilan keputusan, dan tugas
sekolah. Sekolah Madania yang menjadi benchmark dalam penelitian ini memilih perpaduan model literasi informasi salah satu diantaranya model Big 6 yang akan
dideskripsikan lebih lanjut dalam tulisan ini. 2.4.2
Association for College and Research Libraries ACRL 2000
ACRL adalah asosiasi bagi komunitas akademik dan penelitian. Melalui keanggotaan di ACRL, maka setiap anggota memiliki akses ke beragam manfaat
yang meningkatkan pengetahuan dan keahlian pustakawan. Standar kompetensi literasi informasi yang ditetapkan oleh Association for College and Research
ACRL 2000, adalah: menentukan batas informasi yang diperlukan, mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan
sumber-sumbernya dengan kritis, menggabungkan sejumlah informasi terpilih untuk menjadi dasar pengetahuan seseorang, menggunakan informasi dengan
efektif untuk mencapai tujuan tertentu, mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal. Standar kompetensi literasi informasi pada Sekolah Madania
yang menjadi benchmark dalam penelitian ini mengacu pada standar ACRL.
Berbagai model literasi informasi menggunakan terminologi yang beragam, namun pada dasarnya memiliki kesamaan dalam proses pelaksanaanya yang
mencakup langkah berikut: mendefinisikan kebutuhan informasi, menemukan sumber-sumber informasi, memilih informasi yang relevan atau sesuai, mengatur
dan memproses informasi yang ditentukan, menciptakan dan berbagi, mengevaluasi proses dan hasil.
2.5 Literasi Digital dan Standar Literasi Digital
Salah satu tantangan dalam kegiatan belajar mengajar di era teknologi pada abad 21 ini mencakup informasi, digital, dan keterampilan visual untuk
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Gilster 1997 pertama kali mendefinisikan literasi digital sebagai
kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber melalui perangkat komputer.
Menurut Eisenberg 2004, ditengah keberagaman bentuk dan jenis informasi, maka kita dituntut tidak hanya dapat membaca dan menulis bahan
tertulis dalam bentuk buku atau tercetak saja, tetapi juga bentuk-bentuk format lain seiring dengan perkembangan teknologi. Masih menurut Eisenberg 2004,
selain memiliki keterampilan literasi informasi, seseorang dalam hal ini peserta didik juga harus dibekali dengan keterampilan literasi yang lain, salah satunya
keterampilan literasi digital. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan standar literasi digital untuk mengidentifikasi keterampilan peserta didik dalam
mendukung penerapan literasi berbasis teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran.
Saint Paul Community Literacy Consortium SPCLC adalah suatu lembaga standarisasi independen di Amerika Serikat yang mengeluarkan sertifikat
keterampilan dasar literasi digital Certificate of Basic Digital Literacy Skills, SPCLC terdiri dari beberapa perwakilan konsorsium, diantaranya: komunitas non
8 profit, perpustakaan, distrik sekolah, lembaga negara, dan dari berbagai
perwakilan konsorsium lainnya. SPCLC bertujuan untuk mengembangkan standar dasar literasi digital yang akan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat yang
ingin meningkatkan keterampilan teknologi dalam kegiatan sehari-hari, persiapan dalam mencari kerja, serta sebagai sarana dalam membekali dan mempersiapkan
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berikut lima standar dasar literasi digital SPCLC, terdiri dari : penggunaan komputer dasar basic computer use, internet, email, pengolah kata
wordprocessing. Sekolah yang pernah dijadikan proyek dalam mengidentifikasi literasi digital adalah Northstar Distric School di Amerika Serikat.
2.6 Literasi Informasi di Sekolah Madania
Sekolah yang sudah menerapkan literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran adalah Sekolah Madania, Parung dan menjadi best practice dalam
penelitian ini. Sekolah Madania, Parung memilih perpaduan model Big 6 skills dengan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes. Perpaduan
antara model Big 6 skills dengan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes menjadi dasar pengembangan perancangan pembelajaran literasi
informasi berbasis web. Penggabungan model Big 6 skills dengan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes dinilai paling mewakili
kebutuhan literasi informasi bagi peserta didik di era informasi yang berkembang begitu pesat.
Model Big 6 skills telah dikembangkan di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura dan cocok untuk diterapkan bagi siswa dari segala usia
yakni sejak TK hingga level kelas 12 Berkowitz Eisenberg, 1990. Sedangkan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes mengakomodir
keterampilan dalam menggunakan komputer dan mengakses informasi dengan terlebih dahulu mengkritisi informasi itu sendiri dalam konteks budaya, sosial dan
filosofi. Deskripsi penerapan masing-masing unit dalam model pembelajaran literasi informasi di perpustakaan Sekolah Madania akan dipaparkan pada bagian
pembahasan dalam tulisan ini.
2.7 Pentingnya Literasi Informasi
Dalam tataran pendidikan formal, tenaga pendidik tidak lagi menjadi satu- satunya narasumber informasi. Peserta didik pasti membutuhkan sumber-sumber
informasi dari media lain seperti media cetak, audio, visual, audio visual, dan sebagainya. Pembelajaran juga sudah bukan zamannya lagi dilakukan secara satu
arah yaitu metode teacher centered berpusat pada tenaga pendidik. Perubahan pengajaran menjadi student centered berpusat pada peserta didik merupakan
salah satu metode yang akan diterapkan dalam kurikulum 2013.
Sejak wacana akan perubahan kurikulum 2013 yang menuai pendapat pro dan kontra, karena ada beberapa pelajaran yang akan diintegrasikan ke mata
pelajaran yang lain, salah satunya mata pelajaran teknologi informasi. Aspek positif untuk mendukung penerapan kurikulum 2013 adalah esensi kurikulum
tersebut, dimana esensi pengembangan kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui