Wawancara Terhadap Pengelola Museum

CATATAN LAPANGAN 1 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Yuni Irwanto Mahasiswa Ekonomi, Universitas Surabaya Hari, Tanggal : Kamis, 22 April 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah anda sering berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah Anda kunjungi? I : Saya belum pernah berkunjung ke museum. Ini adalah museum pertama yang baru saya kunjungi. P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan? I : Kesan yang saya dapat dari Museum Misi Muntilan yaitu museum ini memperlihatkan bagaimana agama Katolik di Indonesia dalam perjalannya terus berkembang. Dalam perkembangannya banyak memperlihatkan para tokoh-tokoh yang terus berjuang untuk tetap kukuh, meskipun sulit berada di daerah Muntilan saat itu. P : Adakah manfaat Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar? I : Ada, manfaatnya terkusus untuk orang-orang yang beragama Katolik atau untuk orang yang non-Katolik, karena bisa memperlihatkan perkembangan agama Katolik di Indonesia. Supaya orang Katolik sadar bahwa Katolik itu ada dan dalam perjalannya sungguh banyak sejarah yang di dapat dan banyak mengispirasi orang banyak untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik. P : Apakah anda pernah memanfaatkan museum sebagai sumber belajar? I : Belum, selama ini saya memanfaatkan museum hanya untuk liburan atau rekreasi bersama keluarga. P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat untuk sumber belajar dan koleksi mana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Iya, koleksi-koleksi yang ada memiliki nilai sejarah masing-masing. Dari koleksi-koleksi yang ada dapat dijadikan bahan untuk meneliti sejarah masing-masing benda yang ada di museum. sedangkan untuk koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah yaitu koleksi mengenai orang-orang awam yang menjadi Katolik dan menyebarkan misi bagi sekelilingnya. Contohnya Barnabas SarikRomo. P : Apakah anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kuliahsekolahrekreasi? I : Tidak, dalam melakukan kunjungan ini kami bukan berdasarkan tugas kuliah, tetapi dari komunitas anak muda katolik yang kami buat. Komunitas kami ini melakukan ziarah ke tempat-tempat yang bernilai religus dan juga belajar mengenai sejarah perkembangan agama Katolik di Indonesia. P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai seumber belajar? I : Kalau menurut saya orang kadang malas untuk mengikuti sebuah pendampingan sampai cerita berakhir. Kalau menurut saya koleksi- koleksi yang ada di museum harus ditampilkan juga secara visual untuk memudah orang melihat koleksi-koleksi yang ada di museum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 2 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Pak Muji Pernah menjabat sebagai penilik guru agama se-DIY Hari, Tanggal : Kamis, 27 April 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan 1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan P : Latar belakang Museum Misi Muntillan didirikan? I : Awalnya Mgr. Ignatius Suharyo menginginkan membuat museum yang hidup. Supaya ada pembelajaran dari umat mengenai dinamika hidup gereja. Umat diajak untuk mengenal perkembangan awal sejarah agama Katolik dan mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang. P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum? I : Sebetulnya museum ini dulunya ada di Semarang di Kompleks keuskupan, tetapi agaknya di sana tidak berkembang maka museum hanya dijadikan sebagai gudang tempat menyimpan benda-benda sejarah, tidak ada yang mengunjungi, kurang ada yang mengurusi. Lalu Mgr. Ignatius Suharyo tahun 1998 menunjuk Romo Bambang Sutrisno untuk membuat museum di Muntilan. Romo Bambang Sutrisno diminta untuk membuat museum yang hidup di Muntilan. Mengapa di Muntilan? karena Muntilan memiliki nilai historis. Secara historis Muntilan dianggap sebagai tempat awal tumbuh dan berkembangnya jemaat Katolik Pulau Jawa yang sering disebut Betlehem Van Java. Maka museum diletakkan di Muntilan. Pada tahun 1998 mulai merintis membuat museum yang bekerjasama dengan Keuskupan dan Serikat Jesiut. Tahun 2000 mulai beroperasi dan pengunjung yang datang mulai didata. Tahun 2004 diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Pujasumarta. P : Adakah tujuan khusus dibangunnya Museum Misi Muntilan? I : Museum kita ketahui pada umummnya digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah, tetapi sekarang ada paham baru yaitu museum menjadi tempat pembelajaran yang bernilai sejarah. Oleh karena itu, tujuan didirikan museum ini salah satunya untuk pembelajaran. Di mana pengunjung yang datang diajak untuk belajar dari koleksi-koleksi yang ada. Sehingga pengunjung yang datang tidak pulang dengan tangan kosong tetapi, mendapat ilmu dari koleksi-koleksi yang mereka lihat sendiri. 2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi koleksi Museum Misi Muntilan? I : Pengumpulan Koleksi didapat dari o Koleksi langsung dari Keuskupan Agung Semarang o Beberapa kelompok-kelompok religus yang mengirim data-data historis o Menjemput koleksi-koleksi yang memiliki nilai sejarah. Hampir semua koleksi diserahkan secara hibah. Koleksi yang ada di museum sangat banyak dan masih banyak yang disimpan di gudang. P : Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum? I : Pengkategorian koleksi-koleksi didasarkan atas pendekatan proses dan tokoh. Pertama kita tampilkan tokoh-tokoh, lalu di ruang tertentu proses bagaiman perkembangan Gereja dari awal Gereja Batavia sampai perkembanganya, tokoh awan, tokoh-tokoh biarawan-biarawati, tokoh- tokoh uskup, tokoh-tokoh yang berkarisma. Tidak sembarang meletakan benda koleksi yang ada di ruangan tetapi, setiap ruang mempunyai maksud tertentu. 3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan P : Apa saja kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI I : Dalam bidang edukasi yaitu semua pengunjung harus dipandu. Pemandu bertugas menjelaskan koleksi yang ada di museum. Kedua, mengadakan kerjasama dengan pengurus Kerkof setiap malam selasa kliwonan mengadakan pengajian memakai musik tradisional dan khotbah. Tampilan ini adalah proses edukasi karena hampir semua yang menangai pengelola museum. Mengunjungi kelompok-kelompok tertentu untuk memperkenalkan museum, sehingga mereka dapat mengenal Museum Misi Muntilan bukan hanya menjadi gudang tempat penyimpanan benda tetapi, menjadi museum yang hidup dengan peninggalan-peninggalan para Romo terdahulu. P : Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan? I : Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan edukasi yaitu pihak museum dan juga jaringan-jaringan kerja misalnya kelompok Paroki Sato Antonius Muntilan dan semua lingkungan sekitar, tenaga-tenaga relawan yang pernah bekerja sama dengan Museum Misi Muntilan. 4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah P : Bagaimana cara memanfaatkan museum untuk sumber belajar sejarah? I : Cara memanfaatkan museum sebagai sumber belajar sejarah yaitu setiap pengunjung yang datang selalu dipandu. Kami membuat buku-buku untuk souvenir, sehingga mereka dapat membaca sendiri. Membuat berbagai macam tulisan untuk memudahkan mereka mengenal Museum Misi Muntilan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 3 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Antonius Tri Usada Sena Pengelola Museum Hari, Tanggal : Selasa, 2 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan 1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan P : Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan? I : Museum Misi Muntilan didirikan oleh Keuskupan Agung Semarang. Tim persiapan sudah mulai ada sekitar tahun 1990, pada waktu itu Keuskupan Agung Semarang berulang tahun ke 50. Pada saat ulang tahun ke 50 ada beberapa program yang dibuat oleh Keuskupan dan programnya mengarah ke umat semua, salah satunya membuat museum. Mgr. Ignatius Suharyo membentuk museum sebagai ucapan syukur dan satu sisi untuk mengingatkan anak-anak muda dan umat dengan melihat sejarah umat akan tertantang untuk menyumbang apa. Tahun 1990 memulai gagasanya dari Keuskupa Agung Semarang untuk membuat museum. Tahun 1998 dibentuklah Panitia Persiapan yaitu Panitia Museum Misi Muntilan Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang. Nah, entah bagaimana yang ditunjuk menjadi pengelola panitia pembuatan museum itu bukan dari orang-orang sejarah malah Romo Bambang, dia adalah pastor penggerak umat. Memang ada beberapa ahli sejarah yang dilibatkan yaitu Bu. Sumini yang menjadi pendamping dari sisi sejarah, juga ada Romo Hasto. Sisi bangunan dari Universitas Katolik Suegijapranata. Memang ada praktisi museum yaitu Pak Marsudi, beliau adalah orang pemerintah yang bekerja dibidang kebudayaan bagian MUSKALA Museum dan Benda Purbakala. Kemudian ada keanehan di mana dalam membentuk museum malah orang-orangnya bukan dari kalangan sejarah. Dalam perkembangan waktu, ada gagasan dari Mgr. Ignatius Suharyo supaya museum yang dibangun tidak sama dengan museum-museum yang lain. Di mana museum pada waktu itu, belum seperti sekarang sebuah museum ada bangunan, ada benda-benda penting, benda-benda mahal, seperti gudang mahal jadi orang beranggapan datang ke museum hanya untuk melihat- lihat. Mgr. Ignatius Suharyo berpikir supaya museum yang didirikan menjadi museum yang hidup, museum yang bisa menjadi menjadi sarana edukasi. Museum yang tetap ada hubungan degan perkembangan zaman. Maka ditunjuklah Romo Bambang Surisno yang punya tim namanya P3J Pelayanan, Pendampingan, dan Pengembalaan Jemaat Keuskupan Agung Semarang. Tim inilah yang mengolah bagaimana sebuah benda mati bisa berbicara untuk orang hidup zaman sekarang. Contohnya sepeda ontel merupakan benda mati, di mana sepeda otel ini dapat memancing orang zaman sekarang yang mempunyai kendaraan dan sering menggunakannya sebagai sarana transportasi yang dapat digunakan menjadi berkah bagi orang lain. Secara historis, tahun 1998 terbentuk panitia dan dua bidang. Satu bidang yang mengurusi benda- benda yang kelihatan yaitu bangunan, pemajangan, situasi sekitar dan yang tidak kalah pentingnya sisi isinya yang nantinya memikirkan edukasinya. Bagian wadah banyak ditangai oleh orang-orang dari Semarang. Sisi edukasi Ibu Sumini dan juga kemudian bergabung teman- teman dari Museum Benteng Vrederbug. Tahun 2000 kemudian dibangunlah museum. P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum? I : Alsannya pada waktu tim ini rapat menemukan jejak bahwa kekatolikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI itu kalau direpresentasikan secara historis Muntilanlah tempatnya, karena dulunyala Romo van Lith yang menjadi peletak dasar Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang, tinggal dan menjalankan aksinya. Alasanya pertimbangan historis karena Romo van Lith pernah tinggal di sini dan ada jejak-jejak Pasturan, Gereja Antonius, maka dipilihlah Muntilan sebagai tempat pembangunan museum. P : Adakah tujuan khusus dibangunnya Museum Misi Muntilan? I : Salah satu tujuan khusus didirikan museum ini adalah sebagai sarana belajar untuk umat mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang dan misi ke Katolikan di Indonesia khususnya Pulau Jawa. P : Apakah kendala yang dihadapi dalam dalam mendirikan museum di Muntilan? I : Kendalanya yang dihadapi yaitu tentang pemahaman permuseuman itu sendiri. Ada yang memahami museum dari sisi sejarah saja. Pendanaan, karena kepentinganya tidak kelihatan. Umat yang belum bisa memahami museum ini seperti apa. Tantangan internal sendiri kami bukan dari orang sejarah. Sehingga kami harus belajar dari ahli-ahli sejarah. Mengatur jadwal untuk kunjungan karena banyak orang yang mulai berkunjung ke museum. kemudian cara menata bagaimana sinergi antara museum, sekolah, Gereja, Kerkof. Dari sisi kelembangaan tantangan tidak mudah juga. Museum ini didirikan dengan menyatukan berbagai lembaga. Yang menjalankan museum ini faktanya dari awal adalah tim P3J KAS Pelayanan, Pendampingan, dan Pengembalaan Jemaat Keuskupan Agung Semarang. Tim ini kerjanya mengurusi umat dan tidak ada hubungannya dengan sejarah dan museum. Kemudian untuk menyatukannya tidak mudah. 2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi koleksi Museum Misi Muntilan? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI I : Pada tahap awal koleksi museum didapat dari Wisma Uskup, KAS. Bentuknya ada jubah, patung, gambar, foto, beberapa naskas, dan panji. Dalam perkembangannya museum ini dikatakan kaya karena benda- benda di sini adalah benda-benda asli. Koleksi-koleksi yang ada di museum adalah hadiah atau hibah. Yang pernah kami ganti atau membelinya yaitu Lonceng Prenthaler di mana lonceng ini memiliki nilai sejarah. Koleksi yang lain kebanyakan Hibah dari orang-orang yang datang ke museum. Benda-benda yang bisa masuk ke museum adalah benda yang ada hubungan dengan karya misi dan mempunyai nilai untuk umat KAS. P : Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum? I : Pada waktu museum ini dibangun, kami mendapat pemahaman mengenai benda yang bergerak dan benda yang tak bergerak. Benda yang tak bergerak itu yang saya tangkap bangunannya. Benda bergerak yaitu patung, pakaian, dan lain-lain. Suatu benda yang memiliki nilai bagi KAS. Belum ada pengkategorian yang pasti mengenai koleksi-koleksi yang ada di museum ini. P : Berapa jumlah dan jenis koleksi yang ada di awal museum dibangun? I : Jumlahnya sekitar 821 koleksi. Jenisnya ada jubah, patung, foto, gambar, lukisan dan benda-benda peninggalan Romo-Romo terdahulu. P : Adakah kreteria dalam pemajangan koleksi-koleksi yang ada di museum? I : Ada, kreteria ini berkaitan dengan sejarah KAS. Di mana setiap ruang memiliki cerita sejarahnya. Kemudian ada pergantian koleksi setiap 5 tahun sekali supaya pengunjung yang datang tidak bosan, tetapi yang terjadi saat ini kalau sudah ditata yang tetap seperti itu. Penataan saat ini yaitu model tematis di mana setiap ruang memiliki kategorinya. Pertama menampilkan tentang sejarah pra misi KAS, ruangan untuk orang awam, ruangan untuk mengenal BiarawanBiarawati, mengenal Uskup, kembali lagi mengenai KAS, Lonceng Prenthaler, ruangan kematiran, Gereja Universal yang menampilkan mimbar, altar, kursi yang pernah dipakai Paus Paulus Yohanes II yang pernah datang ke Indonesia. P : Koleksi yang cocok digunakan untuk sumber belajar terutama sejarah? I : Kalau pertokohan Romo van Lith dan Romo. Sandjaja karena kisahnya menarik untuk dipelajari. Secara umum mengenai sejarah KAS, sedangkan peristiwa yaitu mengenai lukisan Sendang Sono. Hal ini banyak dijadikan untuk pembelajaran bahkan membuat Skripsi. 3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan P : Apa saja kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan? I : Kegiatan yang ada di Museum Misi Munilan yaitu ada kegiatan yang berkaitan dengan koleksi, mencari, mengumpulkan, mendata, mencatat, mempelajari dan memajang. Kedua itu kegiatan preparasi konservasi yaitu merawat gedung, kebersihan, keindahan, kenyamanan, keamanan. Berkaitan dengan kegiatan edukasi mulai dari yang berkaitan dengan sosialisasi, presentasi koleksi, menggali informasi, menyampaikan informasi, meneliti benda-benda koleksi, menambah penjangkauan benda-benda koleksi tidak hanya di sini. Kegiatan yang berkaitan dengan edukasi secara kongkret yaitu pendampingan pengunjung. Dibedakan antara pendampingan singkat dan pendampingan panjang. Pendampingan singkat waktunya 1-2 jam. Penadampingan singkat yaitu rombongan yang terdiri dari banyak orang ditempatkan dalam rangkaian kegiatan ziarah yang datang dari Semarang, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Magelang yang punya waktu 2 jam yang kita lakukan adalah mengantarkan mereka ke tempat presentasi filimmemberikan pengantar dan mengajak berkunjung, dijelaskan dan proses tanyajawab mengenai koleksi museum. Biasanya Romoi pada bulan-bulan Mei, Oktober, dan liburan. Pernah juga mengalami pendampingan yang panjang sekitar 4 jam sampai weekend dalam istilah rohani disebut rekoleksi bukan hanya wisata untuk mengunjungi museum tetapi ada waktu bagi pengunjung untuk lebih mendalami koleksi yang ada di museum. Misalnya ada foto mengenai Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yang mempunyai Semboyan 100 Katolik 100 Indonesia. Orang diberikan kesempatan untuk merefleksikan seperti yang diseboyankan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yaitu 100 Katolik, 100 Indonesia. Setelah itu ditanyakan apa manfaat yang di dapat dari rekoleksi ini. Semua edukasi yang dilakukan di museum dalam pendampingan pengunjung tidak hanya menunjukan koleksi tetapi juga menanamkan nilai kerohanian dalam diri mereka. Kegiatan edukatif tidak hanya menunjukan koleksi tetapi menjelaskan mengenai karya misi dari setiap koleksi yang ada di museum. P : Kegiatan rutin yang ada di Museum Misi Muntilan? I : Kegiatan rutin yang dilakukan yaitu pengunjung yang datang didampingi untuk memperkenalkan koleksi yang ada sehingga mereka dapat menggali nilai sejarah dari setiap koleksi. Kegiatan pendampingan Rekoleksi dengan sekolah-sekolah yang ada di lingkungan sekitar museum. Seperti SMP Kanisus yang memanfaatkan setiap jumat ada pembinaan untuk mengenal Museum Misi. SMA van Lith Setiap kali siswa baru diwajibkan untuk mengenalkan Museum Misi Muntilan. Selasa kliwononan kepada masyarakat sekitar yang titik tolaknya pada Museum Misi. P : Adakah yang menjadi Kegiatan favorit yang ada di museum? I : Pendampingan pengunjung, menyelenggarakan kegitan pagelaran budaya dalam rangka ulang tahun, mengadakan seminar tentang museum, pelatihan jurnalistik mengenai benda koleksi yang ada di museum untuk dijadikan tulisan dalam sebuah artikel. P : Siapa saja yang terlibar dalam kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan? I : Semua staf terlibat dalam semua kegiatan edukasi, terutama dalam pendampingan pengunjung untuk melihat dan menjelaskan koleksi yang ada. P : Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut? Bagaiman menghadapi kendala tersebut? I : Kendala yang dihadapi dalam kegiatan edukatif yaitu kalau ada kunjungan mendadak sementara di sini sudah ada program yang harus dikerjakan, kedalanya dalam manajemen waktu, keterbatas untuk melayani PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI orang karena kalau terlalu banyak membutuhkan tenaga yang banyak sedangkan staf yang ada di museum jumlahnya terbatas. P : Siapa saja pengunjung Museum Misi Muntilan? I : Pada tahap awal dan sampai sekarang kebanyakan umat Katolik karena koleksi-koleksi yang ada mengenai Keuskupan Agung Semarang dan sejarah agama Katolik di Indonesia terutama Pulau Jawa. Kalau jenisnya anak-anak, pelajar, mahasiswa, dan umat umum. Propesinya juga macam-macam ada pejabat Gereja, BiarawanBiarawati. Namun dalam perkembangnya juga mulai ada beberapa kelompok lintas iman yang berdatangan, hanya untuk melihat atau juga belajar. Misalnya ANSOR, NU, mahasiswa IAIN yang menyusun tugas akhir mengenai perbandingan Romo Van Lith dengan Sunan Kalijaga, beberapa mahasiswa UNY bagian sejarah yang juga belajar sejarah tentang Gereja yang ada di Museum Misi Muntilan. Macam-macam kalangan yang memanfaatkan museum ini. Mgr. Pujasumarta dalam Surat Gembala menyebut bahwa umat Katolik Keuskupan Agung Semarang di dorong untuk datang ke Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner untuk belajar menganai Katolik. Museum juga didatanggi wisatawan Mancanegara yang berwisata yang di bawa oleh agen yang ingin melihat Sejarah Gereja yang ada di Muntilan. P : Kegitaan yang berhubungan dengan sejarah? I : Kegiatan yang berhubungan dengan sejarah yaitu pendampingan pengunjung yaitu dengan menjelaskan tetang sejarah dari masing-masing koleksi. Membuat buku mengenai sejarah Kerkof bekerjasama dengan tim sejarah. 4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah P : Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Caranya dengan datang berkunjung, melihat, mencoba merasa-rasakan mengenai koleksi yang ada di museum. Membantu orang untuk berrefleksi. Mempertimbangkan lagi keberadaan dirinya setelah melihat zaman lampau, mengenai kenyataan diriku selama ini. Lalu mendorong orang untuk membuat aksi, baik individual maupun bersama-sama mulai dengan melihat, merefleksikan keberadaan dirinya, lalu mempertimbangkan konteks yang dihidupi, kemudian didorong untuk membuat asksi. Itulah metode atau cara yang kami tempuh untuk membantu pelajar, mahasiswa, masyarakat, umat untuk mengembangkan karakter. Istilahnya dengan sipiral dan pastural yaitu mencermati secara sungguh situasi pokoknya. Mempertimbangkan sisi imannya, membuat refleksi dan membuat aksi. Aski itu akan menjadi sebuah kenyataan yang harus direfleksikan lagi sesuai zamannya. Inilah pendidikan terus menurus dan tidak bisa berhenti, bukan sebuah aksi refleksi, tetapi mempertimbangkan lagi sisi iman. Melihat, merefleksikan, membuat aksi nyata. P : Kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah? I : Kemampuan kami sendiri untuk membantu pengunjung yang datang, misalnya penyediaan data, kami sangat terbatas pada data-data otentik yang bisa digali lebih lanjut, sehingga bisa dibahasakan untuk orang luar. Misalnya data mengenai Mgr. Ignatius Suharyo, selama ini kami hanya melihat dari buku-buku saja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 4 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Albertus Joko Suryanto Guru PKN dan IPS SMP Kanisius Muntilan Hari, Tanggal : Senin, 8 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah BapakIbu guru mengetahui jenis koleksi yang terdapat di Museum Misi Muntilan ? I : Secara keseluran saya tidak paham, tetapi sebagian besar bicara tentang peninggalan2 Romo terdahulu, yang bisa dikatakan bahwa awal dari penyebaran agama Katolik. Peninggalan Romo sanjaya dan Romo van Lith. P : Apakah BapakIbu guru sering mengunjungi Museum Misi Muntilan ? I : Tidak. Karena tidak ada materi yang berkaitan dengan sejarah Museum Misi, tetapi ada kalanya untuk dijadikan tempat refresing terkusus untuk yang beragama Kristen dan Katolik, sehingga saat ditanya orang tentang sejarah dan perkembangan agama Katolik di Muntilan dan peninggalan- penilangan yang ada. Kalau dikatakan sering tidak, karena tidak ada kaitannya dengan pembelajaran IPS. P : Apakah BapakIbu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar dalam materi pelajaran sejarah di kelas? I : Kalau dalam sumber pembelajaran sejarah tidak pernah, tetapi untuk sumber pengetahuan umum sering digunakan untuk mengetahui sejarah gereja, makam di Kerkof dan masih ada kaitannya dengan masa penjajahan Belanda dulu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI P : Bagaimana cara BapakIbu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah kepada siswa ? I : Cara memanfaatkanya Museum yaitu dengan berkunjung, sehingga siswa yang diajak dapat memperoleh pengetahuan umum mengenai agama Katolik. P : Kendala apa saja yang dihadapi BapakIbu guru dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Kendalanya tidak ada, karena kita mempunyai wilayah satu kompleks dengan Museum Misi yang berdekatan kalau datang ke sana mereka menerima dengan senang hati. CATATAN LAPANGAN 5 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Robertus Balok Nugroho Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMA Pangudi Luhur Van Lith Hari, Tanggal : Senin, 8 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah Bapak pernah memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sarana pembelajaran? I : Pernah. Kami pernah memanfaatkannya pada awal semester baru untuk memperkenalkan peserta didik baru mengenai sejarah Romo van Lith dan Sejarah Gereja Katolik. P : Apakah Museum Misi Muntilan ini cocok digunakan untuk sumber belajar ? I : Kalau menurut saya cocok, tetapi belum ada materi sejarah yang berkaitan dengan Museum Misi Muntilan. Namun untuk pengetahuan sejarah secara umum, museum ini cocok digunakan untuk menambah wawasan dalam pengenalan mengenai sejarah Gereja Katolik dan Romo van Lith P : Apakah BapakIbu guru sering mengunjungi Museum Misi Muntilan ? I : Kalau sering tidak, tetapi kalau kunjungan kami ada meskipun tidak masuk ke dalam pelajaran sejarah. Kunjungan yang kami lakukan ke sana otomatis di dalamnya ada pelajaran sejarah yang inklutnya dalam kunjungan tersebut kami punya acara yang bernama Katolik Sitas. Katolik Sitas yang kami lakukan di damping Guru Agama Katolik Universitas Sanata Dharma PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI P : Jenis koleksi apakah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah? I : Jenis koleksi yang dapat digunakan untuk sumber belajar sejarah yaitu koleksi-koleksi yang menjelaskan tentang lahirnya agama Katolik di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Terutama mengenai tokoh Romo van Lith. P : Bagaimana cara BapakIbu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah kepada siswa ? I : Cara memanfaatkanya Museum yaitu dengan berkunjung, sehingga siswa yang diajak dapat memperoleh pengetahuan umum mengenai agama Katolik dan ditontonkan sebuah video awal untuk memudahkan siswa menangkap pesan yang ingin di sampaikan mengenai Museum Misi Muntilan. P : Kendala apa saja yang dihadapi BapakIbu guru dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Kendala. Kami tidak memiliki kendala yang berarti tentang agenda belajar-mengajar kami. Kami menggunakan Kurikulum 2013, di mana anak harus belajar aktif, kita gunakan sebagai sumber literasi yang dapat menambah wawasan, karena di perpustakan kami sendiri mempunyai refrensi-refrensi yang sifatnya lebih mengenai Museum Misi. Setiap rekoleksi atau setiap kali kegiatan kami menayangkan film Betlehem Van Java meskipun secara keseluruhan kami langsung datang langsung ke sana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 6 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Romo. Yosep Nugroho Trisumartono Direktur Museum Misi Muntilan 2014-2018 Hari, Tanggal : Senin, 8 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan 1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan P : Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan? I : Latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan tepatnya pada waktu Itu, Keuskupan Agung Semarang berusia 50 tahun yang mempunyai kesadaran baru mengenai Sejarah Keuskupan. Lalu dari pertemuan- pertemuan itu dipirkkan untuk membuat tempat atau lembaga yang memelihara benda-benda bernilai sejarah mengenai para Romo, misonaris, dokumen-dokem sejarah yang selama ini di simpan di Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang. Mereka juga mulai mengubah pemikiran bahwa museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai tempat untuk mempelajari apa yang sudah terjadi dan untuk memperimbangkan rencana-rencana tindak lanjut kedepan. Itulah gagasan awal untuk membuat museum. P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum? I : Muntilan amat kental dengan nuasansa sejarah karena Muntilan disebut sebagai Betlehemnya Keuskupan Agung Semarang dan juga Bethlehemnya Keuskupan di Jawa karena kisah sejarah yang terjadi di Muntilan ini menjadi perekembangan sejarah untuk Keuskupan Agung Semarang. Terutam kehadiran Romo Sandjaja, Romo van Lith, para tokoh yang dimakamkan di Kerkof Muntilan Mereka adalah tokoh- tokoh yang besar perkembangnya untuk Gereja Keuskupan Agung Semarang, sekolah Romo van Lith, kehadiran Suster-Suster dan lain- lain. Itulah yang membuat Muntilan dipilih sebagai tempat dibuatnya museum. Tetapi tanpa mengurangi semangatnya dan nilainya sebagai museum Mgr. Ignatius Suharyo memberi nama museum ini sebagai Pusat Animasi Misioner. Sehingga tempat ini diharapkan dapat menjadi tempat di mana benda-benda peninggalan itu terus menurus dihidupkan semangatnya, dihidupkan rohnya untuk tempat pembelajaran semua orang. Itu kemudian yang terus menerus menjadi semangat atau menjadi visi seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan. P : Apakah kendala yang dihadapi dalam dalam mendirikan museum di Muntilan? I : Kendala yang dihadapi yaitu kendala teknis, tentu saja karena kita selama ini juga tidak memiliki latar belakang yang cukup memandai untuk penyelenggaran museum yang besar-besar seperti museum lainnya yang ada di Indonesia. Masih banyak anggapan orang yang menganggap museum sebagai tempat menyimpan benda-benda bernilai sejarah. Maka beberapa kali para paroki yang tua-tua itu kadang-kadang bertanya kalau saya mempunyai buku-buku tua, orgen tua yang tidak dipakai bisa tidak dimasukakan dalam museum. kemudian para petugas museum bertanya apakah ada nilai sejarahnya dan mereka beranggapan nilai sejarahnya terletak dari umur benda-benda yang mereka miliki seumuran dengan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Lalu kami membagi kesadran kepada umat bahwa semua peninggalan yang ada di sini berkaitan dengan Keuskupan Agung Semarang. Jadi, benda-benda yang disimpan di sini yang memiliki nilai sejarah mengenai keuskupan Agung Semarang. Kedua, berkaitan dengan penyelenggaraannya museum ini tidak hanya menjadi lembaga museum saja tetapi juga menjadi rumah untuk Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Agung Indonesia. Dengan aneka macam tugas karyanya dan pernah museum ini dipahami sebagai alat saja untuk menyelenggarakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karya-karyanya. Tetapi lambat laun tempat ini mulai dibuah sesuai dengan fungsinya sebagai museum dengan mengirim teman-teman yang ada di museum untuk belajar dan berbagi informasi dengan museum- museum lainnya. 2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi koleksi Museum Misi Muntilan? I : Koleksi museum ini berasal dari berbagai tempat. Awalnya dari Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang. Selanjutnya ada dari berbagai macam ordo tarekat serikat Yesuit, Susteran-Susteran, dari Gereja-Gereja tertentu dan juga peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya mimbar, kursi yang dipakai Paus Paulus Yohanes II yang berkunjung ke Indonesia saat itu. Relikui peninggalan dari orang-orang kudus. P : Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum? I : Selama ini lebih kekategori alur penjelasan dari ruangan ke ruangan. Kategori peruangan ada kategori penjelasan mulai dari sejarah, lembaga- lembaga edubakti, peninggalan para misionaris, peninggalan para Uskup, peninggalan-peninggalan secara umum itu merupakan kategori-kategori yang ada di setiap ruang. Kategori bentuk bendanya, ada yang berupa peninggalan yang berkaitan dengan peninggalan para Romo dan Uskup yaitu stola dan jubah. Berkaitan dengan karya-karya, ordo konggeregasi tertentu misal ada mesin ketik, alat gilingan yang dipakai oleh Konggergasi PRK, buku doa. Yang bisa dilihat langsung pengkategoriannya adalah kategori peruangan. P : Adakah kreteria dalam pemajangan koleksi-koleksi yang ada di museum? I : Selama ini atau sejauh saya mengamati sejak tahun 2013-2017, tidak ada penggantian yang signifikan untuk koleksi-koleksi itu meskipun dulu ditulis dalam pedoman museum untuk mengadakan penyegaran disple secara rutin tetapi dalam prakteknya belum. Mengapa belum? Karena untuk menyususn sebuah cerita historis tertentu tidak sekedar memajang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pakaian kemudian digantikan pakaian tetapi ada paparan edukatif tertentu. Hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama karena tidak mudah untuk menyusun sebuah cerita baru. P : Koleksi mana saja yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar terutama sejarah? I : Kalau yang dimaksud mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang. Semua benda koleksi mengarahkan orang yang melihat untuk mempelajari Sejarah Keuskupan Agung Semarang karena benda-benda yang dipajang di sini memiliki kriteria yang berkaitan dengan Sejarah Keuskupan Agung Semarang. Apapun itu akan ditarik hubungan dengan Sejarah Keuskupan Agung Semarang. Seperti, sepeda Mbah Darmo kenapa dipajang di situ? karena ingin menekankan bahwa Keuskupan Agung Semarang dalam sejarah juga selalu memberi ruang dan tempat untuk perkembangan orang awam. Celengan dari kaleng yang ada di bagian atas, kenapa ditempatkan? Untuk mengingatkan bahwa sejak awal perkembangannya Sejarah Keuskupan Agung Semarang ini yang namanya soladiritas missioner itu sudah dibentuk sejak awal kesadaran itu dengan dana dengan derma, kolekte, urunan, dan dengan pengorbanan banyak orang. Oleh karena itu, pengunjung selalu diarahkan untuk mempelajari Sejarah Keuskupan Agung Semarang melalui koleksi- koleksi yang memiliki nilai sejarah yang ada di museum. 3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan P : Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan ? I : Kunjungan dari orang-orang yang melihat koleksi-koleksi, pendalaman- pendalaman. Pendalaman bisa dalam bentuk doa, lagu-lagu, film, dinamika permainan yang diarahkan untuk membangun semangat misi. Rekoleksi-rekoleksi yaitu pendalaman yang bersifat lebih rohani artinya ada tarikan-tarikan atau refleksi-refleksi yang berkaitan dengan hidup orang Katolik. Khususnya untuk pengunjung yang beragama Katolik, kalau yang tidak diarahkan untuk melihat dan mengamati peran Gereja Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangan untuk masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan bangsa. Kemudian pengembangan yang lain adalah kerjasama- kerjasama. Misalnya beberapa kali ada orang yang menulis tentang Sejarah Keuskupan Agung Semarang yang bekerjasama dengan Museum Misi. P : Apa saja kegiatan rutin yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan? I : Kegiatan rutinnya yaitu kegiatan perawatan, konsulidasi atau pembicaraan-pembicaraan ditingkat staf. Menyelenggarakan kegiatan edukatif yang ada di sekitar museum yaitu mengadakan kegiatan novena jumat kliwon yang ada di Kerkof. Cita-citanya untuk menjaga semangat yang diwariskan oleh pendahulu yang sekarang menjadi novena selasa kliwonan. P : Kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan yang dapat dijadikan sumber belajar terutama sejarah? I : Mendampingi pengunjung yang datang ke museum, dengan menjelaskan koleksi-koleksi yang ada di museum. Kemudian ditanyakan nilai apa yang didapat dari berkunjung ke museum. P : Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukasi? I : Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan edukasi yaitu dari staf museum, guru-guru di sekitar museum dan bekerjasama dengan orang- orang muda katolik P : Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut? Bagaiman menghadadapi kendala tersebut? I : Kendalanya dalam inovasi penyelenggaraan. Barang-barang yang ada hanya begitu-begitu saja. Unuk itu bagaimana menyampaikan semangat sejarah dan misi itu sehingga dapat ditangkap oleh anak-anak, remaja, dan orang-orang dewasa yang dalam arti tertentu tidak tertarik dengan sejarah. Mereka harus disegarkan dan diberi tahu mengenai sejarah yang ada. Semakin lama museum ini dikenal makin banyak orang yang ingin menyumbang benda koleksi. Sementara, koleksi yang ada di sini saja sudah sedemikian rupa, belum yang masih ada di ruang penyimpanan. Dalam menghadapi kendala tersebut hal yang kami lakukan adalah mengadakan pembelajaran terus-menerus. P : Siapa saja pengunjung Museum Misi Muntilan ? I : Pengunjung museum terdiri dari banyak kalangan sebagian besar dari umat Katolik. Kategori sekolah yaitu TK, SD, SMP, SMA. Kategori paroki yaitu kelompok Misdinar, Sekolah Minggu, Komuni Pertama. Mahasiswa, Keluarga, Lingkungan, Suster-Suster, Bruder, Romo-Romo. Kemudian kelompok di luar agama Katolik yaitu dari NU, Komunitas Penggemar Museum, Komunitas Pencita Sejarah, dan dari luar negeri. 4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah P : Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Dengan kunjungan-kunjungan orang sudah belajar yang kami harapkan selanjutnya adalah ada studi-studi khusus yang dibuat berkaitan dengan koleksi, keberadaan, maupun tujuannya itu sendiri yang perlu ditingkatkan. Studi-studi itu yang membantu merefleksikan dan memperdalam apa yang sudah terselenggara. Misalnya yang dibuat teman-teman dalam karya tulis, tulisan-tulisan kecil, jurnal yang sangat berperan dalam tujuan pembuatan museum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 7 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Bruri Guru Sejarah SMP Stela Duce Hari, Tanggal : Selasa, 9 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah Anda Kunjungi? I : Pernah. Museum yang pernah saya kunjungi adalah Museum Benteng Vredbrug, Museum Sono Budoyo, Museum Nasional, Museum Sangiran dan masih banyal lagi museum lainnya. P : Bagaiman kesan pertama ketika Anda mengunjungi Museum Misi Muntilan? I : Museum ini dibuat untuk mengenal jasa-jasa Romo van Lith dan sejarah Gereja Katolik. P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok digunakan untuk sumber belajar dan koleksi apa saja yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar terutama sejarah? I : Kalau menurut Museum Misi Muntilan sangat cocok digunakan untuk sumber belajar, terutama untuk anak-anak van Lith karena sangat relevan. Di mana visi dan misi sangat cocok dengan museumnya. Selain sebagai acuan, anak-anak juga belajar dari Romo van Lith. Caranya belajar anak-anak diajak untuk berkunjung ke museum. Akan tetapi, di kurikulum kita saat ini belum ada proses Kristenisasi yang ada baru masuknya Agama Islam, Hindu, Buddha, yang untuk Katolik ini tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI secara mendalam dibahas dalam kurikulum saat ini. Untuk materi yang hampir mendekati, yaitu perkembangan Kolonialisme di Indonesia itupun hanya sekilas misalnya tentang gold, glory dan gospel, latar belang penjelajahan. Meskipun antara Pastor jaman dahulu dengan Belanda tidak ada kaitanya tetapi bisa dikait-kaitkan. Sementara koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah menurut saya tokoh Romo van Lith, karena dia merupakan Romo yang memperjuangan pendidikan untuk kamum pribumi. P : Kedala yang dihadapi untuk memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar? I : Kendalanya dalam hal catan-catan. Kalau guru mau mengajarkan mengenai koleksi-koleksi yang ada di museum ini masih harus bertanya lagi mengenai penjelasan-penjelasan yang ada sehingga di dapat bukti yang real mengenai koleksi yang ada. CATATAN LAPANGAN 8 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Indri Prasanti Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Prodi Pendidikan Sejarah Hari, Tanggal : Rabu, 10 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah kamu pernah berkunjung ke Museum? Museum mana yang pernah kamu kunjungi? I : Pernah, museum yang pernah saya kunjungi diantaranya Museum Gunung Merapi, Museum Benteng Vrederbug, dan Museum Purbakala. P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum? I : Melihat benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga mencari tahu cerita dibalik koleksi yang ada. P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan? I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu nyaman dan tenang. P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejara? Jelaskan? I : Kalau menurut saya tidak cocok karena benda-benda yang ada di museum itu belum pasti kejelasnya sudah ditampilkan dan benda-benda yang biasa juga sudah ditampilkan, yang belum jelas sejarahnya juga sudah ditampilkan. P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kuliahsekolahrekreasi? I : Dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan, berdasarkan tugas kuliah. Kami diajak melakukan penelitian untuk dijadikan tugas Pengembangan Kreativitas Mahasiswa PKM. CATATAN LAPANGAN 9 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Theresia April Lindawati Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Hari, Tanggal : Rabu, 10 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah kamu pernah berkunjung ke Museum? Museum mana yang pernah kamu kunjungi? I : Pernah, museum yang pernah saya kunjungi diantaranya Museum Merapi, Museum Benteng Vrederbug, dan Museum Geologi. P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum? I : Melihat benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga mencari tahu nilai sejarah dari setiap koleksi yang ada di museum. P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan? Bedanya Museum Misi Muntilan dengan museum lain yang pernah Anda kunjungi? I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu adem, di mana tempatnya sangat nyaman dan sejuk. Bedanya Museum Misi Muntilan dengan museum yang lain yaitu kalau di Museum Misi Muntilan banyak menampilkan benda-benda yang memiliki nilai sejarah dari para Romo-Romo yang pernah menjabat sebagai Keuskupan Agung Semarang dan juga peninggalan-peninggalan lain yang ingin memperkenalkan Agama Katolik P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejara? Jelaskan? I : Iya, sangat cocok. Meskipun Museum Misi Muntilan sangat condong kearah agama khususnya agama Katolik. Akan tetapi kalau kita belajar dalam sebuah pendidikan tidak boleh mencampur adukan dengan agama, tetapi menjadikan sesuatu yang ada disekiling kita sebagai sumber belajar. Khususnya untuk kami Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Prodi Pendidikan Sejarah yang mengambil Kuliah Sejarah Gereja. Museum Misi Muntilan ini dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran karena implementasinya sangat nyambung. Koleksi-koleksi yang ada dapat memberikan banyak pengetahuan untuk kita mengenal masuknya agama Katolik di Indonesia khususnya Pulau Jawa. P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat untuk sumber belajardan koleksi manakah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Koleksi-koleksi yang ada di museum semuanya dapat memberikan manfaat untuk pembelajaran. Khususnya saya yang kuliah di Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. Di mana ada mata kuliah sejarah Gereja yang sangat relevan dengan koleksi-koleksi yang ada di museum. Implementasinya sangat cocok untuk digunakan sebagai sumber belajar. Koleksi yang dapat digunakan untuk sumber belajar khususnya sejarah yaitu koleksi mengenai Romo van Lith. P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kuliahsekolahrekreasi? I : Kunjungan ke Museum Misi Muntilan dilakukan berdasarkan tugas kuliah. Kalau dari kampus tidak mengajak saya tidak akan tahu kalau ada museum di Muntilan yang menampilkan berbagai macam koleksi mengenai agama Katolik. P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai seumber belajar? I : Kendala yang dihadapi untuk menjadikan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu museum ini kurang begitu di ekspos. Banyak orang kurang mengetahui kalau di Muntilan punya sebuah museum yang tidak kalah dengan museum lainnya yang ada di Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 10 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Donita Sari XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Van Lith Hari, Tanggal : Senin, 15 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah Anda kunjungi? I : Pernah. Museum yang pernah saya kunjungi adalah Museum Kereta Api, dan Museum Afandi. P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum? I : Kegiatan yang saya lakukan ketika berada di museum yaitu melihat atau mengamati benda-benda koleksi yang ada di museum. Membaca sejarah mengenai koleksi-koleksi yang ada dan mengabadikan dalam bentuk foto P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan? I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke museum ini adalah bangga, karena di Muntilan sendiri sebagai kota yang kecil ternyata banyak lahir tokoh-tokoh sejarah atau para misionaris yang menyebarkan Katolik di Pulau Jawa. Museum memiliki koleksi-koleksi yang berbeda dari museum yang pernah saya kunjungi. Koleksi-koleksi yang ada menambah wawasan baru mengenai sejarah agama Katolik. P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejara? Jelaskan? I : Kalau menurut saya cocok sekali karena dari museum ini kita dapat mengetahui sejarah Muntilan sampai disebut Betlehem van Java. P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat untuk sumber belajar dan koleksi mana yang dapat digunakan untuk sumber belajar khususnya sejarah? I : Iya, koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat untuk sumber belajar karena di setiap koleksi memiliki nilai sejarah yang dapat digali lebih lagi untuk sumber belajar. Sedangkan untuk koleksi yang dapat digunakan untuk sumber belajar yaitu koleksi yang menceritakan tentang orang-orang yang pernah berkarya di tanah Jawa. mereka memiliki semangat dalam menyebarkan misi di tanah jawa ini. P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kuliahsekolahrekreasi? I : Dalam melakukan kunjungan ini saya diajak oleh sekolah. Saat melakukan kunjungan pertama saya merasa kagum melihat bahwa di Muntilan ada sebuah museum yang memiliki koleksi yang bagus. P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai seumber belajar? I : Kendala yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar yaitu masih banyak orang yang beranggapan kalau Museum Misi cocoknya digunakan hanya untuk pelajaran agama saja. Pada hal di dalamnya terdapat banyak sumber yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran sejarah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 11 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Teresiana Donal Cristiani X IPS 2 SMA Pangudi Luhur Van Lith Hari, Tanggal : Senin, 15 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah Anda kunjungi? I : saya pernah berkunjung ke museum. Museum yang pernah saya kunjungi adalah Museum Kereta Api. P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum? I : Kegiatan yang saya lakukan kalau berada di museum yaitu melihat atau mengamati benda-benda koleksi yang ada di museum. P : Bagaimana kesan yang didapat saat Anda berkunjung ke Museum Misi Muntilan? I : Kesan yang saya dapatkan saat berkunjung ke museum ini yaitu museum ini sangat keren, karena museum ini berisi peninggalan para pendahulu kita. P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejara? Jelaskan? I : Kalau menurut saya cocok untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar karena koleksi-koleksi yang ada dapat memberikan manfaat sendiri dalam pembelajaran. P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk sumber belajar dan koleksi mana yang dapat digunakan untuk sumber belajar, khususnya sejarah? I : Iya, koleksi yang ada sangat memberikan manfaat khususnya untuk pemebelajaran sejarah karena belajar sejarah tidak hanya bersumber pada satu benda saja, tetapi bisa dari beberapa koleksi yang ada. Sementara koleksi yang dapat memberikan manfaat untuk sumber belajar sejarah yaitu patung Romo van Lith. Menurut saya Romo van Lith dapat memberikan suatu perubahan untuk bangsa ini dalam hal pendidikan. P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kuliahsekolahrekreasi? I : Kunjungan dilakukan berdasarkan tugas sekolah. Setiap awal tahun ajaran baru kami diajak untuk mengenal museum secara lebih dekat. P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai seumber belajar? I : Banyak benda koleksi yang belum begitu kelihatan sejarahnya. CATATAN LAPANGAN 12 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Romo Demonicius Bambang Sutrisno, Pr Imam Projo Keuskupan Agung Semarang Hari, Tanggal : Rabu, 17 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan? I : Latar belakang berdirinya museum dulunya dibangun untuk konteksnya sejarah. Istilahnya dulu dalam rangka untuk mengetahui awal mulanya Keuskupan Agung Semarang. Untuk mengetahui perkembangannya dari masa ke masa. Kemudian museum ini untuk kepentingan orang-orang yang memahami, mendalami spritualitas atau pola dasar penghayatan iman di Keuskupan Agung Semarang. Yang pokok untuk kepentingan sejarah, supaya setiap orang bisa paham. Hal pertama yang kami pelajari yaitu mengenai hakekat sejarah. Karena kami bukan orang yang berlatar belakang sejarah. Sejarah itu bukan mengenai masa lampau. Sejarah itu untuk memahami situasi konkret sekarang. P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum? I : Pada waktu itu museum dibangun di Semarang yang diberi nama Wisma Uskup. Dalam perkembangannya museum ini kurang mendapat perhatian dari umat. Kemudian dari beberapa pengurus di Keuskupan Agung Semarang, memindahkan museum ke Muntilan. Hal ini dilakukan karena Muntilan disebut sebagai Betlehem Van Java tempat lahirnya Tuhan Yesus di Jawa. I : Kami adalah orang lapangan dan pelaksana dari utusan tingkat tinggi. Kendalanya yaitu soal kepemilikian tanah, karena tanah yang digunakan untuk membuat museum adalah tanah milik Konggergasi Jesuit. Programnya orang melihat itu adalah utusan Keuskupan Agung Semarang. Orang umum mengatakan bahawa ini tanah ini milik Paroki Muntilan. Maka museum ini menempati tanah milik Jesuit yang kemudian untuk Paroki Muntilan, kemudian ada yang merasa dirugikan. Oleh karena itu dibuatlah tempat pastoran baru, tetapi tempat pasturan baru ini tidak jadi ditempati karena banyak pihak yang tidak setuju yang akhirnya tempat pastoran baru ini yang menjadi museum. karean Program museum adalah program kerjasama antara Keuskupan agung Semarang, Serikat Jesuit, dan Bruder FIC yang menyangkut situs missioner di Muntilan. Oleh karena itu mereka menggap banguan lama lebih. Kendala lain yaitu kami bukan dari orang-orang mengerti tentang museum. P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi koleksi Museum Misi Muntilan? I : Koleksi pertama dari Wisma Uskup di Keuskupan Agung Semarang. Kemudian dari beberapa umat yang mempunyai barang-barang penigalan dari para Romo, dari Pasturan-Pasturan dan ada yang kami harus mengeluarkan biaya untuk mengganti Lonceng Prenthaler dari Boro. P : Apa saja kegiatan edukasi yang dilakukan di Museum Misi Muntilan? I : Kegiatan edukasi yaitu pendampingan, rekoleksi. Kegiatan pendampingan ini dimulai dari pengatar. Pengunjung diajak untuk meyaksikan sejarah Muntilan sebagai Bethlehem van Java dan mengenai Museum Misi Muntilan. Siapapu yang terlibat dalam museum harus bisa menguasai edukasi yang ada di museum. Semua pengunjung yang datang dipandu. Untuk didampingi, sehingga mereka dapat mengenal koleksi yang ada secara jelas. Kalau yang datang rombongan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Ada yang masuk ke dalam ruang aula dulu untuk diberi pengatar, kemudia baru dipandu untuk melihat koleksi. Museum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ini masuk ke dalam misiologi yaitu museum yang menekankan kepada pewarisan nilai-nilai. P : Apakah Museum Misi Muntilan dapat digunakan sebagai sumber belajar terutama untuk sejarah? I : Museum Misi Muntilan dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah terutama untuk materi sejarah Gereja, memang kerangka pertama pembentukan museum ini adalah sejarah. Ini cocok untuk belajar sejarah dalam arti tertentu. Sejarah untuk memahami realitas sekarang dan menjadi daya dorong untuk maju. Untuk belajar memahami bagaiman pendidikan jaman dulu, perkembangan gereja dulu, munculnya gerakan- gerakan dulu. Memang hal masa lamapu tetapi dipakai untuk masa kini. Seperti tulisan Sartono Kartodirjo tulisan-tulisan itu berbau mengenai sejarah lokal suatu daerah. P : Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah? I : Cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan ini sebagai sejarah yaitu dengan mendampingi para pengunjung untuk melihat koleksi-koleksi yang ada di museum serta menjelaskan setiap koleksi yang ada dan diajak untuk menggali wawasan mereka mengenai benda yang mereka lihat sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 13 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Fransicus Saferius Agung Prabowo Kodam IV Diponegoro Hari, Tanggal : Kamis, 18 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah bapak pernah berkunjung ke Museum? Museum mana saja yang pernah bapak kunjungi? I : Pernah, museum yang pernah saya kunjungi diantaranya Museum Jogja Kembali, Museum Ambara, Museum Kereta Api, Museum Nasional, Museum Persenjataan dan masih banyak lagi museum-museum lainnya yang biasanya berkaitan dengan kemiliteran. P : Apa yang sering bapak lakukan saat berkunjung ke Museum? I : Melihat benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga mencari tau nilai sejarah dibalik koleksi-koleksi yang dipajang. P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan? I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu museum ini sangat bagus, sudah tertata rapi, pelayanannya juga sudah sangat memuaskan dan menambah pengetahuan yang sebelumnya belum pernah kami ketahui. Bedanya museum ini dengan museum lainnya yaitu dari koleksi-koleksi yang ditampilkan semuanya bernuasa agama Katolik dan jarang ditemui di tempat lain. P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejarah? Jelaskan? I : Iya, museum ini sangat cocok dimanfaatkan untuk sumber pengetahuan, dimana fasilitas yang ada di museum ini sudah sangat memadai. Disediakan tempat untuk menonton video sebelum masuk ke tempat koleksi dan didampingi pemandu yang menjelaskan satu persatu mengenai koleksi yang ada di museum. P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum semuanya dapat memberikan manfaat untuk pembelajaran dan koleksi mana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar? I : Menurut saya koleksi-koleksi yang ada di museum ini rata-rata sangat memberikan manfaat untuk pembelajaran. Kemudian untuk mendapatkan koleksi-koleksi yang ada di museum ini sangat susah dan tidak mudah. Saya sangat terkesan dengan koleksi-koleksi yang ada di sini dan sangat jarang dijumpai di tempat lain. Koleksi yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah menurut saya koleksi sepeda otel milik Mbah Darmo, karena sepeda ontel menggambarkan penyembaran ajaran agama Katolik masih sangat sederhana. P : Apakah bapak dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kantorrekreasi? I : Saya dan teman-teman melakukan kunjungan dalam rangka rekreasi untuk menambah pengetahuan tentang agama Katolik. P : Menurut bapak, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar? I : Menurut saya tidak ada kendala yang dihadapi untuk menjadikan museum ini sebagai tempat belajar, karena koleksi yang ada sudah cukup beragam dan sangat memberi pengetahuan untuk setiap orang yang datang berkunjung ke museum ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI CATATAN LAPANGAN 14 WAWANCARA Judul Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait Responden : Riyan Saputra Mahasiswa Universitas Gajah Mada Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Arkeologi Hari, Tanggal : Kamis, 18 Mei 2017 Keterangan P : Peneliti I : Informan P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah Anda kunjungi? I : Iya saya sering berkunjung ke museum. Museum yang saya kunjungi yaitu Museum Sono Budoyo, Museum Benteng Vredebrug, Museum Nasional dan masih banyak lagi. P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum? I : Kegiatan yang saya lakukan kalau berada di museum yaitu melihat atau mengamati koleksi-koleksi yang ada di museum untuk menambah wawasan pengetahuan. P : Bagaimana kesan yang didapat saat Anda berkunjung ke Museum Misi Muntilan? I : Kesan yang saya dapatkan saat berkunjung ke museum ini yaitu saya penasaran tentang koleksi yang ada di museum. Sebetulnya saya punya gambaran cerita tentang museum ini, tetapi apa isinya belum ada gambaran. Walapun saya sudah bekerja di museum. P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejara? Jelaskan? I : Cocok, tetapi masih banyak data-data mengenai koleksi-koleksi yang masih kurang dalam cerita sejarahnya. Seperti pada waktu itu ada sekelompok anggota yang ingin mencari data mengenai Lonceng Agelus, tetapi data yang di miliki museum masih kurang. P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat untuk sumber belajar, khususnya sejarah?. I : Iya, hal ini sangat memberikan manfaat khususnya untuk pemebelajaran Sejarah dan koleksi yang cocok digunakan untuk sumber belajar sejarah yaitu koleksi mengenai sejarah Gereja Katolik di Indonesia. P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini berdasarkan tugas kuliahsekolahrekreasi? I : Dalam melakukan kunjungan ini berdasarkan tugas kuliah. Di mana Saya punya kesempatan untuk magang di museum ini. Kegiatan yang saya lakukan yaitu meneliti koleksi-koleksi yang ada dan perawatannya. P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai seumber belajar? I : Banyak benda koleksi yang belum begitu kelihatan asal usul sejarahnya. DOKUMENTASI WAWANCARA A. Dokumentasi Pengelola Museum Misi Muntilan Wawancara dengan Antonius Tri Usada Sena tanggal 2 Mei 2015 Sumber : Dokumentasi Pribadi Wawancara dengan Romo. Yosep Nugroho tanggal 8 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi Wawancara dengan Rm. Bambang Sutrisno, Pr tanggal 17 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi

B. Dokumentasi Guru

Wawancara dengan Robertus Balok Nugroho tanggal 8 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi Wawancara dengan Albertus Joko Suryanto tanggal 8 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi

C. Dokumentasi Pengunjung

Wawancara dengan Theresia April Lindawati tanggal 10 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi Wawancara tanggal dengan Donita Sari dan Donal Cristiani 15 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi Wawancara dengan F.X Agung Prabowo tanggal 18 Mei 2017 Sumber : Dokumentasi Pribadi