Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah

dalam menyembarkan misi, meskipun banyak hal sulit yang terjadi di tempat mereka melayani, misalnya Romo van Lith CL.1. 120 Sementara itu, pengunjung pelaku studi mengatakan bahwa kesan diperoleh saat berkunjung ke museum ini adalah bangga, karena di Muntilan sebagai kota yang kecil ternyata banyak melahirkan tokoh-tokoh sejarah atau para misionaris yang menyebarkan Agama Katolik di Pulau Jawa khususnya Romo van Lith CL.10. Beberapa pengunjung mengatakan bahwa kesan mereka dapatkan saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan mereka merasa nyaman dan tenang. Guru matapelajaran sejarah mengatakan bahwa kesan yang diperoleh saat berkunjung ke museum yaitu museum ini dibuat untuk mengenal jasa-jasa Romo van Lith dan sejarah Gereja Katolik CL.7. 121 Sementara mahasiswa UGM mengatakan bahwa kesan yang didapatkan saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu penasaran mengenai koleksi yang ada. Sebetulnya dia sudah memiliki gambaran mengenai cerita tentang museum ini, tetapi isi di dalamnya belum ada gambaran CL.14. 122 Berikut ini beberapa data mengenai kesan pengunjung yang pernah datang ke Museum Misi Muntilan di antaranya: Tabel 4. Kesan Data Pengunjung Museum Misi Muntilan Tahun 2016 No Tanggal Nama Asal Kesan 1. 05-07-2016 SMA Pangudi Luhur Muntilan Menambah pengetahuan dan keingintahuan mengenai penyebaran Agama Katolik yang dilakukan oleh Romo van Lith. 120 Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017 121 Hasil wawancara dengan Bruri, 9 Mei 2017 122 Hasil wawancara dengan Riyan, 18 Mei 2017 2. 11-08-2016 Kel. Editha dan Ibu Maria Lembang, Jawa Barat Sangat menarik mempelajari sejarah perkembangan Agama Katolik merupakan museum yang hidup. 3. 13-08-2016 Keluarga besar SMP Perdana Semarang Semarang Sangat menarik dan menambah ilmu pengetahuan sejarah. 4. 16-08-2016 Pendidikan Agama Katolik USD Yogyakarta Keren, kagum, menambah wawasan dan semakin semangat untuk mewartakan. 5. 19-08-2016 Liza Ariesta, Rizki, Aan Rukmana, M. Saleh Kemendikbud Pekerjaan yang dilakukan dengan hati akan sampai ke hati dan mempengaruhi seluruh kehendak hati. 6. 21-08-2016 PRMK FSM UNDIP Semarang Inspirasi iman dan perwataan yang mengagumkan. 7. 31-08-2016 TK Pangudi Luhur Muntilan Muntilan Luar biasa. 8. 11-09-2016 Prodiakon Paroki St. Maria Annuntiata Sidoarjo Menambah pengetahuan dan penguatan iman untuk melaksanakan misi sebagai umat Katolik dalam kehidupan berlingkungan dan bermasyarakat. Selanjutnya berkaitan dengan pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, sebagian besar mengatakan museum ini dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah. Mereka memiliki alasan masing-masing mengenai museum yang dapat digunakan untuk sumber belajar di antaranya siswa SMA Pangudi Luhur van Lith yang mengatakan bahwa museum ini cocok sekali dijadikan sebagai sumber belajar karena kita dapat belajar mengenai sejarah Muntilan sampai disebut Betlehem van Java CL.10. 123 Sementara itu, siswa SMA Pangudi Luhur van Lith lain mengatakan bahwa museum ini cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar karena koleksi-koleksi yang ada dapat memberikan manfaat sendiri dalam pembelajaran CL.11. 124 Sementara mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengatakan bahwa museum ini sangat cocok digunakan sebagai sumber belajar sejarah, meskipun koleksi yang ada sangat condong ke arah Agama Katolik. Akan tetapi, dalam sebuah pembelajaran kita harus bisa mengaitkan beberapa ilmu yang kita peroleh, karena dalam pembelajaran sejarah, sejarah tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan ilmu bantu lain. Sebagai salah satu sumber belajar sejarah, hal ini sesuai dengan mata kuliah yang sedang diambil mengenai Sejarah Gereja. Banyak koleksi yang dapat dijadikan contoh kongkret mengenai perkembangan Gereja Katolik di Indonesia CL.9. 125 Sementara pengunjung pelaku rekreasi mengatakan bahwa museum ini sangat cocok dimanfaatkan untuk sumber pengetahuan, di mana fasilitas yang ada di museum ini sudah sangat memadai. Sebelum kita memasuki ruang museum, kita disediakan tempat untuk menonton video mengenai Museum Misi Muntilan. Setelah itu, kita akan diajak ke ruangan museum dan pengelola museum akan menjelaskan satu persatu mengenai koleksi yang ada di museum CL.13. 126 Selanjutnya Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum SMA Pangudi Luhur van Lith mengatakan bahwa museum ini sangat cocok digunakan sebagai sumber 123 Hasil wawancara dengan Donita Sari, 15 Mei 2017 124 Hasil wawancara dengan Theresia Donal Cristian, 15 Mei 2017 125 Hasil wawancara dengan Theresia April Lindawati, 10 Mei 2017 126 Hasil wawancara dengan F.X.Agung Prabowo, 18 Mei 2017 belajar sejarah, tetapi belum ada materi sejarah yang berkaitan dengan Museum Misi Muntilan. Namun untuk pengetahuan sejarah secara umum, museum ini cocok digunakan untuk menambah wawasan dalam pengenalan mengenai sejarah Gereja Katolik dan Romo van Lith CL.5. 127 Senada dengan pendapat di atas, guru matapelajaran sejarah mengatakan bahwa Museum Misi Muntilan sangat cocok digunakan sebagai sumber belajar sejarah, terutama untuk anak-anak van Lith karena visi misi yang dimiliki sangat relevan dengan museum. Selain itu, anak-anak juga dapat belajar mengenai sejarah Romo van Lith. Caranya belajar yaitu anak-anak diajak untuk berkunjung ke museum. Akan tetapi, pada kurikulum pendidikan kita saat ini, khususnya dalam mata pelajaran sejarah belum didapati materi mengenai proses masuknya Agama Kristen dan Katolik yang baru ada masuknya Agama Hindu, Buddha, Islam sekalipun sedikit disinggung namun belum dibahas secara mendalam. Untuk materi yang hampir mendekati, yaitu perkembangan kolonialisme di Indonesia, itupun hanya sekilas misalnya tentang gold, glory, gospel, dan latar belakang penjelajahan CL.7. 128 Sementara itu, mahasiswa UGM mengatakan bahwa museum ini cocok digunakan sebagai sumber belajar sejarah, tetapi masih banyak data-data mengenai koleksi-koleksi yang masih kurang cerita sejarahnya. Seperti pada waktu itu ada sekelompok anggota yang ingin mencari data mengenai Lonceng Angelus, tetapi museum hanya memiliki data sebatas lonceng ditemukan dan 127 Hasil wawancara dengan Robertus Balok, 8 Mei 2017 128 Hasil wawancara dengan Bruri, 9 Mei 2017 digunak belum mengetahui sejarahnya secara mendalam CL.14. 129 Dipihak lain, mahasiswi Universitas Sanata Dharma mengatakan bahwa Museum Misi Muntilan kurang cocok digunakan untuk sumber belajar sejarah karena koleksi- koleksi yang ada di museum itu belum memiliki kejelasan sudah ditampilkan CL.8. 130 Menurut pengamatan peneliti pengunjung ini memang tidak memiliki ketertarikan mengenai Museum Misi Muntilan, sehingga ia menjawab bahwa museum ini tidak cocok kalau digunakan sebagai sumber belajar terutama sejarah. Berkaitan dengan kunjungan ke Museum Misi Muntilan sebagian besar pengunjung mengatakan bahwa kunjungan yang mereka lakukan ini berdasarkan tugas sekolah, kuliah dan juga rekreasi. Pengunjung pelaku rekreasi mengatakan bahwa kunjungan yang dilakukan bersama teman-temannya merupakan rekreasi yang diadakan oleh Komunitas Anak Muda Katolik Universitas Surabaya. Di komunitas ini kami melakukan ziarah ke tempat-tempat yang bernilai religus dan juga belajar mengenai sejarah perkembangan Agama Katolik di Indonesia CL.1. 131 Senada dengan pengunjung di atas, pengunjung pelaku rekreasi lain mengatan bahwa kunjungan yang mereka lakukan ke Museum Misi muntilan dalam rangka rekreasi untuk menambah pengetahuan tentang Agama Katolik CL.13. 132 Sementara siswa SMA Pangudi Luhur van Lith CL.10, CL.11 mengatakan bahwa dalam melakukan kunjungan ini mereka diajak oleh sekolah untuk mengenal Musuem Misi Muntilan. Setiap awal tahun ajaran baru mereka diajak 129 Hasil wawancara dengan Riyan, 18 Mei 2017 130 Hasil wawancara dengan Indri, 10 Mei 2017 131 Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017 132 Hasil wawancara dengan F.X. Agung Prabowo, 18 Mei 2017 untuk mengenal museum secara lebih dekat dengan datang berkunjung ke sana. Mahasiswi Universitas Sanata Dharma CL.8, CL.9 mengatakan bahwa dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini dilakukan berdasarkan tugas kuliah, di mana mereka diajak untuk melihat beberapa hal yang dapat digunakan untuk bahan Pengembangan Kreativitas Mahasiswa PKM. Berkaitan dengan cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah, sebagian besar mengatakan bahwa cara memanfaatkannya dengan mendampingi para pengunjung untuk melihat koleksi-koleksi yang ada di museum serta menjelaskan setiap koleksi yang ada dan diajak untuk menggali wawasan mereka mengenai benda yang mereka lihat sendiri. Sementara direktur museum mengatakan bahwa setelah ada pendampingan diharapkan ada studi-studi khusus yang dibuat berkaitan dengan koleksi, keberadaan, maupun tujuannya yang dimiliki museum. Studi-studi tersebut setidaknya dapat membantu merefleksikan dan memperdalam wawasan mengenai koleksi yang mereka lihat. Misalnya dalam bentuk karya tulis, dan jurnal yang sangat berperan dalam tujuan pembuatan museum CL.6. 133 Sementara itu, salah seorang anggota tim edukasi mengatakan bahwa cara memanfaatk museum sebagai sumber belajar yaitu dengan membuat buku-buku mengenai sejarah dari koleksi-koleksi yang ditampilkan. Biasanya digunakan untuk souvenir, sehingga mereka dapat menggali lagi sejarah dari setiap koleksi yang sudah diterangkan dengan membaca buku yang ada CL.2. 134 Selain itu, pengelola museum mengatakan bahwa caranya dengan datang berkunjung, 133 Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, 8 Mei 2017 134 Hasil wawancara dengan Pak. Puji, 27 April 2017 melihat, dan membantu pengunjung untuk berefleksi dan mempertimbangkan lagi keberadaan dirinya setelah melihat koleksi masa lampau mengenai kenyataan dirinya selama ini. Dengan pengamatan yang diperoleh, nantinya akan mendorong mereka membuat aksi, baik sendiri maupun secara bersama-sama. Inilah metode atau cara yang ditempuh untuk membantu pelajar, mahasiswa, masyarakat, umat untuk mengembangkan karakter, sehingga didapat hasil yang memuaskan untuk hidupnya dan sesama CL.3. 135 Sementara guru matapelajaran yang ada disekitar museum mengatakan bahwa cara memanfaatkan museum sebagai sumber belajar yaitu dengan datang berkunjung ke Musuem Misi Muntilan, sehingga siswa yang diajak dapat memperoleh pengetahuan umum mengenai Agama Katolik dan penyebaran karya misi di Indonesia. Berkaitan dengan kendala yang dihadapi untuk menjadikan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah, pihak museum mengatakan bahwa kendala yang mereka hadapi yakni dalam hal penyedian data mengenai koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan, masih banyak data yang belum jelas mengenai sejarahnya. Sementara itu, dari guru mata pelajaran sejarah kendala yang dihadapi dalam hal catatan-catatan sejarah. Masih banyak koleksi yang belum memiliki keterangan mengenai sejarah kolekisi tersebut, sehingga membuat mereka kesulitan dalam menerangkan koleksi kepada siswa. Sementara guru SMP Kanisus mengatakan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi karena kita mempunyai kompleks yang sama dengan Museum Misi, sehingga kapan saja 135 Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017 datang ke museum mereka terbuka dan menerima dengan senang hati CL.4. 136 Menurut peneliti, informan kurang begitu memahami mengenai pertanyan yang sedang diajukan, hal ini dikarenakan informan tersebut tidak memanfaatkan museum tersebut sebagai seumber belajar, karena menurut dia tidak ada materi yang cocok digunakan untuk memanfaatkan museum sebagai sumber belajar khususnya sejarah. informan mengatakan pembelajaran yang cocok yaitu Agama Katolik. Sementara dari pengunjung sendiri kendala yang dihadapi untuk menjadikan museum ini sebagai sumber sejarah yaitu masih banyak koleksi- koleksi yang belum begitu jelas nilai sejarahnya. Sementara Theresia April Lindawati mengatakan bahwa kendala yang dihadapi untuk menjadikan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu museum ini kurang begitu di ekspos oleh masyarakat. Banyak orang kurang mengetahui kalau di Muntilan sendiri punya sebuah museum yang tidak kalah dengan museum lainnya yang ada di Indonesia CL.9. 137 Pengunjung pelaku studi mengatakan bahwa kendala yang dihadapi untuk mejadikan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah, yakni dalam hal pendampingan. Kebanyakan orang kadang malas untuk mengikuti sebuah pendampingan sampai selesai dan menurutnya beberapa koleksi-koleksi yang ada di museum harus ditampilkan secara visual untuk memudahkan orang melihat koleksi-koleksi yang ada di museum CL.1. 138 Selanjutnya siswa SMA Pangudi Luhur van Lith mengatakan bahwa kendala yang dihadapi untuk menjadikan 136 Hasil wawancara dengan Pak. Joko, 8 Mei 2017 137 Hasil wawancara dengan Theresia April Lindawati, 10 Mei 2017 138 Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017 museum sebagai sumber belajar yaitu masih banyak orang yang beranggapan kalau Museum Misi cocoknya digunakan hanya untuk pelajaran agama saja. Padahal di dalamnya terdapat banyak sumber belajar yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran sejarah CL.10. 139 Di lain pihak, pengunjung pelaku rekreasi mengatakan bahwa menurutnya tidak ada kendala yang dihadapi untuk menjadikan museum ini sebagai tempat belajar, karena koleksi yang ada sudah cukup beragam dan sangat memberi pengetahuan bagi setiap pengunjung yang datang ke Museum Misi Muntilan CL.13. 140 Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu dengan datang berkunjung dan melihat koleksi yang ada, tidak sekedar melihat tetapi mencari tahu mengenai sejarah dari setiap koleksi yang dilihat, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai setiap koleksi yang ada di museum, seperti halnya mengenai sejarah karya misi Keuskupan Agung Semarang dan Agama Katolik di Indonesia. Dalam perkembangnya museum ini dirasa sangat cocok digunakan sebagai salah satu sumber belajar baru selain pembelajaran di kelas, karena mereka bisa belajar secara langsung dengan melihat koleksi-koleksi yang ada. Dengan melihat langsung koleksi yang ada di museum akan menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai koleksi yang ada, sehingga setiap dari mereka akan menghargai dan mencintai warisan budaya yang di miliki bangsa Indonesia. 139 Hasil wawancara dengan Donita Cristian, 15 Mei 2017 140 Hasil wawancara dengan F.X. Agung Prabowo, 18 Mei 2017

C. Pembahasaan

1. Latar Belakang Berdirinya Museum Misi Muntilan

Berdasarkan hasil penelitian, para pengelola museum mengatakan bahwa latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan, sudah mulai ada sekitar tahun 1990. Pada waktu itu Keuskupan Agung Semarang berulang tahun ke 50. Pada saat ulang tahun ke 50 ada beberapa program yang dibuat oleh keuskupan salah satunya membuat museum. Museum ini didirikan untuk mengetahui sejarah awal mulanya Keuskupan Agung Semarang dan perkembangannya dari masa ke masa. Selain itu, museum didirikan untuk kepentingan orang-orang yang ingin memahami, mendalami spritualitas atau pola dasar penghayatan iman di Keuskupan Agung Semarang. Oleh sebab itu, dibangunlah sebuah museum di Semarang, tetapi museum ini kurang mendapat perhatian dari umat, sehingga museum dipindahkan ke Muntilan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh teori mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan pada buku pedoman museum. Pada saat peringatan 50 tahun Gereja Keuskupan Agung Semarang KAS pada tahun 1990 memiliki empat macam program: 1 pendataan; 2 musyawarah pastoral; 3 penulisan sejarah; dan 4 pendirian museum. Masing-masing program terlaksana dengan aneka dinamika. Dalam hal pendirian museum, sejak tahun 1992 sudah dirintis terjadinya suatu museum Gereja Keuskupan Agung Semarang dengan dilaksanakannya penataan benda-benda koleksi peninggalan karya misi Keuskupan Agung Semarang. Tempat presentasi benda-benda koleksi ini berada di Wisma Uskup Keuskupan Agung Semarang, Jalan Pandanaran 13 Semarang. Namun, keberadaannya kurang mendapatkan perhatian dari umat. 141 Kemudian muncul gagasan dari Mgr. Ignatius Suharyo agar museum yang dibangun sekarang berbeda dengan Wisma Uskup dan museum lain, di mana museum yang dibangun harus dapat menarik minat orang-orang untuk berkunjung. Hal ini dikarenakan pada saat itu, ada anggapan bahwa museum hanyalah merupakan gudang bagi benda-benda penting dan mahal, sehingga pada saat itu tidak ada umat yang berkunjung ke Wisma Uskup. Oleh sebab itu, Mgr. Ignatius Suharyo dan para panitia ingin mengubah pemikiran umat bahwa museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai tempat untuk mempelajari apa yang sudah terjadi dan untuk mempertimbangkan rencana-rencana tindak lanjut kedepan. Beliau berpikir supaya museum yang didirikan menjadi museum yang hidup, museum yang bisa menjadi sarana edukasi, museum yang tetap ada hubungan dengan perkembangan zaman. Dari pernyataan di atas diperkuat dengan teori mengenai kesadaran sejarah. Di mana dalam diri panitia museum Keuskupan Agung Semarang sudah nampak mengenai pentingnya sejarah bangsanya, bagi perkembangan kehidupan di masa sekarang dan mendatang. Dengan demikian, kesadaran sejarah tidak tidak lain dari pada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna 141 Pedoman MMM PAM, op.cit,hlm. i dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa yang akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses kehidupan. 142 Sementara itu, museum yang hidup bukan sekedar gudang mahal sebagai tempat mengumpulkan dan menjaga benda dari masa lampau, tetapi museum yang mampu membuat setiap orang yang datang ke sana memiliki rasa bangga dan kagum mengenai warisan budaya yang di miliki bangsanya. Guna mewujudkan gambaran “museum yang hidup”, Mgr. Ignatius Suharyo sejak awal telah menekankan pentingnya peran dan fungsi bidang edukasi. Bidang edukasi inilah yang akan menjadi “nyawa” bagi MMM, 143 karena saat para pengunjung datang dan melihat koleksi yang ada akan menumbuhkan imajinasi dari tokoh-tokoh yang ditampilkan, sehingga menumbuhkan semangat cinta tanah air dalam dirinya. Berkaitan dengan pemilihan Muntilan sebagai lokasi didirikan museum para pengelola mengatakan bahwa pemilihan lokasi museum didasarkan atas pertimbangan historis. 144 Di mana dulunya Muntilan merupakan tempat berkembangnya karya misi di Jawa. Dari hasil observasi juga dapat dilihat bahwa Muntilan memiliki nilai historis yang cukup kental. Hal ini dibuktikan dari beberapa situs sejarah misi yang ada di Muntilan, seperti kerkof, bruderan, susteran, dan beberapa sekolahan. Banyak dari pengunjung tidak hanya berkungjung ke museum melainkan mereka juga berziarah ke makam-makam para romo yang ada di Kerkof Muntilan, seperti Romo van Lith, dan Romo Sandjaja. Pertimbangan historis lain juga diperkuat dengan teori mengenai sejarah Romo van Lith saat menyebarkan misi di Muntilan. Saat di Muntilan Pastor van 142 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta : Ombak, 2011, hlm. 140. 143 Ibid., hlm. v. 144 Ibid., hlm.i.