Sarana dan Prasarana Deskripsi Lokasi Penelitian
sejarah Keuskupan Agung Semarang. Hal pertama yang beliau lakukan adalah belajar mengenai hakekat sejarah, karena beliau bukan dari orang yang berlatar
belakang sejarah. Menurut beliau, sejarah itu bukan mengenai masa lampau, tetapi sejarah itu belajar untuk memahami situasi kongkret yang terjadi saat sekarang ini
CL.12.
90
Sementara itu, pengelola museum saat ini mengatakan bahwa Museum Misi Muntilan didirikan oleh Keuskupan Agung Semarang. Tim persiapan sudah mulai
ada sekitar tahun 1990, pada waktu itu Keuskupan Agung Semarang berulang tahun ke 50. Pada saat ulang tahun ke 50 ada beberapa program yang dibuat oleh
Keuskupan dan programnya mengarah ke umat semua, salah satunya membuat museum. Museum dibuat sebagai ucapan syukur kepada Tuhan dan mengingatkan
umat serta anak-anak muda mengenai sejarah karya misi Keuskupan Agung dan Agama Katolik di Indonesia, sehingga akan timbul rasa mencintai dan menghargai
warisan budaya. Setelah itu, tahun 1990 Keuskupan Agung Semarang memberikan gagasan untuk membuat museum.
Tahun 1998 mulailah dibentuklah Panitia Persiapan yaitu Panitia Museum Misi Muntilan Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang. Orang yang ditunjuk
menjadi pengelola panitia pembuatan museum saat itu bukanlah dari orang-orang sejarah, melainkan pastor penggerak umat, salah satunya Romo Bambang. Selain
panitia yang ditunjuk dalam persiapan pemabangun Museum Misi Muntilan dilibatkan pula beberapa ahli pendidikan dan sejarawan, seperti Ibu Sumini dan
90
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, 17 Mei 2017
Romo Hasto Rosarianto, SJ., aristek bangunan dari Universitas Katolik Soegijapranata dan Bapak Marsudi sebagai praktisi museum CL.3.
91
Dalam perkembangannya, ada gagasan dari Mgr. Ignatius Suharyo agar museum yang dibangun berbeda dengan museum yang lain, di mana museum
dapat menarik minat orang-orang untuk berkunjung. Hal ini dikarenakan pada saat itu, ada anggapan bahwa museum hanyalah merupakan gudang bagi benda-benda
penting dan mahal. Oleh sebab itu, Mgr. Ignatius Suharyo dan para panitia ingin mengubah pemikiran bahwa museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan
benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai tempat untuk mempelajari apa yang sudah terjadi dan untuk mempertimbangkan rencana-rencana tindak lanjut
kedepan CL.3. Mgr. Ignatius Suharyo berpikir supaya museum yang didirikan menjadi
museum yang hidup, museum yang bisa menjadi sarana edukasi dan museum yang tetap ada hubungan dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu,
ditunjuklah Romo Bambang bersama tim P3J Pelayanan, Pendampingan, dan Pengembalaan Jemaat Keuskupan Agung Semarang untuk mengolah Museum
Misi Muntilan menjadi museum yang hidup. Contohnya sepeda ontel dapat digunakan sebagai sarana transportasi yang membantu proses pengembangan
karya misi. Secara historis, tahun 1998 terbentuk panitia yang terbagi dalam dua bidang. Bidang pertama yang mengurusi benda-benda peningalan, bangunan dan
situasi sekitar. Bidang kedua, mengurusi edukasi mengenai kegiatan yang ada di
91
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017