PA B = Jika A dan B adalah kejadian saling bebas maka berlaku:
PA dan B = PA B = PA x PB M. Cholik Adinawan dan Sugijono. 2007: 149-153
B. Kerangka Pemikiran
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses belajar matematika. Salah satu yang mengindikasikan bahwa tujuan pembelajaran
matematika tidak tercapai secara optimal adalah terkait dengan masalah pemahaman atau tafsiran seseorang tentang konsep matematika yang disebut
konsepsi. Konsepsi disini adalah pemahaman atau tafsiran seseorang tentang konsep matematika yang telah ada dalam pikiran sebagai akibat dari proses belajar
konsep, dimana konsepsi awal akan mendukung untuk menguasaan materi selanjutnya. Konsepsi tentang suatu materi dalam matematika merupakan
prasyarat atau menjadi pendukung untuk materi selanjutnya. Sedangkan miskonsepsi adalah konsepsi seseorang yang bertentangan atau berbeda dengan
konsepsi para ahli. Peluang merupakan materi yang dipelajari siswa ketika duduk di bangku
SMP kelas IX kemudian diterima kembali ketika duduk di bangku SMA kelas XI semester 1 dengan pembahasan materi yang lebih mendalam atau lanjutan dari apa
yang telah diterima di SMP. Hal ini sesuai dengan kaidah hierarki belajar. Sehingga untuk meningkatkan prestasi belajar pada materi peluang perlu
diidentifikasi dan dianalisa mengenai derajat konsepsi siswa tentang peluang, derajat konsepsi siswa tersebut dapat menjadi acuan bagi guru sebelum memulai
materi peluang selanjutnya pada tingkat SMA. Pengkajian teori tentang konsep dalam belajar dan pengkajian teori tentang
peluang yang menggambarkan secara umum karakteristiknya sebagai obyek stimulasi memberikan gagasan-gagasan atau pemikiran yang dapat membantu
peneliti dalam merancang pelaksanaan penelitian.
Terdapat beberapa derajat konsepsi yang dimiliki siswa tentang peluang. Pengelompokan kategori derajat konsepsi siswa dilakukan berdasarkan derajat
pemahaman konsep yang disampaikan oleh Edmund A. Marek dalam Michael R. Abraham, 1992: 112. Menurut Edmund terdapat 6 derajat pemahaman konsep
pada siswa. Derajat pemahaman paling rendah adalah tidak ada respon dengan kriteria tidak ada jawaban dan derajat paling tinggi adalah memahami konsep
dengan kriteria jawaban siswa menunjukkan bahwa konsep yang dikuasai benar. Keenam derajat ini antara lain tidak ada respon, tidak memahami, miskonsepsi,
memahami sebagian dan terjadi miskonsepsi, memahami sebagian dan tidak terjadi miskonsepsi, serta memahami konsep. Keenam derajat tersebut
dikategorikan menjadi tiga kategori lagi yaitu tidak memahami konsep, terjadi miskonsepsi, dan memahami konsep.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat derajat konsepsi siswa tentang peluang. Konsepsi tentang peluang difokuskan pada konsepsi tentang ruang
sampel, konsepsi tentang peluang suatu kejadian, dan konsepsi tentang dua kajadian majemuk. Analisis juga akan dilihat berdasarkan kemampuan awal siswa
yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kemampuan awal tinggi, kemampuan awal sedang, kemampuan awal rendah.
Pada siswa diberikan tes essai untuk mengetahui bagaimana derajat konsepsi siswa mengenai peluang. Kemudian dari seluruh siswa yang
mengerjakan tes essai dipilih siswa untuk dianalisis lebih lanjut. Pemilihan ditinjau dari kemampuan awal siswa serta berdasarkan pertimbangan dari guru
matematika di sekolah bahwa siswa tersebut mampu memberikan keterangan atau informasi pada saat analisis lebih lanjut. Pada siswa yang dipilih dilakukan
wawancara mengenai hasil tes essai yang dikerjakan. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara klarifikasi mengenai jawaban siswa pada waktu tes essai
serta menggalian data tentang penyebab jika terjadi miskonsepsi dan ketidakpahaman.
Dalam analisis konsepsi siswa tentang peluang, akan dilihat bagaimana derajat konsepsi siswa ditinjau dari kemampuan yang dimiliki siswa. Bagaiman
derajat konsepsi siswa dengan nilai awal tinggi, kemampuan awal sedang, dan
kemampuan awal rendah. Akan dilihat pula apakah derajat pemahaman konsep yang pertama yaitu tidak ada respon terjadi pada siswa. Indikator dari derajat
pertama ini adalah tidak ada jawaban dari siswa. Kemudian akan dilihat pula apakah terdapat ketidakpahaman dan terjadi miskonsepsi pada siswa tentang
peluang. Jika terjadi ketidakpahaman konsep atau miskonsepi maka akan dicari apa yang menjadi penyebab terjadinya ketidakpahaman dan miskonsepsi tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Batik 2 Surakarta. Peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian dengan alasan sudah
mengetahui keadaan sekolah karena pernah melakukan PPL Praktek Pengalaman Lapangan di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilaksanakan penulis adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada tahap
ini penulis
melakukan kegiatan-kegiatan
permohonan pembimbing, pengajuan proposal penelitian, pembuatan permohonan ijin
penelitian di SMA Batik 2 Surakarta, serta penyusunan instrumen penelitian. Waktu yang dibutuhkan adalah 4 bulan yaitu April
– Juli 2009. b.
Tahap pelaksanaan Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan permohonan ijin dan survei ke
SMA Batik 2 Surakarta yang dijadikan tempat penelitiankemudian melakukan pengambilan data. Waktu yang dibutuhkan adalah 1 bulan, yaitu Agustus 2009
c. Tahap penyelesaian
Pada tahap ini penulis mulai dengan penyusunan laporan hasil penelitian.
B. Jenis Penelitian
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada proses dan makna daripada hasil. Di lain pihak tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami suatu masalah atau fenomena yaitu konsepsi siswa tentang peluang dan tidak mengarah pada penemuan cara pemecahan masalah jika terdapat
miskonsepsi. Laporan hasil penelitian disajikan dengan cara deskriptif berbentuk kalimat dan tidak berbentuk data statistik. Berdasarkan beberapa hal di atas
26
23