gangsing di sisi bernomor 2,2 pada gangsing bersisi empat tidak sama dengan kejadian berhentinya gangsing di sisi bernomor 2,2 pada gangsing
bersisi enam. c.
Kesimpulan Dari kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa subyek 5
memahami tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran dua buah gangsing.
6. Subyek 6
Nomor 1a a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.71 Jawaban Subyek 6 nomor 1a Dari lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa subyek 6 dapat
menyebutkan ruang sampel dalam pelemparan sebuah dadu. b.
Data Hasil Wawancara Petikan 81
Peneliti : “Kita mulai untuk nomor 1a. coba dibaca soal dan jawaban
adek” Subyek
: “Mata dadu berapa yang mungkin bisa muncul? Jawaban saya mata dadu yang mungkin muncul adalah mata dadu 1, 2, 3, 4,
5, 6. Karena peluangnya untuk masing-masing mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 adalah
dalam setiap kali lemparan.” Peneliti
: “Kok bisa peluang untuk setiap mata dadu ?” Subyek
: “Karena ini ada enam sisi, jadi setiap mata dadu anggotanya hanya satu sehingga peluangnya .
” Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa subyek 6
dapat menyebutkan ruang sampel dalam pelemparan sebuah dadu.
c. Kesimpulan
Berdasarkan kedua hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa subyek 6 memahami tentang ruang sampel dari pelemparan sebuah dadu.
Nomor 1b a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.72 Jawaban Subyek 6 nomor 1b Jawaban subyek 6 benar bahwa kejadian muncul mata dadu kembar
memiliki kemungkinan untuk muncul. Tetapi pada alasan yang dituliskan subyek 6 salah memberi nilai peluang untuk setiap titik sampel pada mata
dadu kembar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai rumus peluang. Kemungkinan hal ini terjadi karena subyek 6 salah
dalam memaknai konsep peluang, dimana peluang diartikan sebagai perbandingan antara banyak lemparan dengan banyaknya titik sampel.
Sehingga dari lembar jawab tersebut diperoleh data bahwa subyek 6 memahami bahwa mata dadu genap memiliki kemungkinan untuk muncul.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 82 Peneliti
: “Ya, kemudian muncul mata dadu genap mungkin tidak untuk muncul?”
Subyek : “Mungkin.”
Peneliti : “Berapa saja?”
Subyek : “2, 4, dan ,6.”
Peneliti : “Peluang muncul mata dadu genap berapa?”
Subyek : “Kalau menurut jawaban saya peluangnya 2 itu , 4 itu dan 6
itu . Karena itu dari mata dadu di sisi dan satu itu banyaknya lemparannya”
Peneliti : “Diperolehnya dari mana?”
Subyek : “1 itu artinya satu kali lemparan, 2, 4, dan 6 artinya mata dadu
yang dimaksud.” Peneliti
: “Berarti beda dengan 1a?” Subyek
: “Berbeda.” Peneliti
: “Mengapa?” Subyek
: “Yang 1b itu untuk yang genap, jadi berbeda.” Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa subyek 6
memahami bahwa mata dadu genap memiliki kemungkinan untuk muncul. Pada kutipan selanjutnya diperoleh data bahwa subyek 4 salah dalam
menentukan nilai peluang untuk setiap mata dadu genap. Hal ini dikarenakan subyek 6 salah dalam memaknai konsep peluang, dimana peluang diartikan
sebagai perbandingan antara banyak lemparan dengan banyaknya titik sampel. c.
Kesimpulan Dari hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa subyek 6 memahami
bahwa mata dadu genap memiliki kemungkinan untuk muncul dalam pelemparan sebuah dadu. Tetapi terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai
rumus peluang, hal ini dikarenakan intuisi subyek 6 mengenai rumus peluang salah.
Nomor 1c a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.73 Jawaban Subyek 6 nomor 1c
Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa subyek 6 memahami kejadian muncul mata dadu lebih dari 6 adalah kejadian yang tidak
mungkin terjadi mustahil. b.
Data Hasil Wawancara Petikan 83
Peneliti : “Kita lanjutkan untuk nomor 1c, muncul mata dadu lebih dari 6.
Apakah kejadian tersebut mustahil, mungkin, atau pasti terjadi?”
Subyek : “Tidak mungkin.”
Peneliti : “Alasannya?”
Subyek : “Karena mata dadu itu mulai dari 1 sampai 6 saja. Tidak ada
mata dadu lebih dari 6. ” Dari kutipan wawancara di atas diperoleh data bahwa subyek 6
memahami kejadian muncul mata lebih dari 6 adalah kejadian yang mustahil terjadi.
c. Kesimpulan
Dari kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa subyek 6 memahami kejadian muncul mata dadu lebih dari 6 adalah kejadian yang tidak
mungkin terjadi mustahil dalam pelemparan sebuah dadu. Nomor 1d
a. Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.74 Jawaban Subyek 6 nomor 1d Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa subyek 6
memahami kejadian muncul mata dadu kurang dari 6 adalah kejadian yang mungkin terjadi.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 84
Peneliti : “Kemudian yang 1d. Muncul mata dadu kurang dari 6. Apakah
kejadian mustahil, mungkin,atau pasti terjadi?” Subyek
: “Mungkin terjadi, karena ada 5 kemungkinan mata dadu yang bisa muncul yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5.”
Peneliti : “Mata dadu 6 tidak ikut?”
Subyek : “Tidak, kan hanya kurang dari 6 bukan kurang dari atau sama
dengan 6.” Peneliti
: “Kalau pertanyaannya kurang dari atau sama dengan 6 termasuk kejadian apa? ”
Subyek : “Pasti terjadi. Karena itu semua mata dadu 1 sampai 6.”
Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa subyek 6 memahami kejadian muncul mata dadu kurang dari 6 adalah kejadian yang
mungkin terjadi. c.
Kesimpulan Berdasarkan kedua hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa subyek 6
memahami kejadian muncul mata dadu kurang dari 6 adalah kejadian yang mungkin terjadi dalam pelemparan sebuah dadu.
Nomor 2a a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.75 Jawaban Subyek 6 nomor 2a Dari lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa dimungkinkan terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 mengenai ruang sampel pelemparan dua buah dadu. Subyek 6 tidak dapat mencacah anggota ruang sampel pelemparan
kedua dadu. Kemungkinan hal ini disebabkan karena subyek 6 kurang latihan soal contoh dan noncontoh atau subyek 6 tidak memahami maksud soal.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 85
Peneliti : “Kita lanjut ke nomor 2a. disini ada 2 dadu merah dan hijau.
Kemungkinan yang bisa muncul apa saja? Coba jelaskan jawaban adek”
Subyek : membaca jawabannya Peneliti
: “Kalau satu dadu tadi kemungkinan yang bisa muncul adalah mata dadu 1,2,3, 4, 5, 6. Kalau dua dadu kemungkinan yang bisa muncul
apa saja?” Subyek
: “1, 2, 3, 4, 5, 6 dari kedua dadu.” Peneliti
: “Misalnya?” Subyek
: “Misalnya angka 5 sama 5. Terus 4 sama 6.” Peneliti
: “Nanti ada berapa kemungkinan yang mungkin bisa muncul?” Subyek
: “Kurang dari 12.” Dari kutipan wawancara di atas diperoleh data bahwa terjadi miskonsepsi
pada subyek 6 mengenai ruang sampel pelemparan dua buah dadu. Hal ini disebabkan karena subyek 6 kurang latihan soal contoh dan noncontoh.
c. Kesimpulan
Berdasarkan kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai ruang sampel pelemparan dua buah
dadu. Hal ini dikarenakan subyek 6 tidak memahami maksud soal. Nomor 2b
a. Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.76 Jawaban Subyek 6 nomor 2b Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa subyek 6
memahami bahwa mata dadu kembar memiliki kemungkinan untuk muncul pada pelemparan du buah dadu. Tetapi subyek 6 tidak tahu alasan mengapa
mata dadu kembar memiliki kemungkinan untuk muncul. Kemungkinan hal ini disebabkan karena subyek 6 kurang latihan soal tipe beralasan.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 86 Peneliti
: “Soal selanjutnya, apakah mungkin mata dadu yang muncul adalah mata dadu kembar?”
Subyek : “Kemungkinan bisa. ”
Peneliti : “Coba dilihat jawabannya.”
Subyek : membaca jawabannya Peneliti
: “Berarti mungkin muncul ya?” Subyek
: “Mungkin tapi kecil.” Peneliti
: “Frekuensi lemparan itu apa?” Subyek
: “Banyaknya lemparannya.” Peneliti
: “Maksudnya jawaban adek jika dilihat dari frekuensi lemparan yang hanya satu kali dan seterunya, kalau frekuensi lemparan lebih dari
satu kali bagaimana?” Subyek
: “Ya tetap mungkin bisa muncul tapi kecil sekali.” Peneliti
: “Pasangan kembar itu apa?” Subyek
: “1,1, 2,2, 3,3, 4,4, 5,5, dan 6,6.” Peneliti
: “Ada berapa pasangan?” Subyek
: “Enam.” Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa subyek 6
memahami bahwa kejadian muncul pasangan mata dadu kembar adalah kejadian yang mungkin terjadi. Subyek 6 dapat menunjukkan pasangan mata
dadu yang mewakili kejadian tersebut. c.
Kesimpulan Berdasarkan hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa subyek 6
memahami bahwa mata dadu kembar memiliki kemungkinan untuk muncul pada pelemparan du buah dadu.
Nomor 2c a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.77 Jawaban Subyek 6 nomor 2c Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa subyek 6 tidak
memahami bahwa kejadian muncul pasangan mata dadu dengan jumlah mata dadu keduanya kurang dari 13 merupakan kejadian yang pasti terjadi. Subyek
6 tidak dapat membedakan kejadian yang pasti dan yang mungkin terjadi. Hal ini mungkin dikarenakan subyek 6 kurang teliti dalam menjawab soal.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 87 Peneliti
: “Untuk soal 2c. Muncul pasangan dadu dengan jumlah mata dadu dari keduanya kurang dari13.”
Subyek : “Sangat mungkin, karena jumlah minimal dari jumlah kedua dadu
itu 2 dan maksimalnya 12, kurang dari 13. Jadi sangat mungkin sekali untuk muncul.”
Peneliti : “Tahu artinya kejadian pasti?”
Subyek : “Kejadian yang pasti terjadi, tidak mungkin yang lain. Pasti itu yang
terjadi.” Peneliti
: “Apakah kejadian tadi bisa dikatakan kejadian pasti?” Subyek
: “Bisa juga sih mbak.” Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa subyek 6
memahami bahwa kejadian muncul pasangan mata dadu dengan jumlah mata dadu keduanya kurang dari 13 merupakan kejadian yang pasti terjadi.
c. Kesimpulan
Dari hasil data tes esai serta data hasil klarifikasi melalui wawancara, dapat disimpulkan bahwa subyek 6 memahami bahwa kejadian muncul
pasangan mata dadu dengan jumlah mata dadu keduanya kurang dari 13 merupakan kejadian yang pasti terjadi pada pelemparan dua buah dadu.
Nomor 2d a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.78 Jawaban Subyek 6 nomor 2d Jawaban subyek 6 benar bahwa kejadian muncul pasangan mata dadu 6,9
tidak mungkin untuk muncul. Tetapi pada alasan yang dituliskan subyek 6 salah memberi nilai peluang untuk mata dadu 6 dan mata dadu 9. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai rumus peluang. Kemungkinan hal ini terjadi karena intuisi siswa tentang rumus
peluang salah. Sehingga dari lembar jawab tersebut diperoleh data bahwa subyek 6 memahami bahwa pasangan mata dadu 6,9 tidak mungkin untuk
muncul b.
Data Hasil Wawancara Petikan 88
Peneliti : “Lanjut nomor 2d. Muncul pasangan mata dadu 6,9. Mustahil ya?”
Subyek : “Ya.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subyek : “Karena 9 itu tidak ada.”
Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa subyek 6 memahami bahwa pasangan mata dadu 6,9 mustahil terjadi. Perhatikan
petikan wawancara berikut ini, Petikan 89
Peneliti : “Berapa peluangnya?”
Subyek : “ dan .”
Peneliti : “Berarti masing-masing ?”
Subyek : “Ya.”
Peneliti : “ itu dari mana?”
Subyek : “Dari nomor gangsingnya itu, eh dari mana ya.., lupa.”
Peneliti : “Semuanya nilainya satu per berapa gitu ya?”
Subyek : “Ya”
Peneliti : “Berarti kurang dari 1 ya”
Subyek : “Iya”
Peneliti : “Mungkin nggak nilai suatu peluang lebih dari 1?”
Subyek : “Mungkin”
Peneliti : “Mungkin? Kejadian apa dek?”
Subyek : “Apa ya, tapi ada kok mbak”
Dari Petikan 89 di atas terlihat terjadi miskonsepsi pada subyek 6 tentang batas-batas nilai peluang. Subyek 6 menyebutkan bahwa ada nilai suatu
peluang lebih dari 1. Hal ini mungkin karena subyek 6 sebenarnya tidak tahu dan hanya menjawab sepengetahuannya saja.
c. Kesimpulan
Berdasarkan kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa subyek 6 memahami bahwa pasangan mata dadu 6,9 tidak mungkin muncul atau
mustahil terjadi dalam pelemparan dua buah dadu. Tetapi terjadi miskonsepsi pada subyek 6 tentang batas-batas nilai peluang. Hal ini mungkin karena
subyek 6 sebenarnya tidak tahu dan hanya menjawab sepengetahuannya saja. Nomor 3a
a. Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.79 Jawaban Subyek 6 nomor 3a Dari lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa dimungkinkan terjadi
miskonsepsi tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran sebuah
gangsing. Hal ini dikarenakan subyek 6 salah dalam memaknai konsep peluang, dimana pada soal 3a ini subyek 6 memaknai peluang sebagai
perbandingan antara banyaknya pelemparan dengan mata dadu yang mungkin muncul.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 90 Peneliti
: “Ya. Apakah sama peluang berhenti di 3 dan berhenti di 6?” Subyek
: “Tidak, lebih besar untuk berhenti di nomor 3.” Peneliti
: “Mengapa?” Subyek
: “Karena peluang untuk berhenti di nomor 3 adalah sedangakan untuk berhenti di nomor 6 adalah
Jadi lebih besar peluang untuk berhenti di 3.
” Peneliti
: “Itu mencarinya sama dengan nomor 1b ya.” Subyek
: “Iya.” Dari petikan wawancara tersebut dapat diperoleh data bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran sebuah gangsing. Penyebab miskonsepsi adalah karena subyek 6 salah dalam
memaknai konsep peluang, dimana pada soal 3a ini subyek 6 memaknai peluang sebagai perbandingan antara banyaknya pelemparan dengan mata
dadu yang mungkin muncul. c.
Kesimpulan Dari kedua hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 tentang peluang kejadian dalam pemutaran sebuah gangsing. Penyebab miskonsepsi adalah karena subyek 6 salah dalam
memaknai konsep peluang. Nomor 3b
a. Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.80 Jawaban Subyek 6 nomor 3b Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa dimungkinkan
terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai dua kejadian yang tidak saling bebas. Hal ini mungkin karena subyek 6 salah dalam memaknai konsep dua
kejadian yang saling bebas atau sebenarnya subyek 6 tidak tahu dan menjawab sepengetahuannya saja.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 91 Peneliti
: “Selanjutnya soal 3b. Kejadian gangsing berhenti pada sisi bernomor kelipatan 2 dan kelipatan 3. Dua kejadian yang saling bebas atau
tidak saling bebas?” Subyek
: “Tidak saling bebas.” Peneliti
: “Alasannya?” Subyek
: “Karena itu kejadian yang biasa dan pasti terjadi.” Peneliti
: “Maksudnya bagaimana? Mata dadu kelipatan 2 itu apa saja?” Subyek
: “2, 4, 6.” Peneliti
: “Kalau mata dadu kelipatan 3 itu apa saja?” Subyek
: “3 dan 6.” Peneliti
: “Lalu mengapa bisa tidak saling bebas? Alasannya apa?” Subyek : Diam
Peneliti : “Baik dilihat jawaban kemarin. Coba dilihat bagian ini, “dan maka
hanya tersisa nomor 1 dan 6”, maksudnya apa? ” Subyek
: “Lupa, apa ya mbak.” Peneliti
: “Kemarin mengerjakan sendiri kan?”
Subyek : “Iya.”
Dari petikan wawancara tersebut dapat diperoleh data bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai dua kejadian yang tidak saling bebas.
Berdasarkan wawancara berikutnya diperoleh data tentang penyebab miskonsepsi yaitu sebenarnya subyek 6 tidak tahu dan menjawab
sepengetahuannya saja. c.
Kesimpulan Berdasarkan kedua hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 mengenai dua kejadian yang tidak saling bebas. Penyebab miskonsepsi sebenarnya subyek 6 tidak tahu dan menjawab
sepengetahuannya saja. Nomor 3c
a. Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.81 Jawaban Subyek 6 nomor 3c Dari lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa dimungkinkan terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran sebuah gangsing. Kemungkinan hal ini karena subyek 6 salah dalam
memaknai konsep peluang atau karena sebenarnya subyek 6 tidak tahu dan menjawab sepengetahuannya saja.
b. Data Hasil Wawancara
Petikan 92 Peneliti
: “… Pertanyaanya, peluang dari kejadian gangsing behenti di sisi 4 pada ganagsing bersisi enam dan empat ini bagaimana sama atau
berbeda?” Subyek
: “Besar yang ini”menunjuk pada gangsing bersisi empat Peneliti
: “Mengapa?” Subyek
: “Karena terdiri dari empat saja” Peneliti
: “Maksudnya?” Subyek
: “Maksudnya. Ketika dua-duanya diputar pasti peluangnya lebih kecil bersisi empat”
Peneliti : “Kenapa?”
Subyek : “Karena jumlah sisinya lebih sedikit.”
Peneliti : “Hubungannya dengan peluang?”
Subyek : “Peluangnya untuk gangsing bersisi enam itu dari 6 mata dadu,
sedangkan untuk gangsing bersisi empat itu dari 4 mata dadu. ”
Peneliti : “4 itu mata dadu yang muncul ya?”
Subyek : “Iya.”
Peneliti : “Kalau presentasi itu apa?”
Subyek : “Besar presentasi untuk muncul?”
Peneliti : “Mencarinya bagaimana?”
Subyek : “Untuk gangsing bersisi enam itu x 6 x 100, kalau untuk
gangsing besisi empat itu x 4 x 100. ”
Peneliti : “ itu peluangnya tadi ya?”
Subyek : “Ya.”
Peneliti : “Kalau 100?”
Subyek : “Untuk mencari presentasenya.”
Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai peluang suatu kejadian dalam
pemutaran dua buah gangsing.
Dalam perhitungan yang dilakukan, subyek 6 tidak menunjukkan persamaan atau rumus umum yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa
perhitungan yang dilakukan oleh subyek 6 hanya asal saja. Hal ini diperkuat dengan petikan wawancara di bawah ini,
Petikan 93 Peneliti
: “Keempat soal sudah ya. Nah saya mau bertanya. Untuk nomor 3 dan 4 itu memakai rumus presentasi ya?”
Subyek : “Ya.”
Peneliti : “Bentuk umum dari persamaan yang adek pakai itu seperti apa?”
Subyek : “Maksudnya.”
Peneliti : “Rumus umumnya itu bentuknya seperti apa, saya mau tahu. Karena
saya lihat sering dipakai untuk menjawab soal 3 dan 4.”
Subyek : “Tidak tahu.”
Peneliti : “Lalu adek dapat persamaan seperti itu dari mana? Apakah belajar
sendiri? Menemukan dari buku apa mungkin?” Subyek
: “Dari pemikiran saya sendiri.” Peneliti
: “Dulu waktu SMP ada persamaan-persamaan seperti itu?” Subyek
: “Tidak tahu..” Dari kutipan wawancara di atas diperoleh informasi bahwa subyek 6
melakukan perhitungan untuk masing-masing peluang hanya asal saja. Hal ini dikarenakan subyek 6 tidak tahu persamaan atau rumus untuk menentukan
nilai peluang suatu kejadian dan menjawab berdasarkan intuisinya saja. c.
Kesimpulan Berdasarkan hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 mengenai peluang suatu kejadian dalam pemutaran sebuah gangsing. Hal ini dikarenakan subyek 6 sebenarnya tidak
tahu dan menjawab berdasarkan intuisinya saja.
Nomor 4a a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.82 Jawaban Subyek 6 nomor 4a Dari lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa dimungkinkan terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 tidak memahami tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran sebuah gangsing. Hal ini dikarenakan subyek 6 sebenarnya
tidak tahu dan menjawab sepengetahuannya saja. b.
Data Hasil Wawancara Petikan 94
Peneliti : “Terus berarti sama tidak peluangnya?”
Subyek : “Berbeda.”
Peneliti : “Berbeda, besar mana?”
Subyek : “Sama-sama peluangnya tapi….”
Peneliti : “Berapa peluangnya?”
Subyek : “ dan .”
Peneliti : “Berarti masing-masing ?”
Subyek : “Ya.”
Peneliti : “ itu dari mana?”
Subyek : “Dari nomor gangsingnya itu, eh dari mana ya.., lupa.”
Peneliti : “Kalau mencari presentasinya bagaimana?”
Subyek : “Untuk gangsing pasangan 2,2 itu x
x 100, kalau untuk gangsing pasangan 5,4 itu x
x 100. ”
Peneliti : “
dan dari mana?
”
Subyek : “
karena pasangan 2,2 dan itu karena pasangan 5,4.
” Peneliti
: “Hasil presentasinya bagaimana?” Subyek
: “Lebih besar pasangan 2,2.” Peneliti
: “Jadi dari hasil presentase itu peluangnya lebih besar 2,2 untuk muncul?”
Subyek : “Ya.”
Peneliti : “Jadi untuk mencari peluang suatu kejadian lebih besar mana, harus
dicari presentasenya?” Subyek
: “Ya.” Dari petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran sebuah gangsing.
Dalam perhitungan yang dilakukan, subyek 6 tidak menunjukkan persamaan atau rumus umum yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa
perhitungan yang dilakukan oleh subyek 6 hanya asal saja. Hal ini diperkuat dengan Petikan 93.
Berdasarkan Petikan 93 diperoleh data bahwa subyek 6 melakukan perhitungan untuk masing-masing peluang hanya asal saja. Hal ini
dikarenakan subyek 6 tidak tahu persamaan atau rumus untuk menentukan nilai peluang suatu kejadian dan menjawab sepengetahuannya saja.
c. Kesimpulan
Berdasarkan kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai peluang suatu kejadian dalam
pemutaran dua buah gangsing. Hal ini dikarenakan subyek 6 sebenarnya tidak tahu dan menjawab sepengetahuannya saja.
Nomor 4b a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.83 Jawaban Subyek 6 nomor 4b Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data bahwa dimungkinkan
terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai dua kejadian yang tidak saling lepas. Hal ini dikarenakan subyek 6 sebenarnya tidak tahu dan menjawab
sepengetahuannya saja. b.
Data Hasil Wawancara Petikan 95
Peneliti : “Untuk nomor 4b, jawabannya apa, saling lepas atau tidak saling
lepas?” Subyek
: “Saling lepas.” Peneliti
: “Alasannya apa?” Subyek
: “Karena presentasi untuk kejadian berhenti di nomor sangat
kecil ”
Peneliti : “Jadi untuk menentukan dua kejadian saling lepas atau tidak harus
dicari presentasi kemungkinan untuk berhetinya ya?” Subyek
: “Iya.” Berdasarkan petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 mengenai dua kejadian yang tidak saling lepas. Berdasarkan Petikan 93 diperoleh informasi bahwa subyek 6 melakukan
perhitungan untuk masing-masing peluang hanya asal saja. Hal ini dikarenakan subyek 6 tidak tahu persamaan atau rumus untuk menentukan
nilai peluang suatu kejadian dan menjawab sepengetahuannya saja.
Petikan 96 Peneliti
: “Nah sekarang seperti ini, pernah lihat diagram venn seperti ini?” himpunan tidak saling lepas dan saling lepas
Subyek : “Pernah.”
Peneliti : “Tahu ini dinamakan himpunan apa saja ?”
Subyek : “Semesta.”
Peneliti : “Maksudnya begini, perhatikan kedua diagram Venn. Yang satu
gambarnya bertabrakan dan yang satu tidak. Nah tahu bedanya?” Subyek
: “Ya.” Peneliti
: “Kalau yang ini disebut himpunan apa?” menunjuk pada himpunan saling lepas
Subyek : “Apa ya.. Lupa.”
Peneliti : “Lupa. Kalau yang ini juga lupa?” menunjuk pada himpunan tidak
saling lepas Subyek
: “Ya.” Dari kutipan wawancara di atas diperoleh data bahwa subyek 6 juga tidak
memahami tentang konsep himpunan saling lepas dan tidak saling lepas. Ini menjadi sebab mengapa subyek 6 melakukan perhitungan untuk menentukan
dua kejadian saling lepas atau tidak saling lepas. c.
Kesimpulan Berdasarkan kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi
miskonsepsi pada subyek 6 mengenai dua kejadian yang tidak saling lepas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu:
subyek 6 tidak memahami tentang konsep himpunan saling lepas dan tidak
saling lepas
subyek 6 sebenarnya tidak tahu dan menjawab sepengetahuannya saja.
S A
B S
A B
Nomor 4c a.
Data Hasil Tes Esai
Gambar 4.84 Jawaban Subyek 6 nomor 4c Berdasarkan lembar jawab subyek 6 diperoleh data subyek 6 menjawab
benar bahwa peluang muncul pasangan sisi 2,2 apda gangsing bersisi 4 dan bersisi 6 adalah berbeda. Tetapi alasan yang disampaikan kurang jelas, subyek
6 tidak menyebutkan hubungan jumlah sisi pada gangsing dengan peluang. b.
DataHasil Wawancara Petikan 97
Peneliti : “Peluangnya bagaimana dari keduanya?”
Subyek : “Lebih besar yang segi empat. ”
Peneliti : “Mengapa?”
Subyek : “Karena ini 4x4 .”
Peneliti : “Perbandingannya bagaimana?”
Subyek : “Yang ini gangsing bersisi 4 , dan yang ini gangsing bersisi
enam ..”
Peneliti : “Itu dari nomornya ya?”
Subyek : “Ya”
Dari petikan wawancara tersebut diperoleh data bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 tentang peluang suatu kejadian dalam pemutaran
dua buah gangsing. Hal ini terlihat ketika jawaban yang disampaikan benar tetapi alasana yang disampaikan salah. Terjadinya miskonsepsi disebabkan
karena subyek 6 salah memaknai konsep peluang suatu kejadian, dimana untuk soal ini peluang diartikan sebagai perbandingan dengan jumlah sisi
gangsing.
c. Kesimpulan
Dari kedua hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi miskonsepsi pada subyek 6 mengenai peluang suatu kejadian dalam
pemutaran dua buah gangsing. Hal ini dikarenakan subyek 6 salah memaknai konsep peluang suatu kejadian
K. Validitas Data Hasil Peneltian