Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi atau satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama sehingga dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan sekumpulan obyek.
b. Penguasaan Konsep
Robert M Gagne dalam Suhaenah Suparno, 2001: 13 menyatakan bahwa belajar konsep adalah kemampuan untuk mengidentifikasi stimulus sebagai
anggota suatu golongan class yang memiliki beberapa persamaan karakteristik. Konsep ini disebut kongret kalau memiliki sifat obyek seperti warna, bentuk,
testruktur dan sebagainya. Contoh lain adalah konsep segitiga, segiempat, biru, enam, datar, lengkung. Juga pinggir, tengah, depan yang menggambarkan
kedudukan dalam konteks tempat. S. Nasution 2005: 138 menyatakan, belajar konsep terjadi mungkin
karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang dapat
melakukan demikian akan tetapi sangat terbatas. Manusia dapat melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya mengabstraksi. Dengan
menggunakan konsep manusia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya. Ia
dapat menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga, seperti bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya. Menurut bangsa, pekerjaan, dan sebagainya.
Dalam hal ini kelakuan manusia tidak dikuasai oleh stimulus dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk yang abstrak. Misalnya anak dapat kita suruh melakukan
per intah, “Ambil botol yang di tengah”.
Untuk mempelajari suatu konsep anak harus mengalami berbagai situasi dengan stimulus tertentu. Dalam hal itu ia harus dapat mengadakan diskriminasi
untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep itu. Proses belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur. Hasil
dari proses belajar konsep ini akan menghasilkan konsepsi-konsepsi tentang obyek-obyek tertentu dalam pikiran anak.
Guru mempunyai peran penting dalam belajar konsep. Hill dan Ball dalam Carlos Zerpa dkk, 2009: 70 menyatakan bahwa,
“High levels of conceptual understanding of fundamental mathematics are important to teach
mathematics to others with profound understanding”, artinya bahwa penguasaan konsep tingkat tinggi pada pokok matematika sangat penting untuk mengajarkan
matematika kepada orang lain dengan pengertian yang lebih dalam. Hill dan Ball dalam Carlos Zerpa dkk, 2009: 59 juga berpendapat bahwa,
“Teachers need to have deep conceptual understanding of the mathematics they are teaching to their students and be able to illustrate to their students why
mathematical algorithms work and how these algorithms may be used to solve problems in real life situations”. Maksudnya adalah bahwa guru perlu untuk
mempunyai penguasaan konsep yang lebih dalam tentang matematika yang mereka ajarkan kepada murid mereka, dapat diartikan bahwa guru dapat
mengilustrasikan pada muridnya bagaimana langkah-langkah matematika itu bekerja dan bagaimana langkah-langkah tersebut memungkinkan untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Hasil dari belajar konsep adalah konsepsi yang terbentuk dalam pikiran
seseorang tentang suatu obyek. Ada beberapa derajat pemahaman konsep yang dimiliki seseorang. Derajat pemahaman konsep adalah tingkatan pemahaman
siswa terhadap suatu konsep. Derajat pemahaman siswa yang dikemukakan oleh Edmund A. Marek dalam Michael R. Abraham, 1992: 112 dapat digolongkan
menjadi enam derajat pemahaman seperti yang tertera dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Derajat Pemahaman Konsep
No Derajat Pemahaman
Kriteria Kategori
1 2
Tidak ada respon Tidak memahami
Tidak ada jawaban Mengulangi pertanyaan
Menjawab
tidak berhubungan
dengan pertanyaan
Jawaban tidak jelas Tidak
Memahami
3
4 Miskonsepsi
Memahami sebagian dan
terjadi miskonsepsi
Menjawab tetapi
penjelasan tidak benar atau tidak jelas
Jawaban menunjukkan ada
konsep yang
dikuasai tetapi
ada pernyataan
yang menunjukkan
miskonsepsi Miskonsepsi
5
6 Memahami sebagian
dan tidak
terjadi miskonsepsi
Memahami konsep Jawaban menunjukkan
hanya sebagian konsep yang dipahami tanpa
miskonsepsi Jawaban menunjukkan
bahwa konsep
yang dikuasai benar
Memahami
Ada beberapa hal indikator yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Budiharjo 2006: 9 menyebutkan ada 7 indikator yang
menunjukkan pemahaman konsep, antara lain: 1.
Menyatakan ulang sebuah konsep. 2.
Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
3. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep ke dalam berbagai bentuk representatif matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
c. Konsepsi