Profil Kasus Bagus 13 Tahun

90 kawan yaudah pigilah dia keterminal cari kawannya. Kawan dia ngak seusianya saja orang dewasa pun ia kawani. Selain menyapu Noki sering juga mendatangi SKA PKPA, untuk belajar maupun mengikuti kegiatan yang di selengarakan oleh SKA tersebut. Seperti mengikuti sepak bola, membuat lampion dan kegiatan lainnya. Dan Noki juga mendapat bantuan seragam sekolah dari SKA tersebut, seperti biaya pertama masuk sekolah, sepatu, baju, tas, buku, setiap tahunnya. Keluarga Noki merasa terbantu atas pemberian dari pihak SKA PKPA tersebut.

4.2. Profil Kasus Bagus 13 Tahun

Bagus adalah anak dari pasangan bapak Surya dan ibu Nuraini. Saat ini Bagus tinggal bersama ayahnya semenjak ditinggal meninggal dunia oleh ibunya, pada saat itu Bagus masih berumur Tujuh tahun, Bagus hanya mengenal ibunya di saat masih kecil. Pada saat penulis mempertanyakan nama ibunya ia sempat lupa nama ibunya. Bagus adalah anak terakhir dari Dua orang bersaudara, ia mempunyai kakak yang bernama Lia yang saat ini berada di Jakarta bekerja. Setelah ibunya meninggal ayah Bagus pun menikah lagi dengan Ibu Yuni dimana Ibu Yuni mempunyai Dua orang anak juga dari suami sebelumnya. Dua anak ibu Yuni ini saat ini telah berumah tangga. Dalam keluarga baru Bagus ini ialah tinggal tanggungan ayah dan ibu tirinya. Pada saat ini ayah Bagus berumur Empat Puluh tahun yang seharinya bekerja di perbengkelan, ia berpenghasilan perbulannya Rp. 400.000,00 rupiah. Keluarga Bagus dari keluarga yang sederhana hidup dalam berkeculupan. Selama ayah bagus bekerja ia bisa menghidupi keluarganya dengan baik. Sedangkan ibu tiri Bagus tidak bekerja, ia hanya Universitas Sumatera Utara 91 mengurus rumah. Mestipun ayah Bagus bisa membiayai kebutuhan keluarga Bagus masih ingin tetap ingin bekerja membantu keluarga, ia mengaku sebagian dari uang hasil ia bekerja menyapu angkot ia berikan kepada ibu tirinya, berikut pernyataan Bagus kepada penulis saat di Wawancarai: “Awalnya awak cuma coba-coba aja kak, soalnya sering awak liat kawan awak mengang duit, enak nampak awak,, yaudah awak coba jugalah nyapu,,abis itu dapat duit awak beli kan jajan,, sekrang udah keterusan awak kerja kak”. Dari pernyataan Bagus diatas ia awalnya hanya melihat teman-temannya bekerja, sambil bermain ia bekerja dan bisa mendapatkan uang tambahan belanja. Bagus juga mengaku ia bekerja untuk mencari uang tambahan jajan yang di berikan oleh bapaknya, tetapi apabila ia mendapatkan uang lebih ia berikan kepada ibu tirinya dirumah untuk uang tambahan keperluan dapur. Meskipun ayahnya tidak mengetahui ia bekerja namun ia tetap ingin membantu keluarganya. Gambar 12. Foto Bagus Saat di Wawancarai: Dokumentasi: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016. Saat ini Bagus tidak sekolah lagi, terakhir ia sekolah yakni duduk di kelas Dua SD dimana pada saat itu Bagus berumur Delapan tahun, sedangkan saat ini Universitas Sumatera Utara 92 Bagus telah berumur Tiga Belas tahun yang seharusnya telah duduk di kelas Satu SMP. Bagus hanya mengenyam pendidikan hanya Dua tahun saja, sampai saat ini ia tidak pernah lagi melanjutkan sekolahnya, berikut pernyataan Bagus kepada Penulis pada saat penulis mewawancarainya: “Saya terakhir sekolah kelas Dua SD kak, setelah itu saya berhenti sekolah. Semenjak ibu saya meninggal tidak ada yang mengurus saya lagi, kakak saya di Jakarta bekerja, bapak saya sibuk kerja,, saya udah malas sekolah kak, karena udah malas sekolah saya sering bolos saat jam belajar,,,saya sering di tegur guru di sekolah tapi ngak saya hiraukan, sampai akhirnya saya di keluarkan dari sekolah”. Sesuai pernyataan Bagus diatas, kita bisa melihat bahwa ia kurang mendapatkan perhatian dari keluarga, sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu diluar, mencari perhatian dari teman-teman, pada saat ia mendapatkan perhatian itu timbulah kenyamanan pada saat diluar. Pada saat diluar itu timbulah pengaruh dari kawan-kawan di luar lingkungan temapat ia mencari kenyamanan. Pada saat nyaman dan senang bersama teman-temannya ia pun mengikuti segala kegiatan yang dilakukan oleh teman-temannya tersebut termasuk dalam bekerja sebagai penyapu angkot. Bagus awal ia bekerja bukan untuk mencari uang jajan, ia hanya ikut-ikutan kawan-kawannya, untuk mencari kesenangan. Karena telah biasa dengan teman-teman pekerja penyapu angkot ia pun meninggalkan sekolahnya. Pada saat ayahnya mengetahui anaknya sering tidak masuk sekolah bahkan sudah dikeluarkan dari sekolah, justru ia awalnya tidak mengetahui ia sering mendapatkan surat pangilan dari sekolah. Setiap surat yang di berikan oleh gurunya Bagus tidak pernah memberikan surat tersebut ke Ayahnya, ia malah Universitas Sumatera Utara 93 membuang surat tersebut. Ketika Bagus telah resmi di keluarkan di sekolah barulah ayahnya mengetahui anaknya telah lama tidak sekolah. Ayah Bagus sempat marah bahkan memukuli ia, tapi Bagus bersikeras tidak mau sekolah lagi. Ayah Bagus dengan kejadian itu, ia berfikiran bahwa Bagus tidak ada yang mengurusi ia lagi semenjak ibunya meinggal. Itulah yang membuat ayah Bagus menikah lagi agar ada yang mengurus anaknya pada saat ia bekerja di luar. Pada saat ayah Bagus menikah dengan Ibu Yuni namun tidak merubah kemauan Bagus untuk bersekolah. Bagus merasa telah senang bebas di luar sehingga tidak memikirkan lagi masadepannya kedepan. Pada akhirnya ayah Bagus masuk penjara di karenakan sering main judi di tempat kerjanya. Menurut teman-teman Bagus, ayahnya adalah salah satu pereman besar di terminal pinang baris ini jadi saat ini ayah Bagus sedang di tahan di penjara akibat perilakunya. Ayah Bagus di tahan di penjara sudah sebulan terakhir ini, sehingga Bagus sangat sedih sekali. Setiap hari bagus mengantarkan nasi ke penjara untuk ayahnya, setelah itu Bagus kembali bekerja menyapu angkot. Bagus mengantarkan nasi ke ayahnya untuk makan pagi dan makan malam. Setelah pulang dari penjara tempat ayahnya di tahan Bagus kembali bekerja, biasanya Bagus mulai bekerja di pagi hari hingga malam tetapi sejak ayahnya di penjara ia lebih sering ke penjara menjengguk ayahnya. Semenjak ayah Bagus di penjara Bagus telah di usir oleh ibu tirinya dari rumah, karena ayah Bagus tidak bisa lagi menafkahi ibu tirinya. Berikut pernyataan Bagus kepada penulis sambil menanggis tersedu-sedu: Universitas Sumatera Utara 94 “Saat ini awak ngak ada siapa-siapa kak, ayah awak di penjara, mamak kandung awak udah lama meninggal, sedangkan mamak tiri awak udah ngusir awak dari rumah,, mamak tiri awak ngak mau lagi ngurus dan nerima awak lagi kak,,karena semenjak bapak di penjara ngak pernah lagi bapak ngasih duit ke mamak tiri awak itu kak, itulah dia ngusir awak dari rumah ,,nampak awak mamak tiri awak tu gila duit aja tu kak,, saat bapak di penjara ngak pernah dia jengguk dan ngasih makan bapak awak di penjara kak,,sedih kali awak kak, kata orang udah Empat hari bapak awak ngak makan, pigi awak kerumah di marahin terus sama mamak tiri awak kak, pernah awak kerumah mau ambil baju ganti bapak, trus mau ambil nasi untuk ngantar ke bapak,, eh malah merepet dia kak,,ini aja baju awak ngak pernah ganti-ganti asik ini- ini aja”. Dari pernyataan Bagus diatas ia mengatakan bahwa ia telah hidup di jalanan, semenjak ia di usir oleh ibu tirinya dari rumah karena ayahnya tidak bisa lagi menafkahi ibu tirinya tersebut setelah ayahnya di tahan di penjara. Selain ia hidup di jalanan ia mesti mengurus ayahnya yang berada di penjara, seperti mengantarkan makan, membawa baju ganti untuk ayahnya, serta memikirkan biaya sidang ayahnya nanti dan segala kebutuhan ayahnya di penjara. Sesuai pernyataan Bagus diatas ibu tirinya tidak mau mengurus Bagus dan ayahnya lagi, ia mesti banting tulang untuk ia bisa hidup serta untuk membantu ayahnya. Bagus hanya memiliki ayahnya seorang di kota Medan ini, saat ayahnya di penjara ia menjadi anak gelandangan. Mau makan pun ia mesti mencari uang sendiri yakni dengan menyapu angkot siang hingga malam hari bahkan mau tidur pun ia tidak tahu dimana terpaksa ia tidur di SPBU dekat terminal, kadang-kadang ia tidur di dalam angkot-angkot di terminal. Berikut penjelasan Bagus kepada penulis saat di wawancarai di depan SPBU yang tidak jauh dari terminal pinang baris tersebut: Universitas Sumatera Utara 95 “Setiap hari awak tidur di pom bensin kak, kalau awak di usir awak pindah kebelakang, kadang-kadang awak tidur di dalam angkot kak,, kalau mau mandi awak di toilet pom bensin inilah kak, sabunya pakai sampho kadang-kadang awak ngak mandi soalnya marah- marah aja orang yang kerja di SPBU nih kalau awak mandi disana”. Sesuai pernyataan Bagus diatas selain ia harus bekerja untuk mencari sesuap nasi dan mencari uang untuk makan ayahnya di penjara ia juga terpaksa harus tidur di SPBU dan angkot-angkot di terminal bahkan ia sering di usir oleh kariawan SPBU untuk tidak tidur disana. Hidup sendiri dan menjalani kehidupan tampa orangtua membuat Bagus putus asa, ia menggaku sering menangis di tenggah malam mengingat kehidupan dia sekarang. Menurutnya hidupnya dahulu sangatlah enak sebelum ayahnya belum masuk penjara, ia tidak pernah terfikirkan akan seperti ini,tidur tidak tahu dimana, kedingginan, kelaparan di tengah malam dan di tenggah keramaian. Bagus tidak pernah menfikirkan kehidupannya kedepan lagi seperti melanjutkan sekolahnya, saat ini menurutnya yang terpenting bagaimana bisa mendapatkan uang untuk makan dan untuk ayahnya di penjara, seandainya mau sekolah pun ia tidak tahu mau biaya dimana, “Untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah” begitulah pengakuan Bagus kepada penulis. Kadang-kadang apabila tidak mendapatkan uang dari menyapu angkot untuk makan ia hanya bisa duduk terkulai lemas kelaparan di samping SPBU dan mengarapkan kasihan dari orang-orang yang datang mengisi bensin. Tetapi ia mengaku tidak pernah mendapatkan belai kasihan atau bantuan dari setiap orang yang lewat di hadapannya atau orang di sekitar dia, justru mereka malah melihat ia sebelah mata saja. Saat duduk ia terus menawarkan jasanya kepada supir angkot Universitas Sumatera Utara 96 yang datang berhenti mengisi bensin di SPBU sambil mengangkat sapu kecil dan botol berisi solar di tanggannya. Satu persatu ia mendapatkan angkot untuk di sapu ia pun langsung bergegas masuk kedalam angkot itu dan langsung menyapu di dalam angkot tersebut dan membersihkan bagian depan dan belakang, setelah selesai barulah ia mendapatkan uang Rp. 2.000,00 rupiah dari supirnya. Setelah selesai menyapu angkot yang satu ia terus menawarkan angkot yang lain untuk di sapu, sampai akhirnya ia mendapatkan uang membeli nasi bungkus untuk makannya. Keadaan Bagus saat ini tidak di ketahui oleh kakaknya yang ada di Jakarta, bahkan kakaknya tidak mengetahui ayahnya ada di penjara. Semenjak kakaknya pergi ke Jakarta untuk bekerja ia tidak pernah lagi tahu keadaan keluarganya di Medan. Bagus di kota Medan hanyalah hidup sendiri tampa ada sanak famili yang lainnya, ada pun keluarga dari ayah Bagus dan itupun hanya satu orang, saat ini adik dari ayah Bagus pun telah berumah tangga ia hanya sibuk mengurus keluarganya tidak pernah mencari tahu keadaan Bagus dan ayahnya. Sehari-hari kegiatan Bagus hanyalah mencari angkot kotor yang sedang berhenti di terminal untuk di sapu dan menawarkan jasa kepada si pemilik angkot tersebut. Sesekali ia pernah di minta oleh supir angkot untuk menjadi kenek angkot menuju binje, ia pun tidak ragu-ragu menerima tawaran itu, saat menjadi kenek makan di tanggung oleh supir tersebut dan mendapatkan upah lebih besar dari menyapu. Namun tawaran ini tidak setiap hari ia dapatkan pekerjaan yang rutin ia lakukan yakni menyapu mulai dari terminal, pom bensin hingga jalan pinang baris ia terus Universitas Sumatera Utara 97 berjalan kaki di tengah teriknya matahari menyengat kuli sambil memangil angkot-angkot yang lewat maupun yang berhenti untuk di sapu. Bagus merupakan salah satu anak yang pernah mendapatkan kekerasan di lingkungan kerjanya, seperti memakinya, menendangnya, menamparnya, mencacinya, hingga menggusirnya. Karena mereka melihat Bagus dan beranggapan ia adalah salah satu anak yang brandal suka mabuk-mabukan, narkoba, merokok,dan ngelem yang tidak patut untuk di kasih hati. Dan Bagus merupakan tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun dari sejumlah LSM, yang seharusnya ia dapatkan sesuai dengan perlindungan anak yang telah di buat oleh pemerintah. Adapun SKA PKPA di terminal Pinang Baris ia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan di sana, katanya dulu ia pernah ke Sanggar Kreatifitas Anak PKPA tetapi itu pun sebentar, menurutnya karena nenek penjaga rumah SKA tersebut sangat cerewet membuat ia takut dan malas kesana meskipun pihak SKA menyuruh ia kesana tapi ia tetap tidak mau. Bagus memang merupakan salah satu anak yang ikut dalam merokok dan ngelem, ini ia lakukan karena bisa buat ia tenang. Uang hasil dari nyapu juga ia gunakan untuk merokok dan ngelem, kadang ia lebih mementingkan membeli lem dan rokok daripada nasi untuk makan. Saat penulis mewawancarai Bagus kawan- kawan Bagus pun mengatakan bahwa Bagus anak yang telah kecanduan, berikut pernyataan kawan-kawan Bagus kepada penulis: “Dia udah kecanduan ngelem itu kak, ia udah lama ngelem semenjak awal ia nyapu, dia udah terpengaruh kawan kak, kadang ia lebih mentinggin beli rokok sama lem untuk di hisap dia supaya ia bisa berimajinasi,,karena lem ini merupakan sejenis narkoba jadi Universitas Sumatera Utara 98 sekarang ia udah kecanduan,,bentuk ia aja udah ngak terurus, keluarga dia udah ngusir dia dari rumah, jadi dia ngak pernah pulang-pulang ”. Teman-teman Bagus sangat tahu kesehariannya Bagus, dari mereka pun menggaku pernah menasehati tetapi Bagus tidak mendengarkan nasehat kawan- kawannya, menurut Bagus kawan-kawannya tidak mengerti posisi yang di hadapinya. Mereka hanya tahu bagian luar dari diri Bagus, sesungguhnya dalam dirinya Bagus ia sangat rindu ingin pulang dan belaian kasih sayang keluarga tetapi ada sesuatu hal dari keluarganya yang membuat ia tidak bisa pulang. Dengan ia merokok dan ngelem ia bisa tenang dari fikiran yang menganggunya, di kesendiriannya ia cenderung melamun dan menangis ngelem ia bisa lebih tenang dari semua itu. Secara sosial psikologis anak Bagus tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian orangtua. Ia tumbuh kembang di bentuk dari luar yang seharusnya ia dapatkan perhatian yang lebih dari kedua orangtuanya di rumah namun ia tidak mendapatkan itu. Lingkungan yang keras dan bebas telah membentuk kerakter dan kepribadian Bagus, ia lebih cenderung ingin hidup diluar dan tidak mementingkan pendidikan serta nilai-nilai yang baik. Ia telah termasuk dalam kategori anak yang bebas, brandal, kasar, dan korban pergaulan serta terlibat obat- obatan terlarang. Ia hanya korban dari pergaulan bebas diluar, korban dari pengasuhan yang tidak baik dari keluarga yang telah menelantarkannya selain itu kekurangan ekonomi yang telah memicu ia turun kelapangan untuk bekerja. Universitas Sumatera Utara 99

4.3 Profil Kasus Reza Ibrahim 13 Tahun