Merasa Sendirian Perilaku Yang Bersifat Internal

127 pelayanan RS, posyandu, polindes,dokter, puskesmas dan sebagainya. 3. Faktor penguat, mencangkup: sikap dan perilaku: toma, toga, petugas kesehatan, petugas keamanan, kebijakan peraturanUU, LSM 18 . Dengan pengertian faktor pembentukan perilaku di atas, dalam penelitian ini mengamati ada tiga bentuk perilaku dari dalam internal yang di alami oleh anak-anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris, yakni sebagai berikut:

5.1.1. Merasa Sendirian

Berbicara tentang psikologi sosial adalah psikologi dalam konteks sosial, psikologi seperti yang telah kita ketahui adalah ilmu tentang perilaku, sedangkan sosial berarti interaksi antarindividu atau anarkelompok dalam masayarakat. Jadi psikologi sosial adalah psikologi yang dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, politik, negara, lingkungan, organisasi, dan sebagainnya. Dengan demikian psikologis sosial dapat membantu praktik psikologis anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris kota Medan. Seperti yang telah penulis jabarkan diatas bahwasanya anak-anak pekerja penyapu angkot ini bekerja bukan dalam bentuk paksaan dari orangtua mereka. Mereka bekerja atas kemauannya sendiri untuk keperluannya sendiri maupun untuk membantu orangtuanya. Menurut Slameto bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan 18 . Diakses dari :hhps:adingpintar.wordpress.com20120325 10:49 Universitas Sumatera Utara 128 tersebut, semakin besar minat. Dalam hal ini anak-anak para pekerja penyapu angkot bekerja atas dasar minat yang timbul dalam dirinya untuk mendiri maupun untuk mencari kesibukan mengisi kesendiriannya pada saat dirumah. Merasa sendirian karena beberapa orantua mereka banyak menghabiskan waktu di luar bekerja, mulai pergi di pagi hari hingga pulang malam hari sehingga orantua mereka tidak banyak waktu dengan anak-anaknya. Seperti salah satu informan penulis ayah Muhamad Noki Julio 10 tahun bekerja sebagai supir angkot yang berangkat pukul 06:00 WIB di saat anak-anaknya masih tidur pulas ia telah berangkat menarik angkot dan mencari sewa dan pulang di tengah malam saat anaknya telah teridur. Begitu setiap harinya, namun kadang-kadang orangtuanya menyempatkan pulang untuk makan lalu pergi kembali menarik angkot dan mencari sewa. Hal seperti inilah anak-anak pekerja penyapu angkot ini kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang penuh dari orantua mereka. Dengan seperti ini mereka merasa bosan dan ingin mencoba hal yang baru dan mencari kesenangan untuk menghibur dirinya. Untuk tumbuh kembang seorang anak butuh dampingan kedua orangtua mereka, agar mereka tidak merasa tidak sendirian serta merasa di perhatikan oleh kedua orangtua mereka, sehingga mereka tumbuh dengan baik dan terarah serta bisa mengembangkan bakat yang dimiliki dalam diri seorang anak tersebut. Rasa ingin mencoba serta ingin mendapatkan perhatian bisa mereka dapatkan saat bekerja dan bergaul dengan anak-anak jalanan yang ada di terminal Pinang Baris yang bekerja sebagai Universitas Sumatera Utara 129 penyapu angkot. Saat mereka bekerja sesama mereka merasa senasip dan bisa bermain sambil bekerja. Apabila mereka merasa bosan dan tidak mempunyai teman serta merasa sendiri mereka akan pergi menjumpai teman-temannya yang ada di terminal yang sedang bekerja, dan mereka pun bisa bekerja dan mendapatkan uang untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu keluarga di rumah. Saat bersama teman- temannya sesama pekerja penyapu angkot membuat anak-anak ini tidak merasa kesepian dan sendirian, mereka bisa bermain serta bergembira sambil bekerja di tempat kerjannya. Sesuai hasil penelitian yang penulis temukan bahwasanya anak- anak pekerja penyapu angkot ini bekerja bukan atas dasar di suruh oleh orangtua mereka. Seperti yang telah penulis tuliskan di bab 3 tiga tentang ketertarikan mereka untuk bekerja. Namun beberapa dari mereka masih ada yang mendapatkan perhatian yang lebuh dari orantuanya, sehingga mereka masih mempunyai citra diri yang positif dan mempunyai cita-cita yang tinggi. Perilaku seperti ini merupakan berbanding terbalik dengan anak-anak yang mempunyai citra negatif terhadap dirinya, yang beranggapan bahwasanya sekolah serta cita-cita hanya milik orang yang beruang dan kaya, tidak seperti dirinya anak yang putus sekolah dan miskin, yang bekerja setiap harinya untuk bisa mendapatkan sesuap nasi serta untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau membantu orangtuanya. Berikut pernyataan Reza Ibrahim 13 tahun di bawah ini: “Awak dari kecil udah sering di tinggal-tinggal pergi kerja mamak sama bapak awak kak, mamak pergi kerja nyuci kerumah tetangga seelah itu mamak pigi ke terminal nyapu angkot dan sampai dirumah mamak capek habis itu tidur. Bapak juga gitu pigi pagi Universitas Sumatera Utara 130 pulang malam, nyampe rumah pun lagsung istirahat tidur, jadi begitu tiap harinya. Ngak pernah ada waktu untuk jalan-jalan. Kadang awak pigin jalan-jalan sama kayak kawan awak yang di ajak jalan-jalan oleh orangtuanya. Jadi sekarang awak ngak mau lagi di rumah aja, awak pigi jugalah kerja, di tempat kerja banyak kawan bisa sekalian main-main dan main warnet. Ditambah pernyataan dari Muhamad Noki Julio 10 tahun mengatakan bahwa sebagai berikut: “Awak pulang sekolah, langsung kerumah, makan, ganti baju habis itu peri keterminal kerja. Sering mamak bilang di rumah aja tapi awak ngak bisa di rumah aja, soalnya ngak tahu mau ngapain di rumah. Kawan ngak ada, mamak kerja, adik dan kakak sekolah. Lebih enak main sama kawan, bosan di rumah aja, mending main dan kerja sama kawan di terminal bisa dapat duit. Awak ngak betahan juga diam di rumah sambil nonton tv kak, ngak enak.

5.1.2. Interaksi dengan Keluarga.