71 waktu yang cukup untuk bermain dan beristirahat, dan secara tidak langsung
aktifitas tersebut berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka.
3.3.3. Pendidikan
Dalam Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi oleh pemerintah Indonesia disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakekatnya berhak untuk
memperoleh pendidikan yang layak dan mereka selayaknya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun akibat tekanan kemiskinan kurangnya
animo orangtua akan pentingnya pendidikan dan sejumlah faktor lain membuat mereka terpaksa bekerja.
Kebutuhan anak untuk mencukupi biaya pendidikan juga merupakan salah satu alasan anak untuk bekerja. Namun, sebaliknya sekolah tidak menarik, juga
merupakan faktor mendorong anak untuk putus sekolah dan masuk kedalam dunia kerja. Seperti yang di kemukakan oleh Muhamad Noki Julio 10 tahun sebagai
berikut: “Nanti saja sekolahnya di lanjutkan, karena saat ini biaya sekolah tidak
ada”. Noki mengatakan di sekolah sering dipangil oleh guru karena selalu telat
bayar uang SPP dan biaya buku, sehingga ibu Noki memerhentikan sekolah Noki sementara sampai ibu Noki mendapatkan uang untuk bisa melanjutkan sekolahnya
lagi. Rata-rata anak pekerja penyapu angkot adalah anak yang putus sekolah,
dikarenakan dua faktor yakni masalah keluarga dan masalah tidak ingin lagi melanjutkan sekolahnya karena telah mengenal dunia kerja dan bisa mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
72 uang. Selain anak putus sekolah anak-anak pekerja penyapu angkot ini juga ada
yang tidak sekolah di karenakan tidak ada kemauan untuk sekolah. Menurunta sekolah hanya membuang biaya saja yang pada akhirnya untuk mencari kerja
juga. Berikut pernyataan salah satu informan penulis yaitu Muhamad Andre 10 tahun sebagai berikut:
“Biarkan aja terserempet,,,abis itu kita mintak pertanggung jawabannya,, gitu kok payah”
Pada saat penulis tanyakan itu justru mereka berdiri di tengah-tengah jalan raya tersebut sambil menantang kendaraan yang mau lewat di jalan Pinang Baris
tersebut sambil ketawa, penulis tidak melihatt ketakutan dari diri mereka. Itulah pernyataan salah satu informananak pekerja penyapu angkot di
terminal Pinang Baris Medan. Ia mengatakan itu kepada penulis dengan penuh keyakinan bahwa apa yang ia ungkapan itu adalah hal yang benar. Selain itu ia
mengunggkapkan itu dikarenakan kondisi ekonomi yang serba kekurangan atau tidak mendukungnya untuk sekolah. Selain anak yang tidak sekolah juga ada anak
yang masih sekolah sambil bekerja menyapu angkot. Ia bekerja setelah pulang sekolah, kadang mereka juga ada yang rela bolos sekolah agar bisa menyapu
angkot dan bisa mendapatkan uang lebih banyak. Anak-anak yang masih sekolah ini sanagatlah memperdulikan sekolahnya, menurut mereka sekolah adalah wajib
untuk masadepan yang lebih baik, ia tidak ingin seperti ini terus kondisi ekonomi di keluarganya ia inggin lebih baik lagi. Dengan mereka sekolah mereka bercita-
cita bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik bisa mengangkat perekonomian keluarganya. Itulah pernyataan anak yang masih sekolah sambil bekerja. Kadang-
Universitas Sumatera Utara
73 kadang mereka juga pernah bolos sekolah untuk mencari uang tetapi apabila
penulis bertanya apa fungsi pendidikan untuknya justru ia menjawab sangatlah penting. Sangat berbeda pemikirannya dengan anak yang tidak sekolah dan anak
yang putus sekolah. Masing-masing mereka mempunyai asumsi sendiri-sendiri. Sebagian dari anak pekerja penyapu angkot ini adalah anak dampingan PKPA
yakni di unit SKA Sanggar Kreatifitas Anak yang mempunyai rumah singgah untuk anak-anak jalanan, yang terletak tidak jauh dari terminal Pinang Baris.
Anak dampingan SKA ini mereka akan datang ke rumah SKA tersebut untuk belajar karena disana di sediakan buku bacaan, bola untuk anak-anak yang suka
bola, alat musik untuk anak yang suka seni, serta kreatifitas lainnya. Noki merupakan salah satu anak dampingan SKA, sesekali Noki pergi belajar kesana
untuk membaca buku dan sebagainya, selain Noki anak pekerja penyapu angkot lainnya juga pernah menjadi anak dampingan SKA yakni Reza Ibrahim 13 tahun
ia pada saat sekolah sering berkunjung ke SKA untuk belajar, namun sekarang ia tidak aktif lagi karena ia sibuk bekerja sehingga malas untuk kesana.
3.3.4. Bahaya Kerja