25 angkot yang lewat kearah terminal yakni di jalan Pinang Baris, sambil memegang
sapu kecil dan botol berbahan plastik berisi solar di tanggannya dan mereka menawarkan dirinya kepada setiap angkot yang lewat di jalan.
Padahal penulis perhatikan jalan Pinang Baris ini sangatlah banyak kendaraan bersar yang hilir mudik. Namun mereka tidak memperhatikan dan memperdulikan
keselamatannya sendiri di tepi jalan tersebut. Penulis pernah melihat dua orang anak pekerja penyapu angkot ini hampir terserempet oleh mobil yang sedang
melaju, namun mereka justru menyorakkan si pengendara tersebut. Selain itu penulis melihat mereka berjalan serta sambil mencari-cari setiap angkot yang
hendak mereka sapu sambil bertanya kepada supir angkot tersebut. Mereka sering mencari angkot di Empat titik, yakni di terminal tempat pangkalan bus, di SPBU
yang tidak jauh dari terminal Pinang Baris tersebut, dan di Jalan Gg. Menuju terminal, selain itu di tepi jalan sepanjang jalan Pinang Baris Kecamatan, Medan
Sunggal. Penulis juga melihat di sekitar terminal Pinang Baris ini juga banyak terlihat tempat-tempat para supir angkot duduk berkelompok sambil main judi,
main Batu Dam, Main catur, main kartu dan lain-lain. Penulis melihat tempat terminal Pinang Baris ini tidak layak untuk anak-ank bermain dan berkeliaran
karena tidak baik untuk tumbuh kembang sosial psikologis mereka.
1.5.2 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah alat pengukuran data yang paling penting dalam penelitian etnografi, karena dengan alat ini informasi yang diharapkan dapat digali
secara lebih mendalam dan terfokus. Sebagai pedoman dalam pelaksanananya
Universitas Sumatera Utara
26 mengunakan interview guide, informasi yang di harapkan dapat di peroleh yaitu:
berupa data-data terkait antara lain : Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong anak-anak tersebut menjadi bekerja. Faktor-faktor disini adalah lingkungan,
keluarga, pendidikan, dan pengaruh teman, perlakuan apa yang mereka dapatkan selama bekerja, serta bagaimana perlakuan orang tua mereka terhadap anak-
anaknya dan bagaimana uang hasil bekerja mereka gunakan. Penulis mewawancarai anak-anak penyapu angkot tersebut yakni, Muhamad Noki Julio
yang bekerja sambil sekolah dan anak yang pernah sepat putus sekolah, setelah itu Bagus yakni anak yang tidak sekolah dan yang ketiga Muhamad Reza Ibrahim
anak penyapu angkot yang putus sekolah yang sampai sekarang belum melanjutkan sekolahnnya, dan yang terakhir Muhamad Riyan Pratama yakni anak
yang sekolah sambil bekerja meyapu angkot. Dan orangtua mereka sebagai singkronisasi data yang di dapat pada saat di lapangan, yakni ibu Susilawati
orangtua dari Muhamad Noki Julio pekerja anak yang berusia 10 tahun dan ibu Oni yakni orangtua dari Reza Ibrahim anak yang berumur 13 tahun.
1.5.3 Wawancara Secara Tertutup
Adapun alat pengukur data lain yang digunakan adalah kuesioner yang mana sebagai alat pengukur data “pendamping” dari observasi dan wawancara
mendalam, hal ini digunakan untuk memperoleh data-data yang lebih cenderung bersifat kualitatif misalnya data-data ekonomi, pendidikan, jaringan sosial,
Kekerasan dan lain-lain. Selain itu data juga akan diperoleh secara sekunder yakni dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA, Kelurahan Lalang Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
27 Medan Sunggal. Meskipun demikian data-data penelitian tetap bersumber dari alat
mengumpul data observasi dan wawancara mendalam. Informan utama yang akan diwawancarai adalah anak-anak yang bekerja sebagai penyapu angkot serta
orangtua mereka sebagai pendukung.
1.6 Profil Kehidupan Pekerja Anak Penyapu Angkot