Interaksi dengan Keluarga. Perilaku Yang Bersifat Internal

130 pulang malam, nyampe rumah pun lagsung istirahat tidur, jadi begitu tiap harinya. Ngak pernah ada waktu untuk jalan-jalan. Kadang awak pigin jalan-jalan sama kayak kawan awak yang di ajak jalan-jalan oleh orangtuanya. Jadi sekarang awak ngak mau lagi di rumah aja, awak pigi jugalah kerja, di tempat kerja banyak kawan bisa sekalian main-main dan main warnet. Ditambah pernyataan dari Muhamad Noki Julio 10 tahun mengatakan bahwa sebagai berikut: “Awak pulang sekolah, langsung kerumah, makan, ganti baju habis itu peri keterminal kerja. Sering mamak bilang di rumah aja tapi awak ngak bisa di rumah aja, soalnya ngak tahu mau ngapain di rumah. Kawan ngak ada, mamak kerja, adik dan kakak sekolah. Lebih enak main sama kawan, bosan di rumah aja, mending main dan kerja sama kawan di terminal bisa dapat duit. Awak ngak betahan juga diam di rumah sambil nonton tv kak, ngak enak.

5.1.2. Interaksi dengan Keluarga.

Di dalam keluarga anak-anak mulai menerima pendidikan yang pertama dan paling utama. Pendidikan yang diterima oleh anak mulai dari pendidikan agama, cara bergaul, dan hubungan interaksi dengan lingkungan. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi anak. Dalam lingkungan keluargalah anak mulai mengadakan persepsi, baik mengenai hal-hal yang ada di luar dirinya, maupun mengenai dirinya sendiri 19 . Pada masa sekarang masalah ketidak siapan orangtua dalam membina anak- anak sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah-masalah sosial dan kenakalan pada diri anak, karena orang tua di nilai kurang mampu memberi perhatian khusus kepada anak. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga orang 19 . Diakses dari https:tarmizi.wordpress.com20081209interaksi-dan-komunikasi-dalam- keluarga 15:42. Universitas Sumatera Utara 131 tua-anak kurang tercipta secara dinamis. Oleh karena itu, orangtua perlu menanamkan pendidikan kepada anak sejak dini agar anak mampu memahami hakikat kehidupan yang sesuai menurut ajaran agama. Menurut hasil penelitian penulis, bahwasanya anak-anak pekerja penyapu angkot ini beberapa dari mereka memiliki interaksi yang baik dengan keluarga orangtua-anak, mereka masih di bentengi oleh nilai-nilai yang baik oleh keluarganya. Mereka di berikan nasehat-nasehat sebelum mereka berangkat bekerja ke terminal Pinang Baris, seperti tidak terpengaruh oleh lingkungan kerja, merokok, main judi, narkoba, berkelahi, mencuri dan lain-lain. Seperti salah satu kasus Informan penulis yakni Muhamad Riyan Pratama 13 tahun ia di perbolehkan bekerja menyapu angkot oleh ibu dan ayahnya asalkan ia tidak terpengaruh oleh temannya merokok. Interaksi orangtua atau keluarga anak-anak pekerja penyapu angkot ini sangat penting karena, tempat mereka bekerja adalah tempat tidak layak anak. Tempat mereka bekerja sangat berbahaya untuk pembentukan perilaku mereka dewasa kelak. Namun beberapa dari anak pekerja penyapu angkot ini di biarkan oleh keluarganya bekerja dan berkeliaran di terminal Pinang Baris. Mereka mengaku tidak pernah di marahi oleh ibu dan ayahnya pada saat melihat mereka merokok dan ngelem, orangtua mereka membiarkan anaknya merokok karena anaknya tersebut telah mampu mencari uang. Jadi orangtua mereka beranggapan apabila anaknya telah mampu menghasilkan dan dapat membantu perekonomian keluarga maka orangtua mereka tidak mempermasalahkan anaknya merokok. Universitas Sumatera Utara 132 Beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka merokok karena terpengaruh teman dan melihat orang dewasa merokok di tempat mereka bekerja, sehingga mereka tertarik untuk mencoba. Namun mereka juga mengatakan melihat perilaku ayahnya juga suka merokok, bahkan ayahnya pernah memintak rokok kepadanya. Hal seperti ini mempengaruhi mereka untuk berperilaku sama seperti ayah, teman, dan orang dewasa lainnya yang mereka lihat. Orangtua mereka awalnya memang melarang anak-anaknya meniru perilakunya namun orang tuanya tersebut masih memberikan contoh negatif tersebut kepada mereka, sehingga mereka tidak menghiraukan larangan orang tuanya tersebut. Beberapa orangtua mereka hanya memiliki waktu di malam hari sebelum anaknya tidur untuk berinteraksi dengan anaknyaa karena kesibukan bekerja orangtua mereka, di situlah kesempatan untuk orangtua mereka memberikan nilai- nilai dan norma-norma yang baik untuk membentuk perilaku anak-anaknya dan mengajari mereka bagaimana berinterkasi dengan masyarakat dan lingkungan tempat mereka bekerja. Orangtua mereka sangat tahu betul pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya namun keterpurukan ekonomi dan ketidak berdayaan orangtua mereka membuat orangtua mereka tidak bisa melarang keras anaknya untuk tidak bekerja. Namun orangtua mereka hanya bisa memberikan pengarahan pada anaknya agar tidak terjerumus kejalan yang salah. Namun kenyataannya anak-anak pekerja penyapu angkot telah masuk dalam kategori anak yang terpengaruh. Hampir semua anak-anak pekerja penyapu angkot pernah merokok, ngelem, mencuri, judi, nakal, keras. Mereka tidak patut Universitas Sumatera Utara 133 untuk di salahkan karena mereka hanyalah korban, korban dari pengasuhan orangtua dan orang dewasa di tempat mereka berinteraksi. Ketidak mampuan orangtua mereka memberikan waktu lebih untuk memperhatikan anak-anaknya, ketidak mampuan orangtua mereka memberikan perhatian dan kasih sayang serta memenuhi kebutuhan mereka membuat anak-anak yang bekerja sebagai penyapu angkot ini menjadi anak yang nakal dan keras, yang terbentuk di tempat mereka berkerja dan lingkungan sehari-hari berinteraksi mereka. Terjadinya interaksi dan komunikasi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan stimulus dan respons. Dengan interaksi antara anak dengan orang tua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil dari komunikasi. Anak akan mempunyai gambaran tertentu mengenai orang tuanya. Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu tersebut sebagai hasil persepsinya melalui komunikasi, maka akan terbentuk juga sikap-sikap tertentu dari masing- masing pihak. Bagi orangtua anak sebagai objek sikap, sebaliknya bagi anak orang tua sebagai objek sikap. Pada anak akan terbentuk sikap tertentu terhadap orang tuanya, sebaliknya pada orang tua akan terbentuk sikap tertentu terhadap anaknya. Seperti yang di kemukakan oleh ibu Oni 38 tahun orangtua dari Reza Ibrahim sebagai berikut pernyataan Reza kepada ibunya. “Kerja ajapun, duitnya pun ntah kemana,,,ngak pernah kita jalan- jalan, beli ini aja ngak adak, beli itupun gak adak, anak orang bisa beli ini, aku ngak samanya mamaknya, tukang cuci jugaknya, bapaknya supir juganya, kenapa dia bisa beli ini beli itu dan bisa Universitas Sumatera Utara 134 jalan-jalan juga. Udahlah ngapain aku sekolah, orang kerjapun pakai duit kan, ada uang mamak mau masukan aku kerja?ngak kan? Udah aku jadi supir pun dapat duit kok, ngapain mamak capek- capek, orang nantik untuk ongkos ke sekolahpun ngak ada, udahlah ngak usah aku sekolah.

5.1.3. Kelelahan Psikis