Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 252
Tabel 4.2 Rekapan Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO
3
No. Kelompok
Larutan AgNO
3
ml Kadar
NaCl Kadar
Sebenarnya Kesalahan
1. 1
6,5 14,98
15 -0,13
2. 2
6,475 14,93
15 -0,47
3. 3
6,125 14,27
15 -4,87
4. 4
6,725 14,76
15 -1,62
5. 5
6,35 14,67
14,87 -1,34
Hasil dikatakan memenuhi persyaratan apabila persentase kesalahan ±5 untuk sediaan yang baru, sedangkan persentase kesalahan yang didapatkan -0,13
; -0,47;-4,87; -1,62; -1,34 sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan. Batas kesalahan kadar yang disarankan adalah 5 untuk sediaan baru
atau 10 untuk sediaan pertinggal. Pada percobaan ini seluruh kelompok mendapat sampel baru. Kesalahan kadar sampel tidak melebihi 5, sehingga dapat dikatakan
bahwa sampel memenuhi syarat uji kuantitatif dan tidak diperlukan penyesuaian kadar.
Pengawasan mutu yang terakhir dilakukan adalah uji sterilitas yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. Uji sterilitas dengan menggunakan sampel triple
dye dan medium caso agar untuk penggujian sediaan farmasi yang menggandung bakteri aerob yang tidak berbahaya. Uji sterilisasi dilakukan dengan teknik aseptis
yang merupakan suatu cara untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri seminimal mungkin. Uji sterilitas menggunakan 3 media dimana masing-masing
untuk sampel, kontrol LAF, dan kontrol ruangan. Kontrol LAF sebagai kontrol negatif untuk mengetahui media yang digunakan benar-benar steril. Kontrol
ruangan sebagai kontrol positif untuk mengetahui media yang digunakan dapat menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil uji sterilitas diamati setelah
diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa sampel, kontrol LAF, dan kontrol negatif tidak terdapat pertumbuhan mikroba, sehingga
sampel yang diuji oleh mahasiswa dapat dikatakan steril. Kesimpulan hasil kegiatan PKPA di Unit Laboratorium Farmasi periode
Oktober-Desember 2015 adalah :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 253
1. Hasil uji Kualitatif sampel pada seluruh kelompok adalah NaCl.
2. Hasil uji kuantitatif sampel semua kelompok menunjukkan bahwa seluruh
sampel telah memenuhi persyaratan kadar dengan persenatse kesalahan 5 . 3.
Seluruh sampel uji dinyatakan steril.
4.5. Pembahasan Kegiatan PKPA di Pelayanan Informasi Obat PIO
Dalam memberikan pelayanan informasi obat, ada beberapa hambatan yang menyebabkan pelayanan PIO menjadi kurang optimal. Hambatan tersebut antara
lain: Keterbatasan SDM Sumber Daya Manusia
Penyampaian PIO berbasis in house database IT yang belum maksimal Kurangnya dana dalam penyediaan sumber informasi primer, sekunder
maupun tersier Berdasarkan kegiatan PKPA Mahasiswa didapatkan kesimpulan:
1. Respond time yang diperoleh dari 69 enam puluh sembilan mahasiswa
didapatkan sebanyak 60 enam puluh mahasiswa dengan presentase sebesar 86,95 membutuhkan waktu ≥1 jam untuk menjawab pertanyaan
dan 9 sembilan mahasiswa dengan presentase 13,04 menyawab dengan waktu 1 jam
2. Jenis kendala yang dihadapi adalah dalam kendala mencari dan menentukan
sumber pustaka. Dari data yang didapatkan oleh Mahasiswa PKPA adapun saran yang ditujukan
kepada unit PIO demi kemajuan pelayanan informasi obat di RSUD Dr. Soetomo yaitu:
1. Penambahan jumlah sumber daya manusia di PIO
2. Penambahan waktu PKP di unit PIO agar mahasiswa lebih memahami
kinerja PIO, serta untuk membiasakan mahasiswa mencari literatur dan berlatih melalui problem based learning agar respond time dalam menjawab
pertanyaan menjadi lebih cepat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 254
4.6. Pembahasan Kegiatan PKPA di Instalasi Rawat Jalan IRJ
Intalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo memiliki 4 UPF yaitu di lantai 1, 2, dan 4. Bentuk evaluasi terkait kefarmasian yang dilakukan di 4 UPF tersebut adalah
pengkajian terhadap kelengkapan resep serta pengelolaan di masing-masing UPF.
Tabel 4.3 Jumlah Resep yang Dievaluasi di UPF Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo
UPF Rawat Jalan
Waktu Kelompok
Jumlah Resep
Lantai 1, 2 dan 4
26 Oktober 2015 1
14 19 Oktober 2015
2 14
12 Oktober 2015 3
14 23 November 2012
4 14
17 November 2015 5
13
Total Resep dari Keempat UPF Rawat Jalan 69
4.6.1. Kelengkapan Administratif dan Farmasetis
Data kelengkapan administrative meliputi nama pasien, tanggal resep, umur, berat badan, nama dan paraf dokter serta ruangan atau poli. Sedangkan kelengkapan
farmasetis meliputi nama obat, kekuatan obat, bentuk sediaan, jumlah obat dan signa.
Tabel 4.4 Persentase Kelengkapan Administratif di UPF Rawat Jalan RSUD
Dr. Soetomo UPF IRJ
Nama Pasien
Tanggal Resep
Umur Pasien
Berat Badan
Nama dan
Paraf Dokter
Ruangan atau Poli
Jumlah pasien
69 69
53 6
69 66
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 255
Persentase 100
100 76.81
8.69 100
95.65
Tabel 4.5 Persentase Kelengkapan Farmasetis di UPF Rawat Jalan RSUD Dr.
Soetomo UPF IRJ
Nama Obat
Kekuatan Obat
Bentuk Sediaan
Jumlah Obat
Signa
Jumlah pasien
69 55
32 69
69
Persentase 100
79.71 46.38
100 100
Hasil evaluasi kelengkapan penulisan resep baik administrative dan farmasetis diharapkan mencapai 100 untuk pencantuman nama dan paraf dokter,
nama pasien, umur pasien, kekuatan obat, bentuk sediaan, jumlah obat yang diminta pada resep, signa serta asal ruangan atau poli. Namun berdasarkan hasil evaluasi
terhadap 69 resep dari 4 UPF didapatkan hanya nama pasien, tanggal resep, nama dan paraf dokter, nama obat, jumlah obat, dan signa yang mencapai persentasi
100. Persentase penulisan umur pasien 76.81, berat badan pasien 8.69, ruangan atau poli 95.65, kekuatan obat 79.71, dan bentuk sediaan 46.38.
Persentase paling rendah adalah berat badan pasien yaitu 8.69. Hal ini disebabkan mungkin karena banyaknya pasien yang berobat di rawat jalan sehingga beberapa
unsur seperri umur pasien, berat badan, ruangan atau poli, kekuatan obat, dan bentuk sediaan sering terlewatkan dalam penulisan resep.
Untuk mengatasi banyaknya ketidaksesuaian kelengkapan resep yang ada di UPF rawat jalan, maka dibutuhkan langkah-langkah konkrit yaitu menyarankan
kepada dokter untuk menuliskan resep secara lengkap guna mengantisipasi apabila ada kesalahan maupun apabila ingin melakukan konfirmasi terkait resep yang
ditulis. Selain itu kelengkapan resep seperti umur, berat badan, bentuk sediaan, dan kekuatan obat juga diperlukan terkait dengan perhitungan dosis anak-anak dan
geriatric maupun untuk pasien yang memerlukan dose adjustment.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 256
Gambar 4.2 Grafik Persentase Kelengkapan Resep di UPF Rawat Jalan
4.6.2. Kesesuaian Penulisan Resep
Keputusan dirjen pelayanan medik No. 0428YANMEDRSKS1989 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan Menteri Kesehatan telah ditetapkan tentang
keawjiban menuliskan obat generic di Rumah Sakit Pemerintah. Selain itu, dalam penulisan obat yang diserepkan bagi pasien juga harus disesuaikan dengan obat-
obatan yang terdapat dalam formularium. Untuk pasien umum disesuaikan dnegan obat yang terdapat dalam formularium Rumah Sakit sedangkan untuk pasien
dengan penjaminan perlu disesuaikan dengan formularium nasional.
Series1 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100 110
120 100
100 77
8.69 100 95.65 100
79.71 46
100 100
Persentase Kelengkapan Resep di IRJ
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 257
Tabel 4.6 Persentase Kesesuaian Pola Penulisan Resep dengan Nama Generik, Nama Dagang, dan Formularium di UPF Rawat Jalan di
RSUD Dr. Soetomo UPF IRJ
Generik Non Generik
FORNAS Non FORNAS
Jumlah pasien 59
10 67
2
Persentase 85.51 14.49
97.10 2.90
Berdasarkan evaluasi didapatkan rata-rata penggunaan obat generik dalam penulisan resep sebesar 85.51. Nilai ini belum memenuhi standar karena
berdasarkan Permenkes Nomor HK 02.02Menkes06812010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah pasal 4
menyatakan bahwa dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semia pasien sesuai indikasi.
Untuk persentase penggunaan formularium rumah sakit tidak dapat tercantum karena dari 14 resep yang dievaluasi semua pasien menggunakan status JKN
Jaminan Kesehatan Nasional. Persentase penggunaan obat sesuai dengan FORNAS sebesar 97.10.
4.6.3. Pengkajian Farmasi Klinis
Hasil evaluasi terhadap permasalahan resep yang dilakukan dari 69 resep di UPF Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo memiliki hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Permasalahan dalam Resep Kategori Permasalahan
Angka Kejadian Persentase
Prescription Related Problen PRP Multiple prescription chart
Relevant related Legibility
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 258
Legality Availability
7 100
Jumlah 7
100 Administration Related Problem ARP
Rute pemberian 4
7.69
Bentuk sediaan 5
9.62
Waktu pemberian 38
73.08
Interval pemberian
5 9.62
Dosis yang terlewat Jumlah
52 100
Drug Related Problem DRP Untreated indication
Unindicated treated 4
5
Improper drug selection 1
1.25
Sub therapeutic dose 9
11.25
Failure to receive medication 7
8.75
Over dosage 1
1.25
Drug interaction 23
28.75
Adverse drug reaction
23 28.75
Medication use
without indication
Patient compliance 3
3.75
Compactibility 6
7.5
Contra indication 3
3.75
Duplikasi terapi Jumlah
80 100
Topik permasalahan resep juga dilakukan evaluasi dan hasil yang diperoleh adalah seperti yang tertera pada tabel 4. Persentase terbanyak dengan kode masalah
Administrated Related Problem ARP adalah terkait waktu pemberian yaitu 73.08, maka hal yang harus dilakukan adalah memberikan informasi kepada
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 259
pasien atau keluarga pasien terkait waktu pemberian minum obat seperti sebelum, saat, atau sesudah makan. Selain itu seperti diminum pada pagi, siang atau malam
hari dimana pemberian informasi tersebut akan membantu pasien dalam mengatur jadwal minum obat dan akan bedampak kepada kepatuhan pasien.
Persentase terbanyak terjadi DRP adalah mengenai interaksi obat yaitu 28.75, hal yang harus dilakukan oleh adalah memberi penjelasan pada pasien
mengenai cara mengkonsumsi yaitu dengan memberikan rentang waktu apabila meminum obat lebih dari satu. Permasalahan lain yaitu mengenai sub terapetik
11.25, efek samping yang mungkin terjadi 28.75, dan kontra indikasi 3.75. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pemahaman mengenai
farmakokinetik obat dari penulis resep, sehingga perlu dilakukan koreksi ulang resep yang masuk dengan teliti serta senantiasa membina hubungan yang baik
antara apoteker dan dokter untuk memberikan terapi yang tepat bagi pasien. Selain itu juga harus dilakukan pemberian informasi pada pasien mengenai cara meminum
obat dan efek samping yang mungkin akan terjadi.
4.6.4. Pengelolaan di IRJ
Obat di IRJ didistribusikan dengan sistem individual prescription yang akan
memudahkan untuk menarik pembayaran atas obat yang digunakan pasien dan memberikan pelayanan kepada pasien secara perorangan. Awalnya pasien datang
ke instalasi rawat jalan dan melakukan registrasi. Kemudian, pasien masuk ke poli tujuan sesuai dengan nomor antrian. Setelah dari poli, pasien akan memperoleh
resep dari dokter. Kemudian tenaga kefarmasian akan melakukan pengecekan terhadap kelengkapan persyaratan sesuai penjamin. Jika semua persyaratan sudah
sesuai, resep akan dilayani. Jika obat yang diresepkan tidak dicover oleh JKN, maka petugas UPF akan menghubungi dokter untuk melakukan penggantian obat. Namun
jika penggantian obat tidak dapat dilakukan maka petugas UPF akan meminta rekomendasi dari TFT.
Pengadaan obat di unit farmasi rawat jalan dilakukan oleh masing-masing UPF, yaitu UPF lantai I, UPF lantai 2 dan UPF lantai 4 melakukan permintaan obat
ke UPPFI seminggu dua kali setiap hari Senin dan Kamis. Permintaan ke UPPFI
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 260
dilakukan dengan mengisi form defecta yang ada di komputer. Defecta yang sudah
dicetak kemudian dicek dan ditandatangani oleh apoteker. Setelah itu, defecta diserahkan ke bagian UPPFI sebagai lembar permintaan barang. Barang dari UPPFI
datang setiap hari Selasa dan Jumat. Jenis dan jumlah barang yang sudah datang kemudian dicatat di kartu stok tiap obat. Pada setiap UPF di IRJ juga dilakukan
stock opname sebanyak 2x yaitu setiap 1 bulan sekali stock opname mandiri dan setiap 3 bulan sekali stock opname besar. Stock opname ditujukan untuk
mengontrol keluar masuknya barang. Dimana dalam proses ini akan dilakukan perhitungan stok secara fisik untuk dicocokkan dengan stok yang tercatat di dalam
sistem. Manfaat lain dari stock opname adalah untuk mengetahui kondisi persediaan secara nyata, apakah masih baik atau rusak dan apakah sudah melewati waktu
kadaluwarsa atau belum. Di unit pelayanan farmasi rawat jalan diketahui bahwa tidak ada barang yang mengalami deadstock dan barang kadaluwarsa. Obat-obat
yang ada di UPF rawat jalan disusun berdasarkan kelas farmakologi. Obat-obat high alert disimpan dengan caraperingatan khusus. Salah satu contohnya adalah insulin.
Insulin disimpan di almari es dengan suhu 2-8
o
C dan ditempel stiker high alert pada setiap sediaan dan tempat penyimpanan obat tersebut. Beberapa obat yang memiliki
kemiripan nama juga diberikan tanda khusus look alike sound alike LASA.
4.7. Pembahasan Kegiatan PKPA di Konseling
4.7.1. Pembahasan Konseling di IRJ Instalasi Rawat Jalan
Konseling di Instalasi Rawat Jalan ditujukan untuk pasien geriatri, penyakit kronis Diabetes Melitus, Penyakit jantung, ginjal, asma, PPOK, stroke, epilepsi,
pengguna ARV, polifarmasi, pasien mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit, obat dengan cara penggunaan khusus seperti insulin, suppositoria, inhaler,
tetes telinga, tetes mata. Tujuan dari konseling ini agar pasien menggunakan obat dengan benar dan lebih patuh dalam pengobatan, sehingga diharapkan tercapainya
tujuan terapi yang optimal. Materi yang dikonselingkan kepada pasien mencakup hal-hal mendasar,
seperti nama obat, tujuan pemakaian obat, dosis atau takaran, cara pemakaian atau rute, saat pemakaian, frekuensi pemakaian, lama pemakaian, yang harus dilakukan
jika lupa, resiko jika aturan pemakaian tidak dipatuhi, ESO yang umum terjadi dan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 261
apa yang harus dilakukan, obat-obat bebas OTC yang harus dibatasidihindari, makanan dan minuman yang harus dihindari, aktivitas yang harus
dibatasidihindari, cara penyimpanan yang benar, cara pembuangan sisa obat, mengurangi menghentikan pemakaian obat sebab lupa atau bosan, sehat atau tidak
ada efeknya, mengalami ESOtidak. Berdasarkan hasil rekapitulasi data konseling terhadap pasien rawat jalan
pada periode Oktober - Desember 2015, didapatkan dari rekapitulasi kelompok usia pasien 18 tahun sebanyak 13,01, kelompok usia pasien 18-55 tahun sebanyak
40,89 dan yang paling banyak dengan kelompok usia 55 tahun sebanyak 46,10, dapat disimpulkan bahwa pasien yang paling banyak dikonseling adalah
pasien geriatri. Rekapitulasi konseling berdasarkan jenis kelamin pasien untuk pasien wanita lebih banyak dari laki-laki, di mana wanita sebanyak 55.39 dan
pasien laki-laki sebanyak 44.61. Rekapitulasi konseling berdasarkan poli yang terbanyak yaitu di poli penyakit dalam sebanyak 37,17. Sedangkan 10 obat
terbanyak yang dikonselingkan yaitu asam folat 7,08, Omeprazole 6,86, Methyl Prednisolon 4,54, Vit B Complex 4,31, Metformin 3,98 Levemir 3,87,
Amlodipin 3,43, Simvastatin 2,65, Kalsium Laktat 2,54, dan Sandimmun 2,21.
Persentase materi konseling aktif dan pasif pada pasien yang ada di rawat jalan yang paling banyak persentase tidak tahu, yaitu mengenai bagaimana
mengurangimenghentikan pemakaian obat sebab lupabosansehattidak ada efeknyaESO yakni sebesar 67,05, karena kurangnya informasi yang didapatkan
pasien mengenai hal tersebut. Dari data hasil rekapan tersebut, dapat diketahui bahwa pasien sudah cukup memahami nama obat, tujuan pemakaian obat, cara
pemakaian obat, aturan pakai dan lama pemakaian obat yang digunakannya.
4.7.2. Pembahasan Konseling di Unit Pelayanan Intermediet Penyakit Infeksi
UPIPI
Konseling di UPIPI dilakukan terhadap sejumlah 108 pengunjung, dengan 58,33 diantaranya merupakan pasien HIV dan 41,67 merupakan keluarga
pasien untuk membantu dan mendampingi mengambil obat. Berdasarkan data demografis hasil rekapitulasi konseling pada pasien rawat jalan di poli UPIPI,
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 262
didapatkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi ARV terbanyak pada rentang usia 31-40 tahun yaitu sebesar 39,81. Kelompok umur tersebut mempunyai risiko
penularan lebih tinggi untuk tertular HIVAIDS karena merupakan kelompok seksual aktif. Jika didasarkan pada jenis kelamin, mayoritas sasaran konseling
adalah laki-laki sebesar 59,26 dan diikuti dengan jenis kelamin perempuan sebesar 40,74. Kebanyakan pasien dan keluarga pasien berdomisili di kota
Surabaya 75,00. Pasien dan keluarga pasien yang berdomisili di Kota Surabaya memiliki akses yang lebih mudah ke RS Dr. Soetomo untuk memperoleh terapi
ARV dan sebanyak 25,00 berdomisili di luar Kota Surabaya, yang datang ke RSUD Dr. Soetomo tiap bulannya untuk mengambil obat.
Dari konseling aktif yang dilakukan, permasalahan yang paling dominan adalah
mengenai mengurangimenghentikan
pemakaian obat
sebab lupabosansehattidak ada efeknyaESO yakni sebesar 50,93. Pasien
diinformasikan untuk menghindari obat-obat yang dapat berinteraksi dengan penggunaan obat ARV. Jika ada obat lain yang dapat berinteraksi minor
diinformasikan untuk memberikan jarak minum obatnya, sedangkan untuk obat yang dapat menimbulkan interaksi mayor, maka obat selain ARV dapat diganti
dengan obat yang memiliki efek sama dan minimtidak menimbulkan interaksi ketika meminumnya.
4.7.3. Konseling di UPF Gedung Tubercolosis terpadu GTBT
UPF GTBT adalah salah satu UPF di RSUD Dr. Soetomo, dimana unit ini melayani obat-obat pasien tuberkulosis dari poli DOT Direct Observed
Treatment. Pasien di UPF GTBT dikelompokkan berdasarkan umur dewasa dan anak, TB-Reguler, TB-MDRMulti Drug Resisten, TB-Pre XDR Pre-Extensive
Drug Resistance, dan TB-XDR. Pasien dewasa TB paru, TB ekstra Paru dan TB MOTT Mycobacterium Other than Tuberculosis dilayani pada hari Senin
– Jumat, sedangkan pasien dewasa TB-MDR, Pre XDR, XDR dilayani pada hari Senin -
Sabtu. Untuk pasien anak TB paru dan TB ekstra paru hanya dilayani pada hari Selasa dan Kamis. Pengelompokkan ini bertujuan untuk memudahkan pelayanan di
UPF. Jam pelayanan di poli GTBT dibuka pukul 08.00-15.00 WIB. Petugas yang
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 263
bekerja di UPF GTBT berjumlah dua orang, dimana keduanya merupakan tenaga teknis kefarmasian.
Alur pelayanan yang berlaku di UPF GTBT yaitu, pasien yang kontrol dari poli DOT mendapat resep dari dokter di poli tersebut, kemudian pasien ke UPF
GTBT untuk menebus resep yang telah diperolehnya. Untuk pasien TB-MDR, pasien harus meminum obatnya di tempat yang telah disediakan, yaitu di gazebo
sekitar UPF GTBT didepan Pengawas Menelan Obat PMO. Manajemen obat di UPF GTBT dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh UPF GTBT sendiri,
kemudian melakukan permintaan ke UPPFI dan UPPFS. Form permintaan ke UPPFS dan UPPFI diajukan setiap hari Selasa dan Kamis, kemudian barang datang
pada hari Rabu dan Jumat. Penataan obat di UPF GTBT berdasarkan terapi, alfabetis dan bentuk sediaan serta stabilitas.
Kegiatan PKPA konseling yang dilakukan di UPF GTBT meliputi kegiatan diskusi, review resep dan praktik konseling obat. Sebelum dilakukan review resep,
dilakukan diskusi peserta PKPA dengan apoteker pembimbing UPF GTBT. Review resep dan konseling dilaksanakan pada hari pertama dan kedua pelaksanaan PKPA
di UPF GTBT dengan cara melakukan skrinning resep dokter terlebih dahulu dan hasil skrinning resep tersebut kemudian direkap dalam formulir pencatatan,
pelaporan dan evaluasi konseling. Adapun PKPA konseling yang dilakukan di UPF GTBT dilaksanakan kepada pasien TB Anak, TB Dewasa, dimana TB Dewasa
terbagi lagi jadi TB-Reguler yang meliputi pasien TB paru dan pasien TB ekstra paru, kemudian pasien TB MOTT dan TB-MDR. Proses konseling yang dilakukan
oleh mahasiswa PKPA periode Oktober - Desember 2015 di GTBT diawali dengan menanyakan three prime questions. Dengan melakukan metode tersebut, maka
dapat digali pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya, obat yang diresepkan dan bagaimana mengaplikasikannya, serta apa yang diharapkan pasien
setelah menjalani pengobatan. Selain itu, juga untuk mengetahui apakah pasien tersebut merupakan pasien TB lama atau baru dan agar tidak ada duplikasi
pemberian informasi kepada pasien. Konseling yang dilakukan di GTBT ini dilaksanakan dengan metode aktif dan
dilakukan pada setiap pasien atau keluarga pasien yang menebus obat di UPF GTBT. Kegiatan konseling di GTBT ditujukan kepada pasien TB-Reguler dan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 264
pasien TB-MDR, dimana pasiennya terdiri dari pasien anak, dewasa maupun lansia. Informasi konseling yang diberikan kepada pasien TB-Reguler lebih banyak terkait
pada kepatuhan terapi, apakah pasien pernah lupa minum obat, bagaimana pasien mengatasi masalah lupa minum obat, bagaimana mengatasi jika terjadi efek
samping obat, cara pembuangan sisa obat dan obat bebas yang harus dihindaridibatasi. Pemberian konseling pada pasien TB-MDR, banyak terkait
dengan bagaimana cara mengatasi efek samping obat dan kepatuhan minum obat. Sedangkan konseling kepada pasien anak diberikan melalui orang tua, terutama
untuk anak-anak yang masih belum cukup umur untuk dilakukan konseling. Konseling dilaksanakan kepada orang tua pasien anak agar meningkatkan
rasionalitas penggunaan obat OAT sehingga efektivitas obat dapat tercapai dan dapat menangani resiko ESO yang mungkin dapat terjadi.
Pasien baru atau pasien yang belum lama menggunakan obat TB, umumnya membutuhkan informasi terkait indikasi, jadwal minum, cara mengatasi masalah
jika lupa minum obat dan efek samping obat TB yang akan diperoleh pasien, resiko jika terjadi putus obat atau malas minum obat, serta memberikan motivasi kepada
pasien dalam menjalankan terapi agar tercapainya goal therapy yang diinginkan. Pasien di GTBT perlu dimotivasi untuk menyelesaikan dan menuntaskan
pengobatannya sesuai jadwal terapi yang telah ditentukan dan perlu diinformasikan akibat yang dapat terjadi apabila pasien tidak melakukan terapinya hingga tuntas.
Akibat yang ditimbulkan apabila pasien tidak menuntaskan terapinya adalah terjadinya resistensi terhadap obat OAT dan pengobatan dengan OAT harus dimulai
dari awal. Periode Oktober
– Desember 2015 mahasiswa PKPA di GTBT berhasil memberikan konseling kepada 59 pasien anak, dimana dari 16 pasien tersebut
terdiri dari 31 pasien anak laki-laki 52,54 dan 28 pasien anak perempuan 47,46. 31 pasien anak dengan TB paru 62 dan 19 pasien anak dengan TB
ekstra paru 38. Selanjutnya untuk pasien dewasa mahasiswa PKPA berhasil memberikan konseling kepada 32 pasien dewasa, 17 53,13 pasien laki-laki dan
15 46,87 pasien perempuan. 23 pasien dewasa dengan TB paru 74,19 dan 8 pasien dewasa dengan TB ekstra paru 25,81. Selain itu mahasiswa PKPA juga
memberikan konseling pada 32 pasien dewasa dengan TB MDR yang terdiri dari
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 265
25 laki-laki dan 7 perempuan, 3 pasien TB Pre XDR yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan, 1 pasien TB XDR yang merupakan pasien laki-laki. Rentang usia
pada pasien TB anak dan dewasa terbanyak yaitu usia 16 tahun sebesar 49 orang 60,49 dan usia 16 tahun sebesar 32 pasien 39,51.
Pengobatan pada pasien TB-MDR, kurang lebih dilakukan selama 18-24 bulan. Fase intensif 6-8 bulan, setelahnya merupakan fase lanjutan hingga 18-24
bulan. Pengelompokan OAT untuk pengobatan TB-MDR yaitu terbagi atas 4 golongan. Golongan 1 adalah obat lini pertama yang terdiri dari isoniazid H,
rifampisin R, etambutol E, pirazinamid Z dan streptomisin S. Golongan 2 adalah obat lini kedua yang terdiri dari kanamisin Km, amikasin Am dan
kapreomisin Cm. Golongan 3 adalah golongan florokuinolon, yang terdiri dari levofloksasin Lfx, moksifloksasin Mfx dan ofloksasin Ofx. Golongan 4 adalah
obat bakteriostatik lini kedua yang terdiri dari etionamid eto, protionamid pto, sikloserin Cs, terizidon Trd dan para amino salisilat PAS.
Jika terbukti resisten terhadap kanamisin, maka panduan standar pengobatannya yaitu; Cm-Lfx-Eto-Cs-Z- E Lfx-Eto-Cs-Z - E. Jika terbukti
resisten terhadap kuinolon, maka panduan standar pengobatannya yaitu Km-Mfx- Eto-Cs-PAS-Z - E Mfx-Eto-Cs-PAS-Z - E. Jika Moksifloksasin tidak tersedia
maka dapat digunakan Levofloxacin dengan dosis tinggi, pada penggunaan Levofloxacin dosis tinggi harus dilakukan pemantauan ketat terhadap kondisi
jantung pasien dan kemungkinan terjadi tendinitisreptur tendon. Jika pada pengobatan TB MDR tidak dapat menggunakan Sikloserin maka dapat diganti
dengan PAS. Jika terbukti resisten terhadap kanamisin dan kuinolon TB XDR maka akan diterapi sesuai dengan penatalaksanaan TB XDR yaitu Cm-Mfx-Eto-
Cs-PAS-Z-E Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-E. Beberapa obat TB-MDR memerlukan perlakuan khusus sebelum
penggunaannya, contohnya seperti Para Amino Salisilat PAS, dimana obat ini diminum bersamaan dengan makanan atau minuman dengan pH asam contohnya
seperti orange juice. Hal ini dikarenakan PAS merupakan obat yang bersifat asam, sehingga jika diminum bersamaan dengan makanan atau minuman yang bersifat
basa maka akan membuat sifat PAS menjadi netral, sehingga dapat menurunkan efektifitas dari obatnya. Selanjutnya obat etionamid, dimana obat ini disarankan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 266
untuk diminum terakhir karena merupakan obat yang bersifat metallic taste. Selain itu juga terdapat obat yang berinteraksi seperti etionamid dengan sikloserin, dimana
kedua obat ini dapat dapat meningkatkan toksisitas obat lainnya. Oleh karena itu, pengaturan waktu minum obat etionamid dan silkoserin diberikan jarak waktu
antara 1-2 jam. Sikloserin juga dapat menimbulkan efek neuropati sehingga perlu pemberian vitamin B secara oral dengan perbandingan setiap 250 mg sikloserin
yang diterima, diberikan 50 mg vitamin B6. Efek samping yang paling banyak terjadi dari pasien yang dikonseling adalah
mual-muntah, pusing dan kesemutan. Penanganan untuk efek samping ini, yaitu pasien diresepkan obat-obatan seperti vitamin B6 untuk mengatasi kesemutan.
Berdasarkan hasil konseling, beberapa pasien mengalami ESO, namun tidak diberikan terapi karena ESO yang dialami terjadi pada awal fase pengobatan,
namun lama kelamaan ESO tersebut hilang dengan sendirinya. Seperti pada pasien yang mengalami pusinggatal-gatal dan kulit kemerahan yang terjadi pada 2-3 hari
awal pengobatan. Pasien TB juga perlu melakukan pemeriksaan penunjuang yang rutin dilakukan, seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan liver karena beberapa obat
TB yang diterima itu berdampak pada fungsi liver dan ginjal Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid.
Secara garis besar, terapi yang diberikan pada pasien TB selama kegiatan PKPA di GTBT periode Oktober - November 2015 sudah baik dan sesuai dengan
panduan yang ada. Namun, sempat ditemukan adanya penggunaan obat yang kurang sesuai dengan pedoman, yakni pasien anak yang masih diberikan etambutol
dan ofloxacin. Perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut terkait pertimbangan dokter dalam merespak obat tersebut kepada pasien anak. Selama menjalani PKP juga
ditemukan bahwa ada pasien yang mendapatkan OAT dengan dosis yang tidak sesuai dengan berat badannya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena petugas
tidak mengukur lagi berat badan terbaru pasien saat pasien kontrol. Pemberian konseling pada pasien TB di GTBT sangat dibutuhkan oleh pasien dan hal ini akan
sangat membantu untuk keberhasilan terapi yang akan dijalani oleh pasien TB. Adanya pasien yang terkena pre XDR dan XDR menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan besar tidak patuh dalam pengobatannya, sehingga pemberian konseling di sini harus benar- benar dioptimalkan pada kepatuhan pasien.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 267
4.7.4. Konseling di IRNA Anak
Pasien yang dikonselingkan di UPF Anak yaitu pasien terkait penyakit thalasemia, leukemia, terapi paliatif dan pasien anak yang pulang KRS.
Pemberian konseling untuk meningkatkan kepatuhan adherence karena pengobatan atau terapi yang dijalankan untuk jangka panjang dengan medikasi
yang lebih dari satu macam, efek samping dari pengobatan lebih banyak, frekuensi dan cara penggunaan obat juga sedikit berbeda dengan obat lainnya. Sehingga perlu
informasi tambahan dan perhatian khusus terhadap kondisi pasien anak. Masalah dan kendala konseling di UPF anak yaitu pasien sendiri masih anak-
anak sehingga kurang mengerti mengenai terapi yang diterima. Ketidaktahuan pasien sering menyebabkan pasien anak menjadi kurang patuh meminum dan
timbul rasa bosan meminum obat. Disini sangat diperlukan peran orang tua untuk mendukung dan meningkatkan kepatuhan anak dalam menjalankan pengobatan
agar pengobatan mencapai hasil yang optimal. Dari persentase tingkat pengetahuan sasaran konseling dapat dilihat bahwa
materi konseling yang paling banyak tidak diketahui yaitu cara pembuangan sisa obat dan hal yang harus dilakukan jika lupa minum obat, sehingga Apoteker,
Asisten Apoteker atau yang bertugas member konseling harus menjelaskan dan menekankan informasi dibagian tersebut. Setelah dilakukan konseling diharapkan
pengetahuan, kesadaran, serta kemauan pasien dan keluarga pasien dalam menjalani pengobatan yang benar meningkat sehingga dapat menunjang proses
penyembuhan penyakit dan menghindari terjadinya penggunaan obat yang salah misuse dan penyalahgunaan obat abuse, selain itu diharapkan pasien
memperoleh informasi obat yang tepat terkait penyakit dan pengobatannya, serta mengerti tentang hal-hal yang harus diperhatikan atau dihindari selama dalam masa
pengobatan agar terapi obat yang diterima pasien aman, efektif, dan menghasilkan efek terapi yang optimal..
Berikut adalah sasaran dan sarana konseling di Konseling Anak : a. Sasaran: pasien atau keluarga pasien yang datang berobat dari UPF Anak.
b. Sarana: ruang konseling, meja, kursi, komputer dan printer, buku catatan konseling, lembar persetujuan konseling, formulir pencatatan,
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 268
pelaporan dan evaluasi konseling pasien rawat jalan, buku tentang informasi obat dan penyakit serta buku panduan.
4.8. Pembahasan Kegiatan PKPA di Gedung Bedah Pusat Terpadu GBPT
Pelayanan operasi elektif di GBPT dibagi dalam 3 lantai yaitu lantai 4, 5 dan 6. Ruang operasi OK yang ke semuanya berjumlah 22 kamar operasi, yaitu 8
kamar operasi untuk masing-masing lantai 4 dan lantai 5, sedangkan pada lantai 6 terdapat 6 kamar operasi. Jenis operasi di lantai 4 adalah digestif dewasa, anak,
onkologi, plastik dan urologi. Jenis operasi di lantai 5 adalah mata, kandungan, THT dan kepala leher. Jenis Operasi di lantai 6 antara lain: neuro surgery NS,
thoraks kardiovaskular TKV dan Orthopedi. Dalam melaksanakan operasi tentunya memerlukan obat dan alat kesehatan yang akan digunakan selama operasi.
Pegawai lembur jika ada operasi yang memanjang. Peresepan obat dan alat kesehatan di instalasi rawat inap ICU, ICCU, NICU, BU menggunakan RPO dan
UDD, dilakukan juga visite bersama di ruang intensif ICU, ICCU, NICU, BU. Selama PKP di GBPT, mahasiswa PKP mengamati obat dan alat kesehatan
untuk kebutuhan OK yang terdapat di lantai 4, 5 dan 6 GBPT. Obat-obat yang sering digunakan untuk kebutuhan OK adalah obat-obat anestesi, obat-obat premedikasi
dan analgetik narkotik dan non narkotik, obat-obat lain seperti adrenalin, antibiotik untuk profilaksis. Rata-rata jumlah pasien yang menjalani operasi di
GBPT sebanyak 24 pasienhari untuk perhitungan lantai 4, 5 dan 6. Rincian jumlah pasien yang menjalani operasi yang tercatat oleh kelompok 1-5 5 hari praktek kerja
di GBPT dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8. Jumlah Pasien yang Menjalani Operasi Saat PKPA Mahasiswa Jenis Operasi
Jumlah Pasien N Persentase
Bersih 49
41,18
Bersih Terkontaminasi 48
40,34
Terkontaminasi 21
17,65
Kotor
1 0,84
Total 119
100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 269
Pada PKPA Mahasiswa periode Oktober-Desember 2015 di GBPT didapatkan data jumlah pasien yang melakukan operasi bersih sebanyak 49 pasien,
operasi bersih terkontaminasi sebanyak 48 pasien, operasi terkontaminasi sebanyak 21 pasien, dan operasi kotor sebanyak 1 pasien. Dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Gambar 4.3. Diagram Persentase Jenis Operasi yang dilaksanakan
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada PKPA Mahasiswa periode Oktober-Desember 2014 paling banyak dilaksanakan operasi bersih terkontaminasi
sebanyak 50 , diikuti operasi bersih sebanyak 41,22 , selanjutnya dengan persentase sama 4,38 operasi terkontaminasi dan operasi kotor.
Penggunaan antibiotik profilaksis pada RSUD Dr. Soetomo juga dapat diketahui. Antibiotik profilaksis bedah diberikan pada penderita yang belum
terkena infeksi,tetapi mempunyai peluang besar untuk terkena infeksi yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Data penggunaan antibiotik profilakasis
sebagai berikut:
41
40 18
1
Persentase Jenis Operasi
Bersih Bersih Terkontaminasi
Terkontaminasi Kotor
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 270
Tabel 4.9 Penggunaan Antibiotika di GBPT Saat PKPA Mahasiswa Antibiotik
Jumlah Persentase
Cefazolin 46
44,23
Ceftriaxone 35
33,65
Gentamisin
14 13,46
Cefuroxim
2 1,92
Levofloxacine 2
1,92
Cefofuraxone + Sulbactam 1
0,96
Ciprofloxacin 1
0,96
Cefazolin + Doxycicline
1 0,96
Meropenem
1 0,96
Gentamisin + Ceftriaxone 1
0,96
Total 104
100
Pada tindakan operasi perlu diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya Infeksi Daerah Operasi IDO. Berdasarkan pengamatan selama PKP
antibiotik profilaksis yang sering digunakan di OK GBPT adalah antibiotik cefazolin sebesar 44,23, ceftriakson 33,65 dan gentamisin 13,46. Golongan
cephalosporin sepeti cefazolin merupakan first line yang tepat untuk kebanyakan operasi. Cefazolin merupakan generasi pertama dari antibiotik cefalosporin dengan
spektrum yang sempit. Secara klinis efektif untuk melawan bakteri Staphyloccusaureus yang dapat menjadi agen infeksi saat operasi karena banyak
dijumpai di kulit manusia. Selain cefazolin, antibiotik lain yang digunakan yaitu ceftriaxon, cefuroxim, levofloxacine, cefoperazon - sulbactam, ciprofloxacin,
cefazoline+doxucicline, meropenem, gentamisin dan gentamicin+ceftriaxone yang dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 271
Gambar 4.4. Diagram Persentae Antibiotik yang Paling Sering Digunakan
Profilaksis antibiotik bisa digunakan antibiotik tunggal maupun kombinasi. Penggunaan antibiotik ketika operasi disesuaikan dengan jenis operasi, golden
period, kondisi luka operasi, lama operasi dan risiko bakteri yang bisa menginfeksi pada setiap jenis operasi. Data Kesesuaian antara jenis operasi dan pemakaian
antibiotik sebagai berikut :
Tabel 4.10. Persentase Kesesuaian Antibiotika Profilaksis Antibiotik
Persentase N
Sesuai 112
94,12
Tidak Sesuai 7
5,88
Total 119
100
Berdasarkan hasil rekapitulasi didapatkan bahwa kesesuaian penggunaan antibiotik ketika operasi dengan jenis operasi adalah yang sudah sesuai sebanyak
94,12 dan tidak sesuai 5,88 . Dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
44.23 33.65
13.46 1.92
1.92 0.96
0.96 0.96
0.96 0.96
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Antibiotik Profilaksis saat PKPA
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 272
Gambar 4.5. Grafik Persentase Kesesuaian Penggunaan Antibiotika
Penggunaan obat anastesi pada RSUD Dr. Soetomo juga dapat diketahui. Pemberian obat-obat anastesi diberikan 30-60 menit sebelum dilakukan operasi.
Data penggunaananastesi sebagai berikut:
Tabel 4.11. Penggunaan Anastesi di GBPT Saat PKPA Mahasiswa Anestesi
Frekuensi penggunaan
Isofluran 102
Propofol 67
Bupivacain 0,5
12
Lidocain 2
46
Xylocain 18
Ketamin 31
Sevofluran
3 Sebelum tindakan operasi perlu diberikan premedikasi berupa obat-obat
anstesi agar pasien tidak merasakn nyeri dan tenang pada saat dilakukan operasi. Berdasarkan pengamatan selama PKP anastesi yang sering digunakan di OK GBPT
adalah isofluran 37, propofol24 dan lidocain17. Yang dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
94 6
Prosentase Kesesuaian Penggunaan Antibiotika Profilaksis dengan Jenis Operasi
Sesuai Tidak Sesuai
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 273
Gambar 4.6. Diagram Persentae Anastesi yang Paling Sering Digunakan
Obat-obat anestesi digolongkan menjadi 3 golongan yaitu general anastesi, lokal anastesi dan regional anastesi. General anastesi ada yang dalam bentuk
inhalasi maupun intravena. Halotan, isofluran, cenfluran, desfluran dan sevofluran merupakan contoh dari general anastesi yang inhalasi. Sedangkan, golongan
benzodiazepin diazepam, midazolam, golongan barbiturat thiopental, ketamin, propofol dan etonamide merupakan contoh dari general anastesi yang intravena.
Contoh dari anastesi lokal adalah bupivacain, ropivacain. Sedangkan untuk anastesi regional dibagi menjadi 3 yaitu spinal anastesi SAB, epidural anastesi dan
peripheral anastesi PNB. Untuk frekuensi penggunaan anastesi berdasarkan jenis anastesi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.12 Penggunaan Anastesiberdasarkan jenis anastesi di GBPT Saat PKPA Mahasiswa
Jenis Anestesi Operasi Frekuensi
General 105
Regional
1
Lokal
8
Isofluran 37
Propofol 24
Bupivacain 0,5 4
Lidocain 2 17
Xylocain 6
Ketamin 11
Sevofluran 1
Diagram penggunaan obat anestesi
Isofluran Propofol
Bupivacain 0,5 Lidocain 2
Xylocain Ketamin
Sevofluran
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 274
Berdasarkan hasil rekapitulasi didapatkan bahwa penggunaan anastesi berdasarkan jenis anastesinya adalah general anastesi sebanyak 92, lokal
anastesi7 dan regional anastesi sebanyak 1. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.7 Grafik Persentase Penggunaan Anastesi Berdasarkan jenisnya
Selain di OK, mahasiswa juga melakukan PKP di Instalasi Rawat Inap dan Reanimasi IRIR yaitu: ICU, ICCU, NICU dan BU, dan berdasarkan pengamatan
apoteker telah melakukan perannya untuk menjalankan pelayanan farmasi klinis, yaitu bersama-sama dokter melakukan visit bersama hanya di ICU dan juga
melakukan visit mandiri di unit lain. Kegiatan ini ditujukan untuk monitoring terapi obat dan kemajuan kondisi
pasien, selain itu juga apoteker mencatat dan mengkaji dokumen farmasi penderita DFP melalui lembar observasi pasien dan dokumen medik kesehatan DMK
pasien sehingga dapat menyelesaikan masalah jika ditemukan adanya drug related problemDRP. Temuan masalah DRP yang sering terjadi antara lain:
General 92
Regional 1
Lokal 7
Diagram Jenis Anestesi Operasi
General Regional
Lokal
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 275
1. Kelengkapan penulisan terapi dalam lembar observasi.
2. Indikasi pemberian antibiotika
3. Dosis regimen dosis, frekuensi, rute untuk terapi baru khususnya
antibiotik 4.
Lama pemberian antibiotik, analgesik, stress ulcer 5.
Interaksi obat pengaturan waktu pemberiandan monitoring efeksamping obat
4.9. Pembahasan Kegiatan PKPA di Instalasi Rawat Darurat IRD
IRD RSUD Dr. Soetomo yang merupakan garda terdepan dalam menangani kondisi berkaitan dengan kegawat daruratan, memiliki sarana dan fasilitas
penunjang seperti laboratorium, radiologi dan ruang operasi yang ketiganya berada dalam satu gedung sehingga dikenal sebagai IRD terpadu. Pasien yang datang akan
langsung dilayani dengan sistem TRIAGE untuk mengetahui apakah kondisi pasien tergolong gawat darurat yang mengancam jiwa atau tidak sehingga pasien bisa
mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi kegawadaruratannya. Sementara, pihak keluarga akan diminta untuk memenuhi
segala administrasi yang diperlukan sesuai dengan status penjamin pasien umum atau asuransi. Dari ruangan triage akan dibuat dokumen medik kesehatan DMK
yang diberi label berwarna sesuai dengan tingkat kegawat darurat dan status penyakit pasien. Label tersebut, terdiri dari warna biru gawat darurat dan
mengancam jiwa, merah gawat darurat dan stabil, kuning gawat darurat ringan dan hijau gawat darurat semu. Pasien yang kondisinya gawat darurat dan
mengancam jiwa akan segera dibawa ke ruang resusitasi untuk segera mendapat tindakan medik.
Pola penggunaaan obat di setiap lantai IRD disesuaikan dengan kebutuhan sehingga pasien mendapatkan segera obat yang dibutuhkan, serta memudahkan
dalam hal manajemen obat dan alkes . UPF Lantai 1 menyediakan obat-obat umum yang dipakai dalam menangani kasus kegawat daruratan. Lantai 2 menyediakan
obat-obat keperluan kelahiran, ginekologi dan bayi. Lantai 3 menyediakan obat- obat di ruangan secara lengkap karena untuk pemantauan pasien secara intensif.
Lantai 5 merupakan lantai operasi maka obat-obatnya yang disediakan umumnya
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 276
anestesi, analgesik, antibiotik dan cairan-cairan. Karena di IRD sering digunakan obat
– obat high allert, maka akan selalu dilakukan sistem double check untuk menghindari risiko kesalahan pemberian obat.
Untuk emergency kit yang terdapat di tiap-tiap lantai IRD juga berbeda-beda menurut kebutuhan emergency dan kasus pasien pada setiap lantai. Pada lantai 1,
selain terdapat emergency kit juga terdapat life saving medical instrument box pada ruang resusitasi yang isinya disediakan oleh farmasi. Emergency kit pada ruang
NICU dan Obgyn di lantai 2 juga berbeda, disesuaikan dengan kasus emergency yang sering terjadi pada masing - masing ruangan tersebut. Pada lantai 5,
emergency kit yang ada hanya 4 macam, yakni: Adrenalin, Lidokain KCl, Atropin Sulfat, dan Efedrin HCl yang disiapkan dalam spuit
– spuit injeksi.
4.10. Pembahasan Kegiatan PKPA di UPF IRNA Anak
IRNA Anak mempunyai 6 ruangan yaitu ruangan Bona I lantai 1, ruangan Bona II lantai 2, ruangan bayi, ruang Bobo I II, ruang Nakula Sadewa R.
Kasus khusus, dan ruang tindakan hematologi one day care. Kegiatan PKPA di IRNA Anak periode Oktober - Desember 2015 dilakukan pada dua ruangan
yaitu ruangan Bona I Ruang 1 = Ruang Aseptik Hematologi, Ruang 2- Ruang 3 = Hematologi 5 tahun, Ruang 4= Tropik infeksi, Ruang 5 = Hepatologi, Ruang
6 = Tropik infeksi, Ruang 7 = Gastro enterologi, Ruang 8 = Nephrologi dan Bona II Ruang UPI = UPI I UPI II, Ruang Isolasi = Diphteri, Varicella Morbili,
Tetanus, Ruang C = Neurologi kardiologi, Ruang B-1 = Hematologi 5 th , Ruang B-2 = Respirologi, Ruang B-3 = TBC Tuberculosis.
Kegiatan PKPA di UPF IRNA ANAK dilakukan selama 1 minggu 5 hari kerja, yaitu mahasiswa mendapatkan pengarahan mengenai Pelayanan Farmasi di
IRNA Anak dan melakukan diskusi dengan apoteker pembimbing. Masing-masing mahasiswa mendapatkan 1 kasus, kemudian melakukan monitoring terhadap
penggunaan obat pasien secara retrospektif dan prospektif melalui Rekam Medik RM pasien, mencatat database pasien, obat-obatan yang digunakan, data klinik
dan data penunjang yang dimasukkan ke dalam Dokumen Farmasi Pasien DFP-1. Mahasiswa mengikuti perkembangan pengobatan mulai sejak pasien masuk
rumah sakit MRS termasuk riwayat pengobatan sampai terakhir mahasiswa
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 277
melakukan PKP di IRNA Anak. Mahasiswa diminta secara aktif untuk menggali informasi tentang kondisi pasien baik melalui rekam medik, buku keperawatan,
buku injeksi, buku suhu, Dokumen Farmasi Pasien DFP serta bisa bertanya langsung kepada pasien serta melakukan pemantauan terhadap kondisi pasien.
Selanjutnya, dilakukan review penggunaan obat dengan mengidentifikasi kemungkinan adanya Drug Related Problems DRPs yang meliputi indikasi,
pemilihan obat, regimen dosis dosis, rute, interval pemberian, frekuensi pemberian dan lama pemberian, interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan atau
minuman, interaksi dengan hasil tes laboratorium, kontra indikasi, serta efek samping obat.
Mahasiswa melakukan review yang disesuaikan dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo serta refrensi pendukung lainnya dengan
memprioritaskan pada ketepatan pemilihan obat dan regimen dosis. Mahasiswa melakukan studi mandiri untuk mengkaji adanya kemungkinan DRP yang terjadi
pada pasien. Bila dalam pengkajian obat ditemukan adanya DRP, maka segera dicatat pada DFP 2 untuk didiskusikan dengan apoteker pembimbing tentang saran
atau rekomendasi yang akan diusulkan kepada dokter. Saran dan rekomendasi yang telah di uraikan bisa disampaikan apoteker pembimbing kepada dokter atau
perawat yang bersangkutan. Apabila ada hal-hal yang perlu diinformasikan kepada pasien setelah didiskusikan dengan apoteker pembimbing, maka dilakukan
pengisian DFP 5 atau lembar konseling. Dokter dan perawat akan melakukan monitoring terhadap rekomendasi terapi yang diberikan, kemudian apoteker
membuat rencana monitoring efektivitas terapi dan monitoring ESO Efek Samping Obat aktual. Selain melakukan studi kasus, mahasiswa juga mempelajari
menejerial IRNA anak meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pentribusian obat .
4.11. Pembahasan Kegiatan PKPA di UPF IRNA Kebidanan dan Penyakit
Kandungan OBGYN
Pembahasan Kegiatan PKPA di UPF IRNA Obsgyn Pelayanan farmasi di IRNA Obsgyn mengacu pada Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 278
PPOSR yang meliputi: Pemilihan, Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Penyaluran, Peresepan dan Informasi, Peracikan dan Informasi, Pemberian dan
Informasi. Pendistribusian obat di IRNA Obsgyn terbagi dalam 3 sistem, yakni pelayanan Individual Prescription, Unit Dose- Dispensing UDD, Ward Floor
Stock WFS. Pelaksanaan sistem distribusi UDD di IRNA Obsgyn digunakan untuk sediaan oral dan injeksi. Sistem ini tidak diterapkan untuk sediaan oral jenis
sirup yang dalam pemakaiannya harus diberikan sekaligus dalam wadah satu botol. Pada IRNA Obsgyn juga dilakukan kegiatan Ward Pharmacist. Salah satu tugas
Farmasi di pelayanan Obsgyn selain pengelolaan obat juga melakukan pelayanan farmasi klinik Pharmaceutical Care serta berperan dalam memberikan informasi
yang dibutuhkan kepada Dokter, Perawat dan pasien. Farmasi dituntut untuk dapat melakukan pengkajian Drug Related Problem DRP yang bertujuan untuk
mengidentifikasi DRP aktual dan potensial, mengatasi DRP aktual dan mencegah DRP potensial. Dalam pelaksanaan farmasi klinik di Obsgyn ini diperlukan
Apoteker yang berkompeten dalam praktek farmasi klinik. Dalam PKP di IRNA Obsgyn, mahasiswa PKPA diikutsertakan dalam melakukan monitoring
penggunaan obat pasien secara prospektif dan terapi sebelumnya mulai pasien masuk Rumah Sakit. Bila ditemukan adanya DRP, maka segera dicatat di DFP-2
untuk didiskusikan dengan apoteker pembimbing tentang saran atau rekomendasi yang akan diusulkan kepada dokter. Apabila ada hal-hal yang perlu diinformasikan
kepada pasien setelah didiskusikan dengan apoteker pembimbing pada pagi harinya, maka dilakukan pengisian DFP-5 lembar konseling. Idealnya, Apoteker,
Dokter dan Perawat melakukan monitoring terhadap rekomendasi terapi yang diberikan kemudian Apoteker membuat rencana monitoring efektivitas terapi dan
ESO yang terjadi. Pelaksanaan monitoring dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, kemudian hasilnya dicatat untuk dilakukan review terhadap
efektifitas terapi, dan kejadian ESO yang mungkin terjadi dikaitkan dengan kondisi klinis pasien. Selain itu, selama PKPA mahasiswa juga diajak untuk melakukan
review terhadap permintaan obat sitostatika. Apoteker mereview terhadap permintaan sitostatika, kemudian disesuaikan dengan protokol kemoterapi yang
digunakan, jenis dan jumlah pelarut disesuaikan dengan obat kemonya. Dosis obat kemoterapi disesuaikan dengan luas permukan tubuh pasien dan protokol
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 279
kemoterapi yang ada dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila terdapat ketidaksesuaian, maka Apoteker akan menghubungi Dokter yang bersangkutan
untuk mengklarifikasikan tentang hal tersebut. Apabila telah sesuai apoteker akan menandatangani form permintaan kemoterapi dan akan dikirim ke produksi. Selain
dilakukan kebenaran terapi pasien melalui dokumen tertulis, seorang Apoteker perlu melakukan kunjungan atau visite, di mana visite ini diperlukan untuk
memberikan informasi lebih lanjut mengenai obat kepada pasien serta diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pasien akan obat yang diberikan untuk
terapi.
4.12. Pembahasan Kegiatan PKPA di UPF IRNA Bedah
Pelayanan kefarmasian di IRNA Bedah dilakukan setiap hari sesuai dengan jadwal shif yang telah ditetapkan pada masing-masing UPF ruangan. UPF bedah
pusat melakukan pelayanan kefarmasian selama 24 jam dalam seminggu, sedangkan untuk UPF bedah dahlia, gladiol, herbra melakukan pelayanan
kefarmasian dari jam 08.00 - 17.00. Perencanaan yang dilakukan UPF ruangan maupun UPF pusat sudah sesuai dengan SOP yang berlaku di RSUD Dr. Soetomo,
yaitu UPF ruangan melakukan perencanaan yang dikirimkan ke UPF pusat dimana UPF pusat akan mengirimkan laporan perencanaan ke UPPFI, dan UPPFS. Alur
pengadaan dari UPF pusat ke UPF ruangan dilakukan setiap hari sedangkan alur pengadaan dari UPF pusat ke UPPFI dan UPPFS dilakukan seminggu dua kali.
Setiap UPF IRNA Bedah menyediakan jenis-jenis obat serta alat kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi penyakit dan umur pasien yang dirawat pada tiap
IRNA tersebut. Perbekalan farmasi di UPF ruangan IRNA Bedah disimpan berdasarkan stabilitas, kelas terapi, bentuk sediaan, alfabetis, dan FEFO. Untuk
menjaga stabilitas maka suhu ruangan dicek dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyimpanan perbekalan farmasi yang penampilan dan penamaan yang mirip, look
alike sound alike LASA tidak ditempatkan berdekatan, tulisan nama obat dibuat tallman letter penggunaan huruf besar dan kecil, dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. Setiap pengambilan obat LASA selalu dilakukan double check oleh asisten apoteker
sebelum diberikan kepada perawat. Penempelan jenis obat dan keterangan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 280
perbekalan farmasi yang termasuk dalam kriteria LASA pada dinding UPF ruangan dan ruang perawat serta pemberian leaflet tentang LASA juga dilakukan untuk
meminimalisir kesalahan pengambilan obat. Contoh obat LASA adalah ActaXon- PeneMAC, AsVEX-InoLIN, CeFAZol-CefiZOX, CefOTAXIme- CefTRIAXone
dan lain sebagainya. UPF IRNA Bedah juga memiliki obat-obat high alert, Obat yang termasuk
high alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahankesalahan serius sentinel event dan obat yang berisiko tinggi
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan ROTD. Kelompok obat high alert, diantaranya adalah:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip LASA, NORUM b. Elektrolit konsentrasi tinggi, misalnya kalium klorida 2mEqml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9 , dan magnesium sulfat =50 atau lebih pekat
c. Obat-obat sitostatika Pada UPF IRNA Bedah Obat high alert ditempatkandisimpan pada
tempatbox yang berbeda dengan perbekalan farmasi yang lain, kecuali obat LASA. Obat LASA tetap disimpan dengan perbekalan farmasi non high alert. Obat high
alert selain ditempatkan pada box terpisah, juga diberi label “high alert” pada kaca
depan box dan pada sediaan atau kemasan obat. Setiap pengambilan obat high alert selalu dilakukan double check oleh asisten apoteker sebelum diberikan kepada
perawat. Pencegahan kesalahan penggunaan obat high alert juga dilakukan dengan cara penempelan label high alert pada kemasan obat yang termasuk high alert
beserta keterangannya pada dinding UPF ruangan dan ruang perawat, sama seperti halnya penanganan obat LASA.
Obat dengan resiko jatuh merupakan jenis obat yang bekerja pada system saraf pusat dimana dapat beresiko menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh.
Contohnya adalah obat diazepam, clozapine, risperidone, fluvoxamine, codein, carbamazepine, metadone, digoxin, amitriptilin, haloperidol dan lain sebagainya.
Pengontrolan terhadap resiko pasien mengalami jatuh dengan menempelkan jenis - jenis obat yang beresiko jatuh di dinding ruang perawat, sehingga perawat dan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 281
dokter dapat waspada ketika memberikan obat tersebut. Pasien dengan penggunaan obat resiko jatuh diberi gelang tangan berwarna kuning bertuliskan “risk fall”.
UPF IRNA Bedah telah melakukan pelayanan kefarmasian sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang meliputi sistem distribusi ruangan ward floor stock WFS, sistem resep perorang individual prescribing
dan unit dose dispensing UDD. Pada sistem unit dose dispensing UDD, asisten apoteker akan menyiapkan
perbekalan farmasi persekali pakai, atau pada waktu tertentu sesuai dengan yang tertera pada lembaran RPO. Perbekalan farmasi yang disiapkan akan diletakkan
pada box UDD sesuai dengan nama pasien yang nantinya akan diberikan oleh perawat yang bertugas. Kontol dan tanggung jawab mengenai pelaksanaan
penggunaan UDD di IRNA bedah tidak hanya dilakukan oleh perawat sebagai perantara pemberian obat, tetapi juga dilakukan oleh asisten apoteker dan apoteker
ruangan, terutama dalam hal pemberian obat oral, suppositoria, inhaler, dan insulin. IRNA bedah juga memiliki jadwal pemberian tetap yang berdasarkan pada aturan
pakai di RPO. Jadwal pemberian tersebut merupakan patokan dalam penyiapan perbekalan farmasi oleh asisten apoteker UPF IRNA bedah. Berikut ini merupakan
jadwal pemberian obat di UPF IRNA bedah, yaitu:
Tabel 4.13 Jadwal Pemberian Obat di UPF IRNA Bedah UDD RUTE
ATURAN PAKAI JAM PEMBERIAN
ORAL 2 x1
06.00 12.00
3 x 1 06.00
14.00 22.00
4 x 1 06.00
12.00 18.00
24.00
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 282
INJEKSI 2 x 1 09.00
21.00 3 x 1
09.00 16.00
24.00 4 x 1
09.00 15.00
21.00 03.00
IRNA bedah juga memiliki ketentuan atau persyaratan singkatan yang tidak boleh digunakan dalam penulisan RPO. Aturan ini diberlakukan untuk mencegah
kesalah interpretasi atau mencegah terjadinya makna ganda, seperti U unit dapat diinterpretasikan sebagai 0 atau 4, IU international unit dapat diinterpretasikan
sebagai IV atau IO, μg dapat diinterpretasikan sebagai mg, X.0 mg diinterpretasikan sebagai X0 mg dan lain sebagainya.
Sistem pendistribusian obat UDD pada irna bedah telah dilakukan dengan baik, namun, terkadang masih sering mengalami kendala, diantaranya berupa tidak
adanya RPO yang dituliskan dokter untuk pemberian obat yang tertera pada rekam medik nomor 12. Masalah ini dapat diatasi dengan mengingatkan kepada dokter
untuk tidak lupa menulis RPO dengan cara menempelkan memo oleh AA atau Apoteker ruangan pada rekam medik.
Sistem resep perorang individual prescribing UPF IRNA Bedah, ditujukan untuk pasien yang akan keluar rumah sakit KRS atau bila UPF ruangan
tutup sehingga dapat mengambil obat ke UPF IRNA Bedah. Alur distribusi sistem resep perorang individual prescribing juga telah sesuai dengan prosedur, dimana
obat yang diresepkan diberikan langsung kepada pasien serta pemberian informasi obat. Obat yang diresepkan untuk pasien KRS maksimal tiga hari pemakaian, bila
keluhan penyakit setelah KRS tidak teratasi pasien dapat melakukan kontrol di IRJ menggunakan surat kontrol yang diberikan oleh perawat.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 283
Sistem distribusi ruangan ward floor stock WFS juga dilakukan di UPF IRNA bedah, salah satunya UPF ruangan menyediakan obat-obat emergency kit
untuk menangani kasus-kasus darurat yang dapat mengancam jiwa. Penyediaan emergency kit di ruangan didasarkan pada kondisi pasein dan umur pasien yang
menginap di IRNA bedah tersebut. Dalam Emergency kit terdapat jenis obat standart yang harus tersedia disetiap kotak emergency kit, yaitu lidokain, diazepam,
atropin sulfat, adrenalin, deksametason, aminophillin, Ca glukonas, furosemide. Emergency kit dicek setiap hari keadaan segelnya dibuka atau tidak oleh asisten
apoteker UPF ruangan, dan terdapat formlembaran pengecekan yang harus diisi setiap pengencekan emergency kit. Jika segel telah terbuka, maka dicek jumlah obat
yang ada dan terpakai. Setiap pemakaian obat dari emergency kit segera diganti dan meminta dokter membuat resepnya. Setiap tiga bulan obat dalam emergency kit
yang masih tersegel tidak digunakan akan dicek kondisinya. Pengecekan dilakukan dengan tujuan sebagai kontrol pencegahan obat rusak yang biasanya
diakibatkan karena terganggunya stabilitas sediaan. Sediaan repacking juga terdapat di UPF IRNA bedah, hal ini dikarenakan
banyak pasien pasca operasi yang menggunakan sediaan injeksi. Sediaan repacking ditujukan untuk perbekalan farmasi yang stabil atau kestabilannya menurun hanya
selama 24 jam setelah perekonstitusian. Repacking dilakukan oleh unit produksi, sehingga, ketika UPF Ruangan membutuhkan perbekalan tersebut maka UPF pusat
akan melakukan pemesanan kepada unit produksi untuk didistribusikan kepada pasien melalui UPF ruangan tersebut.
4.13. Pembahasan Kegiatan PKPA di UPF IRNA Medik
Kegiatan PKPA yang dilakukan selama di IRNA medik meliputi kegiatan manajerial dan farmasi klinis. Pada aspek managerial mahasiswa mempelajari
mengenai permintaan, penyimpanan, pendistribusian UDD dan WFS, penataan obat lasa dan high alert, stock opname, penanganan obat kadaluarsa, penanganan
obat sisa dan medical reconsiliasi obat yang dibawa pasien dari rumah. Pada aspek farmasi klinis mahasiswa dapat melakukan review pengobatan
pasien yang tercatat pada dokumen farmasi pasien DFP 1 sampai DFP 5. Dokumen farmasi pasien yang dibuat berisi data klinis pasien serta informasi terkait
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 284
pengobatan pasien sebelumnya dan yang di dapatkan saat ini serta evaluasinya dalam menjalankan praktek farmasi klinis, yaitu terkait rasionalitas obat, dosis obat,
cara pemakaian, waktu pemberian, serta interaksi yang mungkin muncul. Selain itu dilakukan juga konseling pasien baik berupa bed-counseling maupun konseling
pada saat pasien keluar dari rumah sakit discharge counseling. Pada review terhadap pengobatan pasien, untuk aspek klinis yang bertujuan mengikuti
perkembangan pasien dan mengetahui keadaan pasien secara nyata. Jika ada hal- hal yang perlu ditanyakan, seperti obat yang dibawa dari rumah, riwayat
pengobatan serta menanyakan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dapat ditanyakan saat konseling.
Pada aspek manajerial yang terdapat obat emergency kit yang merupakan obat untuk life-saving dan life threatening yang pemberiannya tidak boleh ditunda. Obat
emergency biasanya digunakan untuk syok anafilaksis adrenalin, hiperkalemia kalsium glukonas, hipokalemia ringer laktat, normal salin dan untuk
bronkospaspe aminophylline. Ruangan yang digunakan sebagai tempat praktek profesi adalah Pandan
Wangi, Pandan I, Pandan II, Rosella II, Palem I dan Camelia. Setiap ruangan memiliki profil terapi yang tergantung dati profil penyakit pasien yang ada
diruangan tersebut. Dalam hal pemesanan obat dan alkes di ruangan satu dengan yang lain juga tidak akan jauh berbeda. Ruang Pandan Wangi, Pandan I, Pandan II
merupakan ruang perawatan untuk penyakit dalam di IRNA Medik yang penggunaan obatnya hampir sama yaitu adanya penggunaan insulin, OAD, diuretik,
antihipertensi. Ruang Rosella II yang merupakan ruang perawatan untuk penyakit infeksi tropik sehingga di ruangan tersebut menyediakan obat yang umum
digunakan untuk mengatasi penyakit tropik infeksi seperti antibiotik ciprofloxacin, ceftriaxon dan co-amoxyclav. Ruang Camelia merupakan ruang perawatan untuk
penyakit jantung sehingga obat yang tersedia disana adalah obat untuk mengatasi penyakit jantung ISDN, captropil, bisoprolol, obat inotropik dopamine,
dobutamin serta diuretik furosemide, HCT. Ruang Palem I merupakan ruang perawatan untuk pasien dengan penyakit paru sehingga obat yang tersedia seperti
obat antituberculosis rifampisin, etambutol. Bila ada suatu sediaan obat di
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 285
ruangan satu tidak tersedia dan dibutuhkan cepat maka UPF ruangan dapat bekerja sama dengan UPF lainnya di IRNA medik untuk mengatasinya.
Peran apoteker di setiap ruangan sangatlah penting dimana apoteker melakukan kegiatan manajerial dan farmasi klinis di setiap ruangan sangan
dibutuhkan yang mendukung goal terapi pasien. Dalam memberi pelayanan dilakukan pemeriksaan kelengkapan baik administasi, farmasetis dan klinis dengan
tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu pemberian, tepat cara pemberian dan waspada efek samping obat. Dengan demikian pasien mendapatkan terapi obat yang
rasional.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 286
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah mengikuti seluruh Praktek Kerja Profesi Apoteker PKPA di RSUD Dr. Soetomo periode Oktober-Desember 2015 diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: 1.
Pelayanan Kefarmasian di RSUD Dr. Soetomo telah menjalankan aspek pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
beserta aspek pelayanan farmasi klinik sesuai Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Sistem pelayanan farmasi di RSUD Dr. Soetomo menggunakan sistem satu
pintu sesuai dengan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang bertujuan untuk mengoptimalkan pengawasan dan pengendalian pelayanan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit. 3.
Peran apoteker dalam managerial salah satunya terletak pada proses pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi kegiatan pemilihan,
perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan pelaporan sesuai Permenkes No. 58 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. 4.
Peran apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di Rumah Sakit adalah untuk meningkatkan derajat kesejahteraan kesehatan pasien dengan didasari pada
prinsip 6T1W, yaitu tepat indikasi, tempat jenis obat, tepat dosis, tepat rute pemberian, tempat lama pemberian, tepat kondisi pasien dan waspada efek
samping obat yang dilakukan guna menjamin tercapainya pelayanan kesehatan yang berbasis patient safety.
5. Kegiatan farmasi klinik yang dilaksanakan di RSUD Dr. Soetomo meliputi
pelayanan Unit Dose Dispensing UDD untuk pasien rawat inap, Handling Cytotoxic kemoterapi kanker, repacking sediaan steril, I.V. admixture, ward
pharmacist, serta Pelayanan Informasi Obat PIO dan konseling serta Pengkajian Pengelolaan dan Penggunaan Obat PPPO.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 287
5.2. Saran
Setelah mengikuti seluruh Praktek Kerja Profesi Apoteker PKPA di RSUD Dr. Soetomo periode Oktober-Desember 2015 dapat disarankan sebagai berikut:
1. Sebaiknya jumlah SDM Apoteker di RSUD Dr. Soetomo disesuaikan
dengan beban kerja yaitu: untuk rawat inap dibutuhkan apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 30 pasien dan rawat jalan dengan rasio 1 apoteker untuk 50
pasien agar pelayanan farmasi klinik kepada pasien lebih optimal. 2.
Untuk menjaga keamanan perbekalan farmasi yang berada di ruang premedikasi GBPT Gedung Bedah Pusat Terpadu diharapkan dibuatkan
ruangan khusus yang hanya bisa diakses oleh farmasis.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 288
DAFTAR PUSTAKA
ACCFAHA. 2013. Guidlien for the Management of Heart Failure, American College of Cardiology Foundation and The American Heart Association.
ACCP. 2013. Pharmacotherapy review program for advanced clinical pharmacy practice. American college of clinical pharmacy.
Agustriadi, Ommy; Ida Bagus Sutha. 2008. Aspek Pulmonologis Infeksi Oportunistik pada Infeksi HIVAIDS. J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 3.
AIDSinfo. 2015. Guideline for the Use of Antiretroviral Agent in HIC-1-infected Adult and Adolescents.
AIDS Info Net via www.aidsinfonet.org Fact Sheet Number 106 approved april 2013 diakses pada tanggal 05 November 2013.
American Society of Health-System Pharmacist. 2010. AHFS Drug Information, Bethesda, American Society of Health-System Pharmacist.
Anonim. 1991. Pedoman Pelaksanaan Tranfusi Darah dan Komponen Darah Edisi II. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Anonim. 2009. Pedoman Penggunaan Antibiotik RSUD Dr Soetomo. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Anonim. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi BagSMF Ilmu Bedah Edisi IV
RSUD Dr Soetomo. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Asif M. 2014. Study of Anthranylic Acid Derivates : Mefenamic Acid and Its
Various Analogues, American Journal of Medicine Studies. Basch E et al. 2011. Guidelines for the Use of Anti-Emetics with Chemotherapy.
ASCO guidelines. Bassett M, Murray K. 2008. Biliary Atresia. J Clin Gastroenterol. 426: 720-729
BC Cancer Agency. 2015. Chemoteraphy Preparation and Stability Chart. BC Cancer Agency. 2006. Monograph of Vincristin. Cancer Drug Manual.
BC Cancer Agency. 2013. Monograph of Cyclophosphamide. Cancer Drug Manual.
BC Cancer Agency. 2015. Monograph of Doxorubicin. Cancer Drug Manual.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 289
BC Cancer Agency. 2008. Handout for The Patient of Cyclophosphamide. BC Cancer Agency. 2011. Handout for The Patient of Doxorubicin.
BC Cancer Agency. 2012. Handout for The Patient of Ondansetron. BC Cancer Agency. 2015. Handout for The Patient of Vincristine.
BC Cancer Agency. 2012. Protocol Guidelines for Prevention and Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting in Adults.
BC Cancer Agency. 2011. Protocol Summary for Management of Hypersensitivity Reactions to Chemotherapeutic Agents.
BC Cancer Agency. 2014. Protocol Summary for Second Line Treatment of Invasive Epithelial Ovarian, Fallopian Tube or Peritoneal Cancer Relapsing
after Primary Treatment Using PACLitaxel and CARBOplatin. BC Cancer Agency. 2013. Protocol Summary GOOVCAG.
BNF for Children, 2014-2015, London: BMJ Group and the Royal Pharmaceutical Society.
Cameron J.L., Cameron A.M. 2014. Current Surgical Therapy 11
th
edition. Philadelphia: Elsevier-Saunders.
Carvalho E, Ivantes CAP, Bezerra J. 2007. Extrahepatic biliary atresia: current concept and future directions, Journal de Pediatria. 0021-75570783-02105
Chi y, Lavie C, Milani C, et al. 2008. Safety and Efficacy of cilotazol in the management of intermittent claudication, Dove medical press limited. 6
1197-1203 Child
Liver Disease
Foundation. 2011.
Biliary Atresia.
http:www.childliverdisease.orgInformationMedical-stuffInformation-on- liver-diseasesBiliary-Atresia. access 26102015-18.23 GMT+7
De Oliveira G.S.Jr, Castro-Alves L. J., Chang R., et al,. 2012. Systemic
metoclopramide to prevent postoperative nausea and vomiting: a meta- analysis without Fujii’s studies. British Journal of Anaesthesia.
Dipiro, Joseph et al. 2008. Pharmacotherapy, A pathophysiologi Approach Edition 7. New York: Mc Graw Hill
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelayanan Informasi Obat di
Rumah Sakit.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 290
ESC. 2010. Cardio-renal Syndomes: report from the consensus conference of the Acute Dialysis Qulity Initiative. European Heart Journal 31. 703-711
ESC. 2011. Guideline for the Management of Acute Coronary Syndromes in Patient Presenting without Persistent ST-segment Elevation, European Heart
Journal 2011. 32. 2999-3052 ESC. 2012. Guideline for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure, European Hearth Journal 2012. 33. 1787-1847 ESC. 2013. Guideline on the Managament of Stable Coronary Artery Disease,
European Heart Journal 2013. 34. 2949-3003 European Hernia Society Guidelines. 2009. Treatment of Inguinal Hernia
in Adult Patients.
European Medicines Agency. 2013. Fisher L, Ludwig E, Wald J, et al. 2014. Pharmacokinetic and Pharmacodynamics
of methylprednisolone when administer at 8 AM versus 4 PM, Clin Pharmacol Therapeutic. 516:667-688
Flasar M.H., Goldberg E. 2006. Acute Abdominal Pain. Med Clin North Am. Gottesman, Michael M. G. 2002. Mechanism of Cancer Drug Resistance: Annual
Review of Medicine. Hesketh PJ. 2008. Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting, The New England
and Journal of Medicine, 358:2482-2494. ILOWHO. 2005. Pedoman Bersama ILOWHO tentang Pelayanan Kesehatan dan
HIVAIDS. Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja: Jakarta. Jackson P.G., Raiji M. 2011. Evaluation and Management of Intestinal
Obstruction. Washington. James Carr. 2012. Guideline for the use og Granulocyte-Colony Stimulating Factor
In Adult Patients. NHS. Kelly DA, Davenport M. 2007. Current management of biliary atresia. Arch Dis
Child. 92:1132-1135 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Nasional Penanganan
Kanker Retinoblastoma. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197MenkesSKX2004. Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 291
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Kementerian
Kesehetan RI: Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta Koda Kimble, et al. 2009. Applied Theurapetic the Clinical Use of Drug 9
th
Edition. Philadelphia: Lippinpcoutt Williams Willkins.
Lacy et al. 2010.Drug Information Handbook 8
th
Edition for Oncology.North America: Lexi-Comp.
Lacy et al. 2015. Pediatric Neonatal Dosage Handbook with International Trade Nama Index 20
th
Edition.North America: Lexi-Comp. Lacy et al. 2015. Drug Information Handbook 24
th
Edition. American Pharmacists Association, North America: Lexi-Comp, Ohio
Liu D, Ahmet A, Ward L, et al. 2013. A Practical and Management of Complication of Systemic Corticosteroid Therapy. AACI. 9:30
Matsuzaki, Tanaka, Aikawa, et al. 1990. Improvement of biliary enzyme and itching as a result of long-term administration of ursodeoxycholic acid in primary
biliary cirrhosis. Am J Gastroenterol. 851:15-23 Maxwell MJ, Wilson MJA, 2006. Complications of Blood Transfusion.Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care Pain.66.
McCracken G., Houston P., Lefebvre G. 2008. Guideline for the Management of Postoperative Nausea and Vomiting. SOGC Clinical Practice Guideline.
Medscape Drug Application Moghadam S, Werth V. 2010. Prevention and Treatment of Systemic
Glucocorticoid side effects. Int J Dermatol. 493:239-248 Morreaw P, Wesley A. 2006. Biliary Athresia
– Protocol for Diagnosis and Management.
Starship Children’s Health Clinical Guideline. National Cancer Institute. Retinoblastoma Treatment. Oktober 2015. Available at
www.cancer.gov National Digestive Disease Information Clearinghouse. 2012. Biliary Atresia.
National Institutes of Health. 12-5289
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 292
Oncology Dilution Database The Clinician’s Ultimate Reference GlobalRPh.com. Didownload Oktober 2015.
Overgaard, B Christopher; Dzavik, Vladimir. 2008. Inotropes and Vasopressors: Review of Physiology and Clinical Use in Cardiovascular Disease. Journal
of the American Heart Association. No 118; 0.1047-1056 Permenkes No. 340MENKESPERIII2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Permenkes RI. Berita Negara Republik Indonesia tentang Standar Mineral Mix no.003.Jakarta 2012.
Pohan, Herdiman T. 2006. Opportunistic Infection of HIV-InfectedAIDS Patients in Indonesia : Problems and Challenge. Acta Med Indones-Indones J Intern
Med Volume 38 Number 3. Prabowo P Priyatini D. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr.
Soetomo, DeptSMF Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, ISBN: 979-8865-01-4
Republik Indonesia. 1989. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan tentang Formularium Rumah Sakit. Jakarta: SK
Dirjen Yan Medik Nomor 0428 Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah. Jakarta. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun
2008 tentang Pedoman Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur. Surabaya:
Perda Provinsi Jatim Nomor 11.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 293
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 068MenkesPerI2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 66 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengadaan BarangJasa Pada SKPD Yang
Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD Provinsi Jatim. Surabaya: Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Ronco et al. 2008. Cardiorenal Syndrome. Journal of The American College of
Cardiology Vol.52 No.19 Schreiber R, Kleinman R. 2002. Biliary Atresia. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition. 35:S11-S16 Shah et al. 2011. The Cardiorenal Syndrome: A Reveiw. Internation of Journal
Nephrology. Shann F. 2014. Drug Doses. Intensive Care
Unit Royal Children’s Hospital Parkville. Victoria 3052. Australia
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Nomor: 188.44393042006 tanggal 19 Januari tahun 2006 dan Nomor:
188.482233012012 tentang Buku Profil Panduan Informasi Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya.
Squires R, Dhwan A, Alonso E, et al. 2012. Intravenous N-acetylcysteine in Pediatric Patients with Non Acetaminophen Acute Liver Failure: A Placebo-
Controlled Clinical Trial. Journal of the American Association for the Study of Liver Disease. 1542-1549
Teerlink, J.R, Sliwa, K, dan Opie L.H. 2013. Drugs for The Heart: Heart Failure.Eighth Edition.Philadelphia: Elsevier Inc.p: 177.
Trissel LA. 2009. Handbook on Injectable Drug 17th Edition. American Society of Health-System Pharmacist. Bethesda, Maryland.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 294
Turhan K, Makay O, Cakan A, et al. 2008. Traumatic diaphragmatic rupture: look to see. European Journal of Cardio-thoracic Surgery.
Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang - Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Wildhaber BE. 2012. Biliay Atresia: 50 Years after the First Kasai. International Scholarly Research Network. Volume 2012. ID 132089
World Health Organization, The Clinical Use of Blood. World Health Organization. 2007. WHO Case Definitions Of HIV For Surveillance
And Revised Clinical Staging And Immunological Classification Of Hiv- Related Disease In Adults And Children.
World Health Organization. 2011. Guideline Treaetment of Tuberculosis Fouth Edition.
KandalaM M, Mitra M, Subramanian K, et al, 2010, Molecular Pathology of
Retinoblastoma, http:www.ncbi.nlm.nih.govpmcarticlesPMC2934713
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 295
LAMPIRAN REKAM PEMBERIAN OBAT
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 296
Rekap Pemberian Obat Oral
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 297
Rekap Pemberian Obat Sitostatika Injeksi Parenteral
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 298
Rekam Pemberian Obat Racikan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 299
Rekam Pemberian Alat Kesehatan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 300
Rekam Pemberian Obat Dibawa Pulang
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 301
LAMPIRAN ETIKET
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 302
Etiket UDD Pagi 07.00-09.00
Etiket UDD Siang 14.00-16.00
Etiket UDD Malam 22.00-24.00
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 303
Etiket UDD di Luar Jam di Atas dan Etiket Obat Dalam Lainnya
Etiket Obat Non Oral
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 304
LAMPIRAN STIKER
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 305
Stiker Obat Rekonstitusi dan Sharing Use
Stiker untuk Penandaan Tanggal Kadaluarsa
Stiker Obat Look Alike Sound Alike LASA
Stiker Obat High Alert
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 306
Stiker Obat yang Tidak Boleh Digunakan Lagi seperti Obat Rekonsiliasi dan Penghentian Terapi
Stiker untuik Penyimpanan Khusus
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 307
LAMPIRAN WARD FLOOR STOCK, EMERGENCY KIT EMERGENCY
TROLLY
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 308
Ward Floor Stock
Emergency Kit
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 309
Emergency Trolly
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 310
LAMPIRAN HIGH ALERT DI IRNA
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 311
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 312
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 313
LAMPIRAN FORMULIR REKONSILIASI TERAPI DAN SERAH TERIMA
OBATALKES DARI PASIENUPF LAIN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 314
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 315
LAMPIRAN KEGIATAN DI GTBT
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 316
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 317
LAMPIRAN TUGAS TERSTRUKTUR DI UNIT PRODUKSI
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 318
Kelompok 1
1. Obat Dacarbazine 600 mg dalam D5 100 ml secara IV drip
2. Obat Dactinomycin 200 mcg dalam NS 100 ml
3. L-Asparaginase 6000 UI dalam Normal Saline 500 ml secara im
4. Bleomycin 20 UI dalam D5 100 ml secara iv drip
5.
Bevacizumab 200 mg dalam Dekstrose 5 50 ml diberikan secara IV drip.
6. Ca-folinat 100 mg dalam NS 100 mL diberikan secara iv drip.
7. Cisplatin 80 mg dalam D5 100 mL iv
8. Arabinosyl-Cytosine atau Cytarabine 200 mg dalam D5 100 mL iv drip
9. Docetaxel 110 mg dalam 100 mL NS diberikan secara IV drip
10. Pegylated Doxorubicin Lyposoma 100 mg dalam 100 mL NS diberikan
secara IV drip 11.
Trastuzumab 400 mg dalam D
5
100 ml iv drip. 12.
Nimotuzumab 100 mg dalam D5 100 ml IV drip.
13. Carboplatin dengan dosis 700 mg dalam NS 100 ml IV drip.
14. Disodium Klodronate dengan dosis 1500 mg dalam D5 100 ml
15.
Cituximab 250 mg dalam 150 ml NS secara IV Drip
16. Cyclophospamide 1200 mg dalam NS 100 cc
17.
Decitabine 100 mg dalam 50 mL NS
18.
Daunorubicin 50 mg dalam RL 100 mL iv drip
19.
Irinotecan 80 mg dalam NS 100 ml yang diberikan secara I.V drip
20.
Zoledronic acid 6 mg dalam NS 100 ml, diberikan secara IV drip
21. Methotrexate 700 mg dalam NS 100 mL diberikan secara i.v drip.
22. Mitomycin 20 mg dalam NS 100 mL I.V drip.
23. Ifosfamide 1200 mg + uromitexan 400mg dalam NS 500 mL diberikan
secara IV drip.
24.
Pemetrexed 100mg dalam D5 100 mL diberikan secara IV drip.
25. Etoposide 250 mg diencerkan dalam NS 100 mL secara i.v drip
26.
Gemcitabin 2000 mg dalam NS 100 ml secara i.v. drip
27.
Oxaliplatin 200mg dalam NS 100 ml i.v drip
28.
Vinblastine 20 mg dalam DS 500 ml i.v drip
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 319
Kelompok 2
1. Paclitaxel 300 mg dalam NS 100 mL secara iv drip
2. Pamidronat 80 mg dalam NS 100 mL secara iv drip
3. Etoposide 250 mg dalam NS 100 mL IV drip
4. Epirubicin 100 mg dalam RL 100 mL IV drip
5. Carboplatin 600 mg dalam NS 100 ml IV drip
6. Cetuximab 400mg dalam D5 100 ml IV drip
7. Trastuzumab 400 mg dalam D
5
100 ml iv drip. 8.
Vinorelbine 35 mg dalam Ringer Laktat 500 ml iv drip. 9.
Docetaxel 110 mg dalam dengan D5 100 ml IV drips. 10.
Daunorubicin 50 mg dalam D5 100 mL IV drips. 11.
Oxaliplatin 300 mg dalam Normal Saline 100 ml IV drip 12.
Irinotecan 100 mg dalam Normal Saline 100 ml I.V drip 13.
Decarbazine 650 mg dalam cairan infuse NS 100 cc secara iv drip 14.
Cyclophospamide 1700 mg dalam NS 100 cc 15.
Ifosfamide 3000 mg + Mesna 400 mg dalam D5 100 ml i.v drip 16.
Gemcitabyn 1700 mg dalam NS 100 ml iv drip 17.
Methotrexate 750 mg dalam 100 mL NS iv drip 18.
Melphalan 65 mg dalam 100 mL NS iv drip 19.
Vincristine 2 mg dalam NS 500 ml, IV drip 20.
Rituximab 650 mg dalam NS 100 ml IV Drip 21.
Vinblastine 20 mg dalam D
5
500 ml diberikan secara IV drip. 22.
Pemetrexed 300 mg dalam RL 100 mL pemberian secara iv drip. 23.
Disodium Klodronate 1500 mg dalam RL 100 ml 24.
Cisplatin 80 mg dalam D5 100 ml IV drip 25.
Pegylated Doxorubicin Lyposoma 70 mg dalam 100 mL NS diberikan secara IV drip
26. Fluorouracil 800 mg + Leucovorin 100 mg dalam NS 500 mL diberikan
secara iv drip. 27.
Bleomycin 15 UI dalam 100ml D
5
secara IV drip 28.
Bevacizumab 450mg dalam 100ml D
5
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 320
Kelompok 3
1. Vinorelbin 60 mg dalam NS 500 ml diberikan secara IV drip
2. Vinblastin 25 mg dalam NS 500 ml diberikan secara IV drip.
3. Vincristin 2 mg dalam D5 500 ml diberikan secara IV drip
4. Rituximab 600 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip
5. Trastuzumab 350 mg dalam D5 150 ml diberikan secara IV drip
6. Doxorubicin 80 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip
7. Pemetrexed 250 mg dalam RL 100 ml diberikan secara IV drip
8. Cyclophosphamide 1700 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip
9. Cetuximab 400 mg dalam D5 100 ml
10. Carboplatin 750 mg dalam NS 100 ml
11. Doxorubicin pegilated liposoma 70 mg dalam NS 100 ml diberikan secara
IV drip 12.
Etopuside 180 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip 13.
Ifosfamide 3000 mg + Mesna 400 mg dalam NS 500 ml diberikan secara IV drip
14. Gemcitabine 1700 mg dalam cairan infus NS 100 ml diberikan secara IV
drip 15.
Methotreaxate 600 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip 16.
Melphalan 60 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip 17.
Doxetaxel 110 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip 18.
Daxarbazin 650 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip 19.
Cisplatin 80 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip 20.
Disodium clodronat 1500 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip 21.
Bleomycin 25 UI dalam D5 100 ml 22.
Bevacizumab 500 mg dalam 100 ml 23.
Oxaliplatin 200 mg dalam 100 ml NS diberikan secara IV drip 24.
Irinocetan 80 mg dalam 100 ml NS 25.
Florourasil 700 mg + leukoparin 50 mg dalam 500 ml diberikan secara IV drip
26. Doxorubicin 50 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip
27. Pamidronat 80 mg dalam NS 100 ml
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 321
28. Paclitaxel 270 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip
Kelompok 4
1. Oxaliplatin 250 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip.
2. Pemetrexed 250 mg dalam larutan RL 100 ml.
3. Cetuximab 325 mg dalam D5 100 ml.
4. Dactinomycin 400 g dalam NS 500 ml diberikan secara IV drip.
5. Cyclophosphamide 1500 mg dalam 100 ml NS.
6. Dacarbazine 100 mg dalam NS 100 ml.
7. Etoposide 200 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip.
8. Gemcitabine 1500 mg dalam NS 100 ml dibrikan secara IV drip.
9. Ifosfamide 2500 + Mesna 400 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV
drip. 10.
Melphalan 60 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 11.
Daunorubisin 40 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 12.
Docetaxel 120 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 13.
Methotrexate 500 mg dalam NS 100 ml dberikan secara IV drip. 14.
Pamidronat 70 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip. 15.
Asparaginase 2500 UI dalam NS 100 ml diberikan secara IM. 16.
Carboplatin 750 mg dalam NS 500 ml diberikan secara IV drip. 17.
Bevacizumab 400 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 18.
Bleomycin 20 UI dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 19.
Cisplatin 75 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 20.
Disodium dlodronate 1500 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV. 21.
Trastuzumab 250 mg dalam D5 100 ml. 22.
Rituximab 600 mg dalam D5 100 ml diberikan secara IV drip. 23.
Irinotecan 80 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip. 24.
Fluorouracil 100 mg + Leucovorin dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip.
25. Vinblastin 15 mg dalam NS 500 ml diberikan secara IV drip.
26. Paclitaxel 265 mg dalam NS 100 ml diberikan secara IV drip.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 322
27. Doxorubicin pegilated Liposomal 65 mg dalam NS 150 ml diberikan
secara IV drip. 28.
Vincristine 2 mg dalam D5 500 ml diberikan secara IV drip.
Kelompok 5
1.
Paclitaxel 310 mg dalam NS 100 ml iv drip
2.
Vincristin 2,2 mg dalam NS 500 mL iv drip
3.
Fludarabine 50 mg dalam NS 500 ml
4.
Cisplatin 70 mg dalam D5 100 ml
5.
Daunorubicin 10 mg dalam D5 500 mL iv drip
6.
Rituximab 600 mg dalam D5 100 mL iv drip
7.
Etoposide 300mg dalam 100mL D5 yang diberikan melalui i.v drip
8. Doxorubicin Pegylated Lyposomal 100mg dalam 100mL NS yang
diberikan melalui i.v drip
9.
Trastuzumab 400 mg dalam D5 100 mL iv drip
10.
Doxorubicin 80 mg dalam D5 100 mL iv drip
11.
Pemetrexed 550mg dalam 100ml Ringer laktat diberikan iv drip
12.
Ifosfamide 3000mg dalam 100ml Normal Saline diberikan secara iv drip
13.
Asparaginase 6500 UI dalam Normal Saline 100ml secara I.M
14.
Siklofosfamid 1400mg dalam D5 100ml IV drip
15.
Oxaliplatin 200mg dalam NS 100 ml i.v drip
16.
Mitomycin 0,02 dalam 5 ml WFI.
17.
Gemcitabyn 2000 mg dalam NS 100 ml secara i.v. drip
18. Fluorouracil 600 mg + Leucovorin 50 mg dalam NS 500 mL diberikan
secara iv drip
19.
Dacarbazine 500 mg dalam NS 100 ml secara IV drip
20.
Cytarabin 200 mg dalam NS 500 ml IV drip
21.
Vinblasitin 15 mg dalam NS 500 ml i.v drip
22.
Vinorelbin 40 mg dalam RL 10 ml i.v drip
23.
Dactinomycin 300 mcg dalam NS 100 ml iv drip.
24.
Docetaxel 110 mg dalam 100 mL NS diberikan secara IV drip
25.
Irinotecan 80 mg dalam NS 100 ml yang diberikan secara I.V drip
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 323
26.
Methotrexate 700 mg dalam NS 100 mL diberikan secara i.v drip.
Contoh Pengkajian Sitostatika 1.
VINORELBIN Dosis yang diminta :
Vinorelbin 60 mg500 ml NS IV drip
Sediaan yang ada dipasaran :
Vinorelbin tartrate 10 mg1ml, 50mg5ml BCCA, 2015, Globalrph.com
Kompatibilitas :
Vinorelbin tartrate compatible dengan dextrose 5 dan NaCl 0.9 Handbook on Injectable Drugs, 15 ed, Trissel. Larutan yang dapat digunakan adalah D5 ½ NS
D5W, RL, ½ NS Drug Information Handbook 17 ed.
Stabilitas :
- Vial disimpan di kulkas 2-8°C, terlindung dari cahaya Drug Information
Handbook 17 ed. -
Apabila diletakkan pada suhu ruang, stabil pada suhu 25
o
C selama 72 jam Drug Information Handbook 17 ed.
- Stabil selama 24 jam pada suhu ruang setelah direkonstitusi dengan D5W,
NS Drug Information Handbook 17 ed. -
Stabil pada pH: 3.5 injeksi Drug Information Handbook 17 ed dan tidak ditambahkan pengawet BCCA, 2015
- Setelah vinorelbine tartrate direkonstitusi dengan konsentrasi 1.5-3 mgml
dalam Dextrose 5 atau NaCl 0.9 dalam wadah polypropylene syringe iv injection stabil selama 24 jam pada suhu 5-30
o
C Handbook on Injectable Drugs, 15 ed, Trissel; Drug Information Handbook 17 ed;
Globalrph.com. -
Setelah vinorelbine tartrate direkonstitusi dengan konsentrasi 0.5-2 mgml dalam wadah PVC bags iv infusion stabil selama 24 jam pada suhu 5-
30
o
C Handbook on Injectable Drugs, 15 ed, Trissel Drug Information Handbook 17 ed, Globalrph.com
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 324
Cara Pemberian :
Hanya dapat diberikan secara iv. Tidak boleh diberikan secara intarthecally rute lainnya. direkonsitusi, pemberian secara iv melalui syringe konsentrasi
1.5-3 mgmL atau infusion solution minibag 50 ml konsentrasi 0.5-2 mgmL. Pemberian secara iv 6-10 menit bisa sampai 30 menit. Pemberian
infus yang lama dapat menimbulkan resiko nyeri dan phlebitis. Maka dari itu, pemberian secara iv diikuti dengan memberikan 75-125 ml dari NS atau d5W
untuk hidrasipembilasan sehingga mengurangi insiden phlebitis Drug Information Handbook 17 ed, Handbook on Injectable Drugs, 15 ed,
Globalrph.com Perhatian: pemberian vinorelbine secara iv dapat menyebabkan ekstravasasi
sehingga dapat menimbulkan iritasi, necrosis pada jaringan setempat dan atau thrombophlebitis. Apabila ekstravasasi muncul, pemberian injeksi sebaiknya
dihentikan Globalrph.com
Perhitungan penyiapan obat :
Venorelbin yang tersedia 10 mg1ml
Jadi, dapat digunakan 1 vial 10mgml dan 1 vial 50mg5ml dalam 50 ml NS
Rekomendasi Apoteker :
Venorelbine harus diberikan secara intravena. Dipilihkan pemberian secara IV infusion minibag dengan pelarut yang digunkan adalah Normal Saline NS
diberikan 60mg50 ml NS Diberikan iv drip selama 6-10 menit bisa sampai 30 menit
2. VINBLASTIN
Dosis yang diminta :
Vinblastin 25 mg500 ml NS IV drip
Sediaan yang beredar dipasaran :
Vinblastine sulfate 10 mg10 ml BCCA, 2015, Handbook on Injectable Drugs, 15 ed
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 325
Kompatibilitas :
Vinblastine sulfate compatible dengan Dextrose 5, RL, NaCl 0.9. Handbook on Injectable Drugs, 15 ed. Larutan yang dapat digunakan adalah D5W, RL, NS
Drug Information Handbook 17 ed.
Stabilitas :
- Setelah serbuk vinblastine direkonstitusi dengan NS atau bacteriostatic NS
konsentrasinya adalah 1 mgml. Untuk infus dapat dilarutkan dalam 50 ml NS atau D5W. Tidak disarankan pemberian IV dalam volume besar 100
ml Drug Information Handbook 17 ed
- Stabil pada pH: 3-5-5.0 setelah direkonstitusi, pH dari injeksi vinblastine
sulfate adalah 3-5.5 Drug Information Handbook 17 ed, Handbook on
Injectable Drugs, 15 ed
- Vial disimpan di kulkas 2-8°C, terlindung dari cahaya Drug Information
Handbook 17 ed,.
Cara pemberian :
Diberikan hanya secara IV. Fatal apabila digunakan secara intrathecally atau rute lainnya. Pemberian secara IV bolus selama 2-3 menit Drug Information
Handbook 17 ed, Handbook on Injectable Drugs, 15 ed, Globalrph.com. Obat dapat diberikan langsung secara IV atau diinjeksikan ke tubing larutan infus yang
compatible yang sedang berjalan yaitu volume nya tidak boleh lebih dari 100- 250mL dan diberikan 5-15 menit tidak boleh melebihi 30-60 menit Drug
Information Handbook 17 ed, Globalrph.com.
Perhitungan penyiapan obat :
Vinblastine sulfate yang tersedia 10 mg10 ml
Jadi obat yang diberikan sebanyak 25 ml dari hasil rekonstitusi diambil 3 vial
Rekomendasi Apoteker :
Vinblastine diberikan secara IV untuk menghindari resiko terjadinya iritasi dan ekstravasasi
Pelarut yang dapat digunakan Normal Saline NS Obat yang diberikan sebanyak 25 ml 3 vial dari hasil rekonstitusi 10mg10ml.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 326
3. RITUXIMAB