Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 240
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan Kegiatan PKPA di Produksi
Unit produksi merupakan salah satu unit kegiatan di bawah Instalasi Farmasi yang ada di RSUD Dr.Soetomo guna menghasilkan suatu persediaan obat mulai
dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pengemasan hingga sediaan siap di distribusikan. Unit produksi di RS Dr. Soetomo bertugas untuk membuat dan
menyediakan sediaan steril maupun non steril yang tidak adasukar didapat di pasaran, sediaan yang memiliki komposisi atau konsentrasi tertentu, sediaan yang
tidak stabil dalam penyimpanan atau recenter paratus dan sediaan yang digunakan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. Selain pembuatan sediaan-sediaan
tersebut, unit produksi juga melakukan penanganan obat-obat sitostatika, pembuatan TPN Total Parenteral Nutrition serta repacking sediaan yang
memiliki waktu stabilitas pendek. Tujuan awal dari adanya unit produksi di instalasi farmasi RSUD Dr.
Soetomo adalah untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit akan obat-obatan yang tidak tersedia di pasaran, sehingga harus dibuat sendiri. Dengan adanya unit
produksi bersama dengan laboratorium internal farmasi, kualitas sediaan yang dihasilkan dapat dijamin sehingga keselamatan dan keamanan pasien dapat dicapai.
Kegiatan di unit produksi RSUD. DR Soetomo terdiri dari proses handling cytotoxic, aseptic repacking obat injeksi, pembuatan TPN serta pembuatan sediaan
yang diproduksi oleh unit produksi, seperti ekstrak alergen, cairan volume kecil, cairan desinfektan-antiseptik dan beberapa cairan non steril.
Proses handling cytotoxic merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di unit produksi RSUD DR. Soetomo. Obat sitostatika besifat toksik terhadap sel
karsinogenik, mutagenik dan teratogenik, sehingga paparan obat-obat sitostatika tidak hanya memiliki efek samping bagi pasien yang sedang menjalani kemoterapi,
tetapi juga memiliki bahaya terhadap petugas jika tidak ditangani dengan benar. Paparan sediaan sitostatika terhadap petugas dapat terjadi secara inhalasi, absorbsi
melalui kulit, tertusuk jarum atau tertelan. Oleh karena itu, penanganan obat-obat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 241
sitostatika hendaknya dilakukan dengan teknik aseptis dalam biological safety cabinet BSC oleh petugas yang terlatih dan terampil dalam pencampuran sediaan
sitostatika serta dilengkapi dengan alat pelindung diri APD. Tujuan dari handling cytotoxic yaitu meminimalkan resiko kontaminasi
terhadap sediaan jaminan sterilitas, meminimalkan resiko paparan terhadap petugas yang kontak dan lingkungan serta menjamin kualitas sediaan. Langkah
yang dilakukan sebelum melakukan handling cytotoxic yaitu mengkaji ulang form permintaan sitostatika dari setiap unit pelayanan farmasi UPF seperti pengkajian
dosis yang disesuaikan dengan kondisi pasien LPT dan fungsi renal, kompatibilitas dengan pelarut, cara rekonstitusi dan pengenceran, stabilitas obat,
penentuan kadaluarsa dari sediaan campuran sitostatika berdasarkan pada literatur yang ada, penentuan cara penyimpanan dari sediaan sitostatika serta pemberian
rekomendasi terkait obat sitostatika. Lembar RPO sitostatika injeksi dibuat rangkap 5 lembar putih diletakkan di lembar RM pasien, lembar merah untuk unit produksi,
lembar hijau dan kuning untuk unit pelayanan farmasi dan lembar biru akan diserahkan kepada perawat setelah dilakukan penyiapan oleh farmasi. Dokter
penulis resep menuliskan regimen kemoterapi, dosis yang diberikan, jumlah dan jenis pelarut yang akan digunakan, premedikasi yang akan diberikan, data berat
badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh serta nilai kreatinin pasien. Kemudian akan dikaji oleh Apoteker di ruangan dan diserahkan kepada Apoteker di unit
produksi untuk dikaji kembali dan dilakukan persiapan handling cytotoxic. Pendistribusian sediaan sitostatika ke ruang perawatan pasien dikirim dalam
tempat yang tertutup dan diberi label tanda obat sitostatika. Obat sitostatika yang telah ditangani diperiksa kembali kebenarannya oleh petugas, dimasukkan ke dalam
plastik hitam dan beri etiket, kemudian diserahkan kepada petugas berikutnya melalui pasbox untuk diberi plastik klip, lalu menuliskan nama pasien serta ruangan
pasien tersebut, setelah itu obat siap dikirimkan ke ruangan pasien, Semua limbah sitostatika, baik alat-alat disposable yang digunakan untuk penanganan sediaan
jarum, spuit, ampul dan vial, serta infus bag tempat dicampurkannya sediaan sitostatika dibuang dalam wadah khusus yang dilapisi kantong plastik ungu. Semua
limbah sitostatika dimusnahkan di incinerator pada suhu 1100°C.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 242
Proses repacking pengemasan kembali ditujukan untuk sediaan injeksi yang memiliki waktu stabilitas pendek ≤ 24 jam setelah direkonstitusi dan sediaan
injeksi yang tersedia di pasaran dalam kemasan besar. Proses repacking menghemat biaya pengobatan pasien dengan mengefisienkan penggunaan sediaan injeksi,
dalam arti pasien tidak membayar untuk 1 vial utuh sediaan, tetapi hanya membayar untuk porsi yang digunakan saja. Penyimpanan sisa sediaan injeksi juga dapat
diminimalisasi, karena repacking mengemas kembali dalam kemasan dan jumlah yang lebih kecil. Proses pengemasan kembali sediaan-sediaan injeksi dilakukan
secara aseptis dibawah laminar air flow LAF untuk tetap menjaga sterilitas sediaan. Contoh sediaan injeksi yang di repacking yaitu adalah serbuk injeksi
gansiclovir 500 mgvial, dikemas ulang dalam dosis 50 mg serta meropenem 500 mgvial di repacking menjadi dosis 100 mg per vial.
Pencampuran TPN Total Parenteral Nutrition juga dilakukan di unit produksi. Pencampuran TPN juga hendaknya dilakukan dengan teknik aseptis oleh
tenaga terlatih untuk menjamin kualitas dan sterilitas sediaan nutrisi untuk pasien. Formulasi TPN disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi pasien dengan tetap menjaga
stabilitas sediaan dan formula standar. Tujuan pemberian TPN pada pasien diantaranya adalah untuk memenuhi nutrisi pasien dalam keadaan tidak dapat
mencerna makanan melalui mulut, menghindari komplikasi, meningkatkan kualitas hidup, menjaga fungsi organ dan mempercepat penyembuhan. Peran Apoteker
dalam pencampuran TPN adalah melakukan pengadaan, penyimpanan, pencampuran TPN serta mengidentifikasi adanya interaksi TPN dengan obat.
Sediaan TPN yang akan didistribusikan dikemas dalam plastik gelap serta diberi etiket untuk keterangan pasien yang bersangkutan.
Ekstrak alergen dan sediaan volume kecil juga dibuat di unit produksi. Pembuatan ekstrak alergen didasarkan pada permintaan dari RSUD Dr. Soetomo
sendiri dan dapat pula dari luar RS. Pengerjaan ekstrak alergen dilakukan secara aseptis dan dibuat dalam volume yang kecil. Ekstrak alergen yang dihasilkan diuji
oleh Laboratorium Farmasi, jika sudah dinyatakan steril ekstrak alergen dapat digunakan. Hal ini juga berlaku untuk sediaan steril yang diproduksi oleh RSUD
Dr. Soetomo. Adapun kendala dalam produksi ekstrak alergen, yaitu penyediaan bahan baku alergen yang sukar diperoleh, seperti bulu hewan. Contoh ekstrak
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 243
alergen yang dibuat di unit produksi RSUD Dr. Soetomo adalah larutan kontrol solutio coca, histamin , alergen inhalant debu, kapuk, bulu hewan , alergen
makanan kepiting, putih telur, kuning telur, coklat, mangga, semangka, daging sapi, daging ayam, dll. Contoh sediaan volume kecil yang dibuat di unit produksi
RSUD Dr. Soetomo adalah triple dye, oleum cocos, NaCl 15, metylen blue, Na. Tiosulfatdan talk 7 dalam PZ.
Seluruh proses produksi di RSUD Dr. Soetomo dilakukan pemeriksaan kontrol kualitas sebelum sediaan di distribusikan dan pemeriksaan sampel
pertinggal setiap beberapa bulan sekali di laboratorium farmasi untuk pengujian stabilitas sediaan yang diproduksi. Setiap batch produk yang dibuat, sebelum
dilakukan pengemasan dilakukan pengujian kadar. Produk yang telah lolos uji dilengkapi label yang berisi nama produk, kekuatan, tanggal produksi, tanggal
kadaluarsa dan nomor batch produksi. Setiap batch produk yang akan di distribusikan diambil sampel pertinggalnya untuk diuji lagi pada kemudian hari
secara rutin atau jika terjadi komplain dari pengguna.
4.2. Pembahasan Kegiatan PKPA di Unit Penyimpanan Perbekalan