5,0 5,0 5,0 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 58

d. Kelompok 4

Tabel 3.10 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO 3 Kelompok 4 No Volume NaCl mL Normalitas NaCl N Volume AgNO 3 mL Normalitas AgNO 3 N

1 5,0

0,1 4,95 0,1010 2 5,0 0,1 5,0 0,1000 Rata-rata 0,1005 Contoh perhitungan: V NaCl x N NaCl = V AgNO3 x N AgNO3 5,0 mL x 0,1 N = 4,95 mL x N AgNO3 N AgNO3 = 0,1010 N Tabel 3.11 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO 3 Kelompok 4 No Volume sampel mL Volume AgNO 3 mL Normalitas AgNO 3 N Kadar

1. 5,0

6,25 0,1005 14,70 2. 5,0 6,3 0,1005 14,82 Rata-rata 14,76 Contoh perhitungan Kadar NaCl : = � Ag × Ag × ���� × ��� �� × � � = , × , × , × 5 � � = 14,70 Kadar sebenarnya : 15 Perhitungan kesalahan: [ , − ] x 100 = - 1,62 Hasil dikatakan memenuhi persyaratan apabila persentase kesalahan ±5 untuk sediaan yang baru, sedangkan persentase kesalahan yang didapatkan -1,62 sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 59

e. Kelompok 5

Tabel 3.12 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO 3 Kelompok 5 No Volume NaCl mL Normalitas NaCl N Volume AgNO 3 mL Normalitas AgNO 3 N

1 5,0

0,1 5,1 0,098 2 5,0 0,1 5,03 0,099 Rata-rata 0,0985 Contoh perhitungan: V NaCl x N NaCl = V AgNO3 x N AgNO3 5,0 mL x 0,1 N = 5,1 mL x N AgNO3 N AgNO3 = 0,098 N Tabel 3.13 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO 3 Kelompok 5 No Volume sampel mL Volume AgNO 3 mL Normalitas AgNO 3 N Kadar

1. 5,0

6,35 0,0985 14,67

2. 5,0

6,35 0,0985 14,67 Rata-rata 14,67 Contoh perhitungan Kadar NaCl : = � Ag × Ag × ���� × ��� �� × � � = , × , × , × 5 � � = 14,67 Kadar sebenarnya : 14,87 Perhitungan kesalahan: [ , − , , ] x 100 = - 1,34 Hasil dikatakan memenuhi persyaratan apabila persentase kesalahan ±5 untuk sediaan yang baru, sedangkan persentase kesalahan yang didapatkan -1,34 sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan.

3.4.2.3. Uji Sterilitas

Hasil uji sterilitas yang dilakukan dengan menggunakan media agar dan diinkubasi selama 24 jam serta dapat dikatakan steril bila : 1. Hasil uji sterilitas pada media agar kontrol ruangan : - 2. Hasil uji sterilitas pada media agar kontrol LAF : - Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 60 3. Hasil uji sterilitas pada media agar kontrol LAF yang telah diberi 1 ml NaCl : - 4. Hasil Uji Sterilitas Tabel 3.14 Hasil Uji Sterilitas Perlakuan Hasil Kelompok- 1 2 3 4 5 Tanggal 19102015 12102015 23112015 6112015 9112015 Sampel 1 Mikroba - Mikroba - Mikroba - Mikroba - Mikroba - Kontrol LAF CL Mikroba - Mikroba - Mikroba - Mikroba - Mikroba - Kontrol Ruangan CR Mikroba - Mikroba - Mikroba - Mikroba - Mikroba - Kesimpulan Steril Steril Steril Steril Steril Gambar 3.8 Hasil uji sterilitas Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 61

3.5. Unit Pelayanan Informasi Obat PIO

3.5.1. Gambaran Umum

Pelayanan Informasi Obat PIO merupakan salah satu unit di bawah Instalasi Farmasi yang melakukan kegiatanpenyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak laindi luar rumah sakit yang didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. PIO merupakan pelayanan informasi yang berkaitan denganpenggunaan obat untuk meningkatkan pengobatan yang rasional tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping, sehingga meningkatkan mutu pelayanan yang berorientasi pada pasien patient oriented. PIO meliputi penyediaan, pengelolaan, penyajian, dan pengawasan mutu datainformasi obatdan keputusan profesional. Penyediaan informasi obat meliputi tujuan, cara, pengolahan, dan pengawasan mutu datainformasi obat.Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan bulletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima. Tujuan utama pelayanan informasi obat adalah meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan lain terkait dengan obat sehingga dapat menyempurnakan perawatan pasien melalui terapi obat yang rasional. Oleh karena itu, prioritas harus diberikan kepada permintaan informasi obat yang berpengaruh langsung pada perawatan pasien. Pelayanan informasi obat harus secara berkesinambungan danterus-menerus seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalammedis, perubahan pola penyakit, penemuan obat-obat baru, kompleksitas literatur mengenai obat, banyaknya publikasi obat melalui media massa, kegiatanseminar, simposium, kongres, sehingga diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk memilih sumber informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 62

3.5.2. Tujuan PKPA di PIO

Tujuan mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker di PIO adalah:

a. Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa mengerti serta memahami peran dan fungsi Apoteker pada pelayanan PIO di rumah sakit dalam menunjang terapi obat yang rasional yang berorientasi pada pasien patient oriented.

b. Tujuan khusus

a. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan kegiatan pelayanan informasi obat di Rumah Sakit. b. Mengetahui dan mempelajari peran apoteker di PIO dengan cara berlatih untuk menjawab pertanyaan melalui literatur terbaru dan terpercaya serta menelusuri dan menganalisa sumber sumber informasi yang bersifat obyektif, ilmiah serta telah terevaluasi. Mahasiswa mampu untuk melakukan penelusuran sumber informasi mengenai obat, baik dari sumber primer, sekunder, tersier maupun media elektronik internet agar dapat memberikan informasi yang obyektif, akurat, dan tidak bias kepada dokter, apoteker, perawat, serta tenaga kesehatan lain.

3.5.3. Latar Belakang Pendirian PIO

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang medis berakibatterjadinya: 1. Ledakan terapetik Banyaknya sediaan obat baru yang beredar di masyarakat dengan atau tanpa tambahan indikasi baru dari suatu obat merupakan tanda dari ledakan terapetik. Selain itu tingginya penggunaan obat off label dalam penatalaksanaan terapi memungkinkan peningkatan kebutuhan informasi yang lengkap dan valid akan suatu profil obat sehingga terapi yang diberikan kepada pasien aman, efektif, serta dapat dipertanggung jawabkan secara medis. 2. Kemajuan Ilmu dan Penyakit di Bidang Kedokteran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang medis ditandai dengan perubahan paradigma terhadap penyakit dan disertai dengan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 63 banyaknya penemuan terapi dengan obat baru. Perkembangan penyakit penyakit baru yang mengancam jiwa, akan menuntut perkembangan terapi- terapi obat, sedangkan informasi obat yang tersedia secara umum masih sangat terbatas terutama untuk obat-obat baru, sehingga dibutuhkan suatu pusat pelayanan informasi obat sebagai rujukan informasi obat yang valid dan terpercaya agar terapi yang diberikan aman, efektif, dan rasional. 3. Globalisasi Globalisasi mendorong kemajuan teknologi informasi serta meningkatkan kebutuhan standarisasi global, baik dalam kualitas pelayanan kesehatan, maupun dalam kualitas produk obat yang dipasarkan. Selain itu globalisasi juga memudahkan dalam memperoleh informasi secara lebih luas. 4. Meningkatnya biaya kesehatan Informasi tentang obat yang dimiliki oleh tenaga kesehatan sangat minim, sehingga pola peresepanpengobatan yang diberikan kepada pasien kurang sesuai. Terkadang pemberian terapi untuk pasien hanya didasari pada setiap gejala yang dirasakan, sehingga jenis obat yang diberikan terlalu banyak padahal beberapa obat memiliki efek terapi yang sama. Hal ini tentu saja mengakibatkan pembengkakan biaya yang dikeluarkan pasien. Sehingga tenaga kesehatan perlu mengetahui profil suatu obat agar dapat dipilih pengobatan yang cost effective.

3.5.4. Tujuan Pendirian PIO

Tujuan Pendirian PIO 1. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain. 2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan kebijakan yang berhubungan dengan obat terutama bagi Komite Farmasi dan Terapi KFT. 3. Menyediakan layanan farmasi dalammeningkatkan penggunaan obat secara rasional yang efektif, aman, bermutun terjangkau dan berorientasi kepada pasien. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 64 4. Meningkatkan peran apoteker baik secara aktif maupun pasif dalam pemberian informasi obat

3.5.5. Ciri PIO

PIO memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Mandiri, dimana PIO dalam melaksanakan tugasnya bebas dari pengaruh pihak lain. 2. Informasi yang diberikan secara obyektif dimana informasi yang diberikan berasal dari sumber informasi yang valid sehingga akurat, tidak bias dan lengkap. 3. Informasi yang diberikan berdasarkan beberapa sudut pandang sehingga tidak memihak dan tidak dipengaruhi pernyataan seseorang atau pihak tertentu 4. Informasi yang diberikan tidak hanya tentang suatu produk tetapi informasi disesuaikan dengan kondisi klinis dari pasien 5. PIO secara proaktif menggali keterangan yang berkaitan dengan pertanyaan dan memberikan informasi dalam penggunaan obat yang rasional serta proaktif memperkenalkan keberadaannya melalui bulletin, leaflet, brosur.

3.5.6. Tugas Pelayanan Informasi Obat

Ruang lingkup pelayanan informasi obat meliputi 3 bidang, yaitu:

1. Bidang Pelayanan