Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 213
Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika juga disimpan di lemari tersendiri. Suhu ruangan dijaga antara 15
–25
o
C menggunakan AC. Suhu ruangan dikontrol menggunakan thermometer yang terpasang di dinding dan dikontrol setiap hari.
1. Obat LASA
Pengaturan penempatan obat-obat LASA tidak boleh diletakkan dalam jarak yang berdekatan dan penggunaan prinsip Tall Man Lettering dalam
pelabelan nama obat di Jolly Box serta selalu dilakukan double checking.
Tabel 3.87 Daftar Obat LASA di UPF IRNA Bedah No.
Nama Obat 1.
Actaxon-penemac
2.
Asvex-Inolin
3. Cefazol dan Cefizox
4. Cefotaxime dan Ceftriaxone
2. Obat High Alert
Pemberian obat high alert harus ada double cek saat petugas farmasi mengambil obat dari lemari, saat petugas farmasi menyerahkan obat, saat
dokter atau perawat menerima obat dan saat dokter atau perawat menberikan obat kepada pasien. Penyerahan obat High Alert tidak boleh langsung ke
tangan pasien, akan tetapi oleh farmasis langsung menyerahkan kepada perawat atau dokter.
Tabel 3.88 Daftar Obat High Alert di UPF IRNA Bedah No.
Nama Obat 1.
NaCl 0,9
2. KCl Injeksi
3.
Morphin
4. Pethidine
5. Fentanyl
6. Epinefrin
7. Norepinefrin
8.
Propofol
9. Ketamin
10. Midazolam
11.
Heparin
12. Semua Bentuk Insulin
13. Obat Sitostatika Inj.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 214
3. Obat Golongan Narkotika-Psikotropik
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus yang terkunci dan kunci tersebut tidak boleh tergantung di lemari
obat, melainkan harus selalu berada pada petugas yang bertanggung jawab atas lemari obat narkotika dan psikotropika.
3.12.5. Alur Penerimaan Resep UPF IRNA Bedah
Pada setiap UPF ruangan IRNA Bedah mempunyai alur prosedur penerimaan resepRPO yang menunjang pelayanan farmasi kepada pasien.
Berikut ini bagan Prosedur Penerimaan Resep:
Gambar 3.41Alur Prosedur Penerimaan Resep UPF IRNA Bedah
ResepRPO Asisten Apoteker
Memeriksa kelengkapan resepRPO
Lengkap Tidak lengkap
Menghubungi dokter atau keluarga pasien
Apoteker Mengkaji penggunaan obat
Ada DRPs
Asisten Apoteker Menyiapkan obatalkes persediaan sehari
Tidak ada DRPs Menghubungi dokter
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 215
3.12.6. Kegiatan PKPA di UPF IRNA Bedah
Evaluasi terhadap pelayanan farmasi di UPF Instalasi Rawat Inap Bedah UPF IRNA Bedah D, G, H. Evaluasi yang dilakukan meliputi alur pengadaan,
penyimpanan, dan distribusi obat di IRNA Bedah serta penggunaan obat pada kasus terpilih. Tabel 3.32 berisi kasus
– kasus terpilih sementara tabel 3.86 berisi semua kasus yang diperoleh selama menjalani PKPA di IRNA Bedah.
Tabel 3.89 Kasus Terpilih di Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah Kelompok
Inisial Pasien
Usia Diagnosa
I An. A
2 tahun 9 bulan
CAH + clitoromegaly II
Ny. SK 20 tahun Combustio RS 7 ec scald komplikasi chronic
wound + epilepsi III
An. TH 14 tahun COB + SAH + IVH + edema serebra IV
Tn. SR 41 tahun Urosepsis+ oliguria + batupyelum D + batu
multiple ren DS + HN berat D + HN ringan + post open ren S + post dj stent
DS + nefrectomy S + DM tipe II + CKD stage III
V Tn. K
54 th Total
Bowel Obstruction
e.c Hernia
Diafragmatica
Tabel 3.90 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 1. Kelompok
I Ruangan
Bedah Diagnosa
D BPH grade II + retensi urin + batu buli-buli + post
TURB + post lithotripsi + post VTP G
S. appendicitis perforata H
MAR fistel retrouretra + sigmoidostomy D
Hipospadia skrotal + post chordectomy-urethroplasty + scrotum bifidum
G Hidrosefalus non communicans + tumor ventrikel IV
H Ikterus obstruktif susp massa batu CBD
D Tumor intra abdomen + HN sedang DS + hidrokel
testis + kista pole bawah ren S + DJ sent S + AKI + Hiperkalemia + anemia
G DM tipe 2 + fourniere gangrene + hipoalbumin +
abses perianal H
CAH + clitoromegaly D
Susp. Ca Testis D TxNxM1a + Agenis testis +
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 216
Kelompok I
Ruangan Bedah
Diagnosa
infertilitas primer G
Fourniere gangrene + sepsis + AKI dd ACKD + hipoalbumin
+ hperkalemia
+ anemia
+ trombositopenia
H Hirschsprung disease
D Fistel Uretrocutan + chordee post chordectomy-
uretroplasty G
Kolic abdomen e.c choleducolithiasis pro eksplorasi duktus
Tabel 3.91 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 2 Kelompok
II Ruangan
Bedah Diagnosa
D Ca Gingiva Mandibula Dextra T4NiMo
G Tumor Intraventrikel IV Suspect Ependymomas
H Hirshprung disease
D Adenocarcinoma maxillectomy dexter+HT stage 1
G Intraabdomen + Kista pole Bawah ren S +HNsedang
D + Hidrosel Testis H
Phlegmon dasar mulut sepsis+hipoalbumin D
Bile duct injury+rupture iatrogenic duodenum part 1+icterus
G Hidrosefalus + Infeksi Shunt
H Malformasi
Anorectal fistel
anocutan+down syndrome+udt bilateral+hipospandia+VSD+PS Berat
D Batu Ren ds, Batu Ureter DS, Hidronefrosis Berat
DS Bilateral, AKI+Hipertensi Stage 2+Hiperurisemia. G
Urosespsi postvesikolitotomi+hipoalbumin+hiperkalemia+ACK
D +pneumonia aspirasi
H Attention to signmoidostomy post hartaman prosedur,
post TAH+BSO+debulking massa tumor omenestomy Ca Ovarium+post kemoterapi
D Prolonged fever +CMV infection +Dev Delay
G Combustio RS 7 ec scald komplikasi chronic wound
+ epilepsy
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 217
Tabel 3.92 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 3 Kelompok
III D
Hipospadia sub coronal + post sirkumsisi + chordae
G Meningocele lumbosacral
H Hipospadia type peno scrotal
D Hipospadia sub cornal + chordeeringan post
chordectomy urethroplasty G
Hidrosefalus VP Shunt H
Hemangioma Frontotemporal D
Striktururetraparsialresidif pars bulbosa post sachse + bronchitis kronis
G Peritonitis generalisatae.cperforasigaster
H Ca rectum 13 distal T3N2M1 pro explorasi
laparotomy D
S batupyelum + hidronefrosis gr II + s varicocele gr I d
G Fistelinterocutan high output post repair gaster +
hipoalbumin H
COB + SAH + IVH + edema serebra D
Strikutururetra post Johnson G
Meningioma falx parasagittal residitif Ny. NA 46 tahun 41 kg 12.22.xx.xx
Tabel 3.93 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 4 Kelompok
IV Ruangan
Bedah Diagnosa
D Urosepsis+ oliguria + batupyelum D + batu multiple
ren DS + HN berat D + HN ringan + post open ren S + post dj stent DS + nefrectomy S + DM
tipe II + CKD stage III G
Abses flank D post PNL D H
Hipospadiatipe mid shaft D
Batu multiple ren D + HN grade III G
Krakatau liquor + hydrocephalus H
Hidrosepalus post vp shunt D
Calculus of Kidney and Ureter + batupyelum + kistaren + HT stage I + komplikasi atrial fibrilas
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 218
Kelompok IV
Ruangan Bedah
Diagnosa
G Chronic Lim Ischemic Pedis d
H Hischprungs disease + sigmoidostomy + history of
exploration laparotomy ec sigmoid refuration D
Ca Buli post TUR-B + DM tipe II + HN sedang DS + anemia ACKD
G Infeksiususbuntu appendicitis akut post op: kista
pancreas pecah + pancreasitis + apendiacitis H
Volkman contracture manus D D
Ca buli T3NxMo post TURBT + pyelumbifidum + kista pole bawahrens + HT stage 2
G Repair burst abdomen post laparatomi
Tabel 3.94 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 5 Kelompok
V Ruangan
Bedah Diagnosa
H Tutup Stoma
D Ca. Buli + HT stage II + Pyelum bifidum
G Total Bowel Obstruction e.c Hernia Diafragmatika
H Multiple keloid R.Antobrachii d
– manus d +Flexion Contractur elbow D, wrist D, digiti II-V
manus + D
BPH gen II + HIL d digestive G
Hidroceplus comunicans post VP shunt + exposed shunt
H MAR + fistul rectouretra + colostomy status
D Batu Buli + CKD stage 5 + HN berat d + BPH stage
1 G
Abses submandibula dextra H
MAR dengan tistel rectovesica + colestomy status + post PSARP hari ke-9
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 219
Kelompok V
Ruangan Bedah
Diagnosa
D Hipospadia peville proximal
G Pleghman dasar mulut
D Ca. Buli TxNxMo + HN gen. III s + HN gen. II d
+ AKI dd ACKD + hipernatremia
3.13. Unit Pelayanan Farmasi IRNA Medik
3.13.1. Gambaran Umum IRNA Medik
Instalasi Rawat Inap Medik adalah salah satu bagian fungsional dariInstalasi Rawat Inap yang ada di RSUD Dr. Soetomo. Instalasi Rawat Inap
MedikIRNA Medik terdiri dari beberapa Staf Medik Fungsional SMF yaitu: a.
SMF Ilmu Penyakit Dalam
SMF penyakit dalam terdiri dari beberapa divisi yaitu endokrinologi dan metabolisme, tropik dan infeksi, hematologi dan onkologi,
gastroenterohepatologi, nefrologi dan hipertensi, alergi dan imunologi,
reumatologi, dan toksikologi.
b.
SMF Ilmu Penyakit Saraf
Contoh penyakitnya antara lain: kegawatan neurologi, gangguan
pembuluh darah, neuropediatri, infeksi meningitis dan epilepsi.
c.
SMF Ilmu Penyakit Paru
Contoh penyakitnya antara lain: kegawatan paru edema paru, infeksi TB, paru kerja asma kerja, pleura efusi pleura, saluran nafas Penyakit
Paru Obstruksi Kronik dan tumor karsinoma bronkogenik.
d.
SMF Ilmu Penyakit Jantung
Contoh penyakitnya antara lain: hipertensi, RHD rheumatoid heart desease, mitral stenosis, mitral regurgitasi dan Penyakit Jantung
KoronerPJK.
e.
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Penyakitnya antara lain: Stevens Johnson Syndrome SJS, dermatitis,
impetigo, herpes, dan varisella.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 220
Pelayanan Farmasi di IRNAMedik dilaksanakan oleh 4 Unit Pelayanan Farmasi UPF, setiap UPF IRNAMedik melayani bermacam-macam status
pasien yaitu pasien umum dan pasiendengan pihak penjamin asuransi, antara lain: pasien BPJS dan pihak penjamin yang lain. Pelayanan Farmasi di IRNA Medik
dilaksanakan oleh 4 UPF dengan cara desentralisasi yaitu menyalurkan obat dan alat kesehatan ke UPF tiap ruanganyang menjadi bagiannya, 4 UPF besar yang
dimaksud yaitu: 1.
UPF Rawat Inap Saraf UPF Saraf melayani pasien dan 2 UPF ruangan, yaitu: Seruni A dan Seruni B.
UPF ruang Seruni biasanya melakukan permintaan obat dan alat kesehatan ke UPF IRNA Anak karena letaknya berdekatan.
2. UPF Rawat Inap Penyakit Dalam
UPF Rawat Inap Penyakit Dalam melayani 8 ruangan yaitu Pandan I, Pandan II, RPI Pandan II, Rosella I, Rosella II, Pandan wangi, Kemuning I, dan
Kemuning II. 3.
UPF UPIPI UPF UPIPI melayani ruangan Cendana dan Poli UPIPI
4. UPF Paru dan Jantung
UPF Paru melayani pasien dan permintaan dari 3 UPF ruangan yaitu: Palem I, Palem II, dan GTBT. UPF Jantung melayani pasien khusus yang berada di
ruang Camelia.
3.13.2. Manfaat dan Tujuan Kegiatan PKPA
a. Manfaat Kegiatan PKPA IRNA Medik
1. Mahasiswa mendapat gambaran tentang aspek managerial di UPF
IRNAMedik meliputi
perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian,pengendalian
dan pencatatan-pelaporan
perbekalan
farmasi.
2. Mahasiswa mendapat gambaran tentang kegiatan farmasi klinis
yangdilakukan di ruangan, terutama di UPF IRNA Medik.
3. Mahasiswa mendapat gambaran tentang pola penyakit dan pola
pengobatandi UPF IRNA Medik.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 221
b. Tujuan Kegiatan PKPA I
Peserta didik diharapkan mengetahui: 1.
Ruang lingkup pelayanan farmasi rawat inap medik 2.
Kegiatan pelayanan farmasi rawat inap medik 3.
Pelayanan unit dose dispensing 4.
Pelayanan ward floor stock 5.
Pelayanan individual prescription 6.
Penanganan obat-obathigh alert 7.
Penanganan obat-obat emergency 8.
Penanganan obat-obat LASA look alike-sound alike 9.
Penanganan obat sisa 10.
Penangan obat sharing use 11.
Ward Pharmacist 12.
Konseling obat bedside konseling dan discharge konseling
3.13.3. Alur Pelayanan Farmasi Di UPF IRNA Medik
Distribusi obat di IRNA Medik menggunakan 3 jenis sistem distribusi, yaitu Individual Prescription, Unit Dose Dispensing UDD dan WardFloor Stock
WFS.
3.13.3.1. Sistem Individual Prescription IP
Individual Prescription adalah pendistribusian sediaan obat sesuai dengan peresepan yang dituliskan oleh dokter untuk semua kategori pasien.
IndividualPrescription dapat dilayani di UPF ruangan maupun UPF IRNA. Unit PelayananFarmasi UPF ruangan melayani obat dan alat kesehatan alkes mulai
08.00-17.00, pada hari sabtu-minggu dan hari libur tanggal merah sampai pukul 15.00. Sedangkan untuk UPF IRNA melayani obat dan alkes mulai pukul 07.00
sampai 20.00 kecuali hari minggu dan hari libur tanggal merah mulai pukul 08.00 sampai 15.00.Di luar jam pelayanan tersebut pasien bisa mengambil obat di UPF
yang buka 24jam, seperti UPF IRNA Anak dan UPF IRNA Bedah.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 222
Sistem Individual Prescription memilliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem ini adalah
: a.
Memungkinkan apoteker memeriksa langsung semua peresepan obat b.
Memungkinkan apoteker untuk berinteraksi dengan pasien, dokter, dan perawat
c. Memungkinkan pengawasan penggunaan obat lebih teliti
d. Memungkinkan bagi apoteker memberikan pelayanan langsung kepada pasien
secara perseorangan.
Sedangkan kekurangannya adalah a.
memungkinkan pasien terlambat mendapat obat b.
biaya dapat meningkat, dan c.
ada kemungkinan timbul DRP. Sistem Pelayanan Farmasisecara Individual Prescriptionini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.41 Distribusi Obat dengan Sistem Individual Prescription di IRNA
Medik
RPO dari dokter
PasienKeluarga
Petugas Farmasi
Apoteker mengkaji penggunaan obat
Obat diserahkan ke pasienkeluarga Asisten Apoteker memeriksa
kelengkapan resep Asisten Apoteker
menyiapkan obat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 223
3.13.3.2. Unit Dose Dispensing UDD
Unit Dose Dispensing UDD merupakan sistem distribusi obat dan alkes kepada penderita rawat inap dimana obat dikemas dalam bentuk dosis terbagi
untuk penggunaan 24 jam berdasarkan signa dokter. Resep yang masuk direview terlebih oleh Apoteker Supervisor UPF ruangan setempat dan obat disiapkan oleh
AA di UPF ruangan dalam kemasan satu kali 24 jam serta diberi etiket yang berbeda warna sesuai dengan waktu pemberiannya. Obat kemudian diserahkan
kepada perawat dan dicatat dalam buku serah terima.
Tabel 3. 95 Jadwal Pemberian Obat UDD di UPF IRNA Medik No.
Frekuensi Frekuensi
Frekuensi Warna
Etiket
1 1 X 1
07.00 Pagi
PINK
2 1 X 1
19.00 Malam
PUTIH
3 Sebelum tidur malam
21.00 Malam
KUNING
4 Setiap 12 jam 2 x
sehari 07.00
Pagi PINK
19.00 Malam
PUTIH
5 3 x sehari
06.00 Pagi
PINK
14.00 Siang
HIJAU
21.00 Malam
KUNING
6 Setiap 8 jam
06.00 Pagi
PINK
14.00 Siang
HIJAU
21.00 Malam
KUNING
7 4 X Sehari
06.00 Pagi
PINK
12.00 Siang
PUTIH
18.00 Malam
PUTIH
24.00 Malam
KUNING
8 Setiap 8 jam
06.00 Pagi
PINK
12.00 Siang
PUTIH
18.00 Malam
PUTIH
24.00 Malam
KUNING
9 Setiap 4 jam= 6 x
Sehari 07.00
Pagi PINK
11.00 Siang
PUTIH
15.00 Sore
HIJAU
19.00 Malam
PUTIH
23.00 Malam
KUNING
03.00 Pagi
PUTIH
10 Pemakaian luar
BIRU
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 224
Gambar 3.42 Jenis-Jenis Etiket yang Digunakan Di IRNA Medik
Adapun kelebihan dari sistem distribusi UDD antara lain: 1. Meminimalkan adanya obat sisa.
2. Meminimalkan medication error. 3. Apoteker dapat melakukan drug therapy monitoring.
4. Apoteker mendapatkan profil pengobatan pasien dengan lengkap. 5. Mencegah resep dibeli diluar Rumah Sakit.
6. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakai. 7. Meninimalkan pasien terlambat menerima obat
Kekurangan dari Unit Dose Dispensing UDD antara lain: 1. Administrasi lebih rumit karena perlu serah terima dengan perawat selanjutnya
obat dapat diberikan ke pasien. 2. Membutuhkan banyak tenaga untuk UDD.
3. Penyiapan obat harus dilakukan setiap hari, sehingga kurang efisien waktu.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 225
Sistem pelayanan farmasi Unit Dose Dispensing UDD ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.43 Sistem Pelayanan Farmasi secara Unit Dose Dispensing UDD
di IRNA Medik
3.13.3.3. Sistem Ward Floor Stock WFS
Ward Floor Stock WFS adalah persediaan perbekalan farmasi yang disimpan di ruangan perawatan. Yang termasuk di dalam WFS yaitu:
1. Bahan habis pakai seperti: kapas, kasa; alkohol gliserin; povidon iodin; dan
lysol.
Resep diserahkan ke petugas farmasi ruangan
Asisten Apoteker memeriksa resep dan kelengkapan persyaratan administrasi
Ada masalah Tidak ada masalah
Keluarga pasien diminta melengkapi persyaratan
Dokter RPO
Apoteker mengkaji penggunaan obat
Ada masalah Tidak ada masalah
Diskusi dengan dokter
Asisten apoteker menyiapkan obat secara UDD untuk pemakaian 24 jam 1 hari Asisten Apoteker melakukan serah terima obat dengan perawat ruangan disertai
bukti penyerahan buku serah terima dan tanda tangan perawat Perawat memberikan obat baik oral maupun injeksi ke pasien sesuai jadwal pemberian
obat.Asisten Apoteker meng-entry resep RPO sesuai dengan jumlah yang digunakan pasien
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 226
2. Emergency kit
Emergency kit merupakan bagian dari sistem WFS dimana perbekalan farmasi yang disediakan merupakan perbekalan farmasi yang bersifat darurat,
yang digunakan untuk pelayanan di ruangan. Emergency kit berfungsi vital atau life saving dalam keadaan darurat, yaitu untuk menyelamatkan jiwa penderita dan
menghindari kecacatan serta memenuhi kriteria 6B Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, dan Bone, sehingga emergency kit harus selalu tersedia di ruangan. Alur
sistem distribusi emergency kit adalah sebagai berikut:
Gambar 3.44 Distribusi Obat Emergency Kit dan ObatAlkes di IRNA
Pengelolaan emergency kit harus disegel selama penyimpanan. Pengecekan emergency kit dilakukan setiap hari untuk melihat apakah emergency
kit masih tersegel atau masih utuh. Jika emergency kit sudah terbuka, maka bagian farmasi harus mengisi ulang yang disesuaikan dengan ceklisnya dan menyegelnya
kembali, serta konfirmasi penggunaannya untuk siapa secara lengkap. Jika emergency kit masih tersegel selama 3 bulan, maka harus dibuka untuk dilakukan
pengecekan. Tujuan pengecekkan ini adalah untuk memonitoring dan mengetahui kondisi fisik obat dalam kotak dan tanggal kadaluwarsa obat.
Emergency Kit yang berada di ruangan
Bila ada penggunaan: dicatat di buku catatan penggunaan, kondisi khusus pada Emergency Kit jika ada obat yang terpakai maka segel Emergency kit terbuka
AA UPF Ruangan memeriksa penggunaan dan stok obatalkes yang terpakai serta waktu kadaluarsa stok obat yang masih tersisa
AA UPF Ruangan:Meminta resep kepada dokter Meminta keluarga pasien melengkapi persyaratan
AA UPF Ruangan mengganti obat pada Emergency kit sesuai yang digunakan dokterperawat sebelumnya
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 227
Keuntungan emergency kit antara lain: 1.
Pasien mendapaat obat segera sebagai obat yang bersifat darurat. Emergency kit berfungsi untuk menyelamatkan jiwa dan menghindari
kecacatan. 2.
Terdapat segel yang menandakan obat dipakai atau tidak oleh dokter. Adapun kerugian dari emergency kit adalah membutuhkan banyak waktu
bagi seorang farmasis karena pengecekan dilakukan setiap dan harus melakukan pencatatan pada form pengecekkan yang tertera pada emergency kit. Emergency
kit yang terdapat di IRNA Medik yaitu:
Tabel 3.96 Daftar obat emergency kit yang ada di IRNA Medik
NAMA OBAT PANDAN
I PANDAN
II PANDAN
WANGI ROSELLA
II CAMELIA
PALEM I
Adrenalin 1 mg 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul
Atropin sulfat0,25mg
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
Ca-Glukonas 100Mg
2 ampul 2 ampul
2 ampul 2 ampul
2 ampul 2 ampul
Lidocain 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul
Diphenhidramin10 mg
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
Deksametason 5mg 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul
Aminophyllin240 mg
3 ampul 3 ampul
3 ampul 3 ampul
3 ampul 3 ampul
Diazepam 5 mg 3 ampul
3 ampul 3 ampul
3 ampul 3 ampul
3 ampul
Furosemid 40 mg 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul 5 ampul
5 ampul
Ringer Laktat500 ml
1 botol 1 botol
1 botol 1 botol
1 botol 1 botol
Normal Saline0,9 500 ml
1 botol 1 botol
1 botol 1 botol
1 botol 1 botol
Infusion set 1 buah
1 buah 1 buah
2 buah 1 buah
1 buah
IV Cath 16,18,20,22,24,26
No 202
1buah No 205
1 buah No 20
2buah No18,20,22
2 buah No 20
2 buah No 20
2 buah
Spuit 3,5,10 cc 5
buah 5 buah 5 buah
5 buah 5 buah
5 buah
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 228
3.13.4. Penyimpanan Sediaan Farmasi di UPF IRNA Medik 3.13.4.1. Obat
High Alert
Obat high alertadalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi serta bahaya bilapenggunaannya salah. Pengelolaan obat high alert di ruangan adalah:
1. Penyimpanannya dalam lemari khusus.
2. Obat diberi label stiker warna merah agar mudah dilihat.
3. Penggunaan obat high alert pada pasien harus dilakukan double check
agar terhindar dari kesalahan yang berakibat fatal pada pasien. 4.
Dalam penggunaannya, obat high alert langsung diberikan pada dokter atau perawat dengan disertai informasi.
Prinsip penataan high alert: 1.
Obat high alert diberi label atau stiker khusus bertulisan High Alert. 2.
Penyimpanan obat high alert terpisah dengan obat lainnya dan diberikan stiker pada lemari tersebut
3. Ketika obat akan diserahkan maka dilakukan double check oleh pegawai
UPF. Obat High Alert yang ada di UPF IRNA Medik
1 Epinefrin 1 mg
2 Norepinefrin 4 mg
3 NaCl 3
4 KCl premixed 25meq
5 Insulin
3.13.4.2. Obat LASA Look Alike Sound Alike
Obat LASA adalah obat yang memiliki kemiripan pelafalan nama dan bentuk kemasan. Tujuan penataan obat-obat LASA yaitu untuk mengurangi
kesalahan pengambilan obat. Prinsip penataan LASA:
1. Obat LASA diberi label atau stiker khusus bertulisan LASA. Label
LASA ditempelkan pada setiap Jolly box dan kemasan sediaan. 2.
Adanya Tallman letter pada penamaan obat di jolly box LASA. 3.
Penyimpanan tidak boleh berdekatan.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 229
4. Ketika obat akan diserahkan maka dilakukan double check oleh pegawai
UPF. Contoh LASA:
a. Penampilan mirip:
Ondansetron 4 mg dan Ondansetron 8 mg
Asam tranexamat 250 mg dan asam tranexamat 500 mg.
b. Bunyi mirip:
ceFAZolin 1 g dan CefTRIAXone 1 g
metroNIDAZOLE dan metFORMIN
Gambar 3.46 Contoh Obat-Obat LASA IRNA Medik
3.13.5. Stock Opname
Waktu pelaksanaan stock opname dilakukan 2 macam yaitu: setiap 3 bulan secara serentak semua UPF di Rumah sakit dan setiap 1 bulan sekali untuk stock
opname mandiri masing-masing UPF. Tujuan utama stock opname yaitu: mengetahui aset Rumah sakit terkait
perbekalan farmasi. Hasil dari stock opname akan dilaporkan kepada direktur Rumah Sakit dalam satuan rupiah sebagai aset yang dimiliki oleh Rumah Sakit.
Tujuan lain stock opname adalah: 1.
Meminimalisir terjadinya kehilanganpencurian barang. 2.
Meminimalisasi terjadinya ketidaksesuaian antara komputer dan obatbarang yang ada di UPF.
3. Meminimalisasi terjadinya barangobat expired date dan mengetahui
obat-obat yang kadaluarsa dekat. 4.
Menentukan obat yang fast moving, slow moving dan death moving.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 230
5. Barang-barang yang death moving akan ditawarkan kepada UPF lain
untuk menghindari kerusakan obat.
3.13.6. Penanganan Obat Kadaluarsa
Obat kadarluarsa dapat dipantau melalui: Stock Opname serentak 3 bulan dan stock opname mandiri 1 bulan. Contoh: Apabila terdapat obat kadaluarsa
dekat 6 bulan, mekanisme penanganan yaitu: UPF ruangan menawarkan ke UPF lain dengan membuat daftar obat kadaluarsa dekat. Jika tidak berhasil maka obat
dikembalikan ke UPPFI untuk diretur ke distributor obat.
3.13.7. Medical reconcilliation
Merupakan obat yang dibawa pasien dari UPF lain, dari poli atau yang dibawa dari rumah. Obat yang tidak digunakan dapat dikumpulkan dan diberi
stiker tidak boleh digunakan lagi sedangkan yang masih bisa digunakan, maka dilanjutkan kembeali penggunaannya dan dilakukan UDD oleh farmasi. Tujuan
mencatat medical reconcilliation, yaitu: 1.
Meminimalkan duplikasi obat. 2.
Penyesuaian dosis untuk pemakaian di rumah sakit. 3.
Mengetahui kemungkinan gejala yang dikeluhkan pasien apakah berhubungan dengan riwayat obat yang digunakan.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 231
Gambar 3.46 Formulir Rekonsiliasi Terapi dan Serah TerimaObatAlkes dari PasienUPF Lain
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 232
Gambar 3.47 Stiker untuk Obat yang Tidak Digunakan Lagi 3.13.8. Penanganan S
haring Use
Obat sharing use adalah obat yang bisa digunakan untuk lebih dari satu pasien. Contoh obat yang digunakan secara sharing use antara lain insulin,
heparin.
Gambar 3.48 Etiket Obat Sharing Use
3.13.9. Penanganan Obat-obat dengan Stabilitas Pendek
Penanganan untuk obat dengan stabilitas pendek adalah dengan repacking.Proses repacking pengemasan kembali ini ditujukan untuk sediaan
injeksi yang memiliki waktu stabilitas pe ndek ≤ 24 jam setelah direkonstitusi
dan sediaan injeksi yang diproduksi dalam kemasan besar tetapi umumnya tidak habis dalam 1x pemakaian, sehingga dapat menghemat biaya obat pasien. Contoh
sediaan injeksi yang di repacking yaitu adalah NaCl 15; serbuk injeksi gansiclovir 500 mgvial, dikemas ulang dalam dosis 20 mg, 25 mg dan 50 mg
serta meropenem 500 mgvial di repacking menjadi dosis 100 mg per vial. Pertimbangan melakukan repacking dilihat dari stabilitas sediaan rekonstitusi,
dosis yang digunakan, dan segi ekonomi lebih hemat dengan repacking.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 233
Kegiatan farmasi klinik ruangan meliputi: 1.
Review pengobatan pasien yang tercatat pada RM 12 kemudian dianalisis dan dijabarkan dalam DFP 1-5 untuk menjamin tercapainya Pengelolaan dan
penggunaan Obat dilaksanakan Secara Rasional PPOSR. 2.
Konseling saat pasien di ruangan bedside konseling dan konseling saat pasien KRS discharge konseling. Proritas pasien yang dikonseling, adalah:
a Pasien dengan penyakit kronis.
b Pasien dengan penggunaan obat polifarmasi.
c Pasien yang menggunakan obat dengan perhatian khusus seperti obat
dengan indeks terapi sempit, obat dengan tempat penyimpanan khusus contoh: suppossitoria, insulin, obat dengan rute pemberian khusus contoh:
ISDN sublingual. d
Pasien dengan riwayat tidak patuh menggunakan obat. e
Pasien lanjut usia dengan komplikasi penyakit. 3.
Visite besar bersama TIM dokter dan apoteker supervisor 4.
Pelaporan MESO dilaporkan kepada KFT untuk diteruskan kepada BPOM 5.
Review resep 6.
Up grade ilmu melalui pelatihan dan seminar
Adapun mengenai proses kegiatan PKPA dalam aspek ilmu farmasi klinis antara lain:
a. Mahasiswa mencatat data medis tentang pasien yang diperlukan dari RM ke
dalam DFP Dokumen Farmasi Penderita yaitu DFP-1. b.
Review pengobatan yang diterima pasien kedalam bentuk DFP 2 sampai 5. c.
Mahasiswa juga melihat RPO Rekam Pemberian Obat untuk mengetahui pengobatan yang diterima pasien setiap hari.
d. Selama mengikuti perkembangan pasien dan mereview kasus, mahasiswa
dapat bertanya kepada apoteker pembimbing maupun dokter yang merawat pasien apabila ada hal-hal yang kurang jelas.
e. Diskusi dengan apoteker pembimbing.
f. Konseling pasien oleh mahasiswa dan apoteker ruangan.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 234
g. Salah satu kasus dari anggota kelompok yang terpilih akan diangkat menjadi
kasus terpilih kelompok kemudian dikerjakan oleh kelompok dalam bentuk format Modul 1-5 dan presentasi berupa powerponit yang disertai batasan,
etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, modul 1-5 dan konseling. h.
Kasus terpilih dipresentasikan oleh kelompok masing-masing pada hari kelima ke-5.
i. Setiap kasus perorangan yang sudah didiskusikan dengan Apoteker
pembimbing dan kasus terpillih yang sudah mendapat perbaikan dari Apoteker pembimbing kemudian dikumpulkan ke dalam 1 CD beserta tugas
yang diberikan.Selama kegiatan PKPA di IRNA medik, adapun profil diagnosis penyakit pasien pada beberapa ruangan yang dijadikan kegiatan
praktek profesi antara lain:
Tabel 3.97 Profil Diagnosis Penyakit IRNA Medik di Tiap Ruangan Ruangan
Contoh Kasus Pandan I 1.
Melena e.cs gatrophaty NSAID+DM2+ulkus pedis D + anemia+ sepsis.
2. AML Pro Kemo siklus IV.
3. DM ND V+Vomiting e.c Uremuc syndrome+HT stage II JNC
VII+Anemia+ISK. 4.
CKD st.V HD Regular + Anemia + HT stage II resisten + edema paru perbaikan + post.edema paru 1011 + overload syndrome
dan phlebitis 1211 + anemia Hb 7.8 1311 5.
Post melena ec SSH + gastritis erosive + s dvt + hipoalbumin + hypokalemia
6. LNH Inguial intermediate cell high grade st. II A + pro kemoterapi
CHOP 1 dan 2. 7.
CKD satge V HD regular 2xminggu + pro Aff CAPD + HT stage II JNC 7
8. DMND V + anemia + asidosis metabolic + HT I + HCAP Tn. H
1242xxxx 63 tahun 9.
Pancytopenia pro evaluasi Tn. AS 1242xxxx 46 tahun 66 kg. 10.
DMND V + ulcus digiti V Manus s + sepsis + s.ISK + asidosis metabolik + uremic ensepalopati + HT st II + Hiperkalemia
11. CKD V + asidosis metabolik + hiperkalsemia.
12. LNH colli s diffuse large B cell type st I b + post RIII CHOP V +
SD. 13.
SH+ VE grade III + Hipoalbuminemia + Asites +Pansitopenia + Post melena
14. DMND stage V HD regular 2x seminggu+ DCFC tage II-III+
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 235
Ruangan Contoh Kasus
early oedem paru + depresi berat non psiksosis 15.
Penurunan kesadaran + CKD stage V HD regular seminggu 2x
Pandan II
1. DM ND stage IV+Gangren Pedis dextra st III +
Hyperkalemia+hypoalbumin. 2.
CKD stage V+HT stage I+BPH grade III+Asidosis metabolik + Hyperkalemia+gross hematuria + hyponatremia + Hipoalbumin.
3. Hematemesis melena e.c gastropathy NSAID+CKD stage
V+multiple BSK ds+multiple ren ds+HN sedang ds+AKI dd ACKD+asidosis metabolic+hyperkalemia.
4. DMND V Post HD CHD + s. HCAP + Efusi pleura bilateral +
ISK + Post SRMD + Overload syndrome membaik + asidosis metabolic + post hyperkalemia + hipoalbumin
5. CKD st.V general tonik seizure enselopati uremik + asidosis
metabolic + anemia + hipoalbumin + CAP. 6.
DM tipe II + gangrain pedis D wagner III + sepsis MODS + hipoalbuminemia + hiponatremia + hipotonik euvolemi.
7. DMND V+asidosis metabolic+ post edema paru+ s CAP + anemia
+ hipoalbumin + HT stage II JNC8. 8.
hematemesis melena ex pecahnya VE + SH child C + anemia + hipoalbumin + DM tipe 2.
9.
CKD st V: DCFC I-II + PJK Anterior + uremic syndrome + asidosis metabolik + anemia.
10. DMND V HD regular 1x seminggu + Hipertensi stage II + oedem
paru + effuse pleura berat + anemia +pro cito HD. 11.
CKD V+ Anemia +Hiperkalemia+ Asidosis metabolic terkompensasi post HD 13112015 +udem paru + HCAP.
12.
Hematemesis melena ec pecahnya VE + SH Child B + Anemia + Hipoalbumin+ DMT 2
Pandan Wangi
1. DM ND IV+hipoalbumin+HT stage I+Anemia+DCFC II.
2. DM tipe II+ulkus pedis s waghner III+sepsis+ISKada gangren.
3.
DMND V + uremic synd + as. Metabolic + anemia + edema paru + candidiasis oris + HT st II JNC VII + Post HD cito +
s.ISK 4.
DMT 2 + Post Hipoglikemia e.c glimepiride + Ulkus Pedis D Wagner 1 + Hipoalbumin + anemia.
5. DM tipe II + ulkus pedis wagner III S + syok sepsis + ACKD +
anemia. 6.
Gastritis kronis + DD’s Ca gaster + hipokalemia + hypoalbuminemia Ny. S 1242xxxx 57 tahun.
7. CKD stage 5 + anemia + s. ISK + sepsis + hiponatremia
euvolemik + HT terkontrol Ny MD 1243xxxx 23 tahun 52 kg.
8. post melena ec Gastropathy NSAID + anemia + hipoalbumin.
9. CKD st V + nefrolitiasis D hidronefrosis sedang bilateral +
hepatitis B kronis + asidosis metabolik + hiperkalemia + edema
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 236
Ruangan Contoh Kasus
paru akut + s ISK – sepsis.
10. DMND III+ulcus pedis s wagner III +sepsis +anemia
+hipoalbumin+ hyperkalemia +hipertiroid. 11.
CKD stage V GFR 9,2 suspect sirosis hepatic + esophalopati grade 1+ hipoalbumin + trombositopenia + anemia
Rosella 1.
GEA+Dehidrasi sedang+AKI+s.ISK 2.
DHF grade I + vomiting 3.
Febris e.c Typhoid fever. 4.
LNH inguinal DS large B cell type stad III B partal response post ICE I + hipoalbuminemia + sepsis + AKI + hiponatremia +
hipotonik + hipovolemik + ESO grade III Tn. A 1237xxxx 60 tahun 54 kg
5. S. ISK + HCAP + AKI + sindroma nefrotic + anemia +
hypoalbuminemia Ny. WN 1245xxxx 38 tahun 65 kg. 6.
s.DHF+ DM II + hiperglikemia. 7.
Diare kronis+ s colitis ca colon + sepsis + hipoalbuminemia + hipokalemia.
8. ISK + s. BPH + sepsis+ AKI
9. Thypoid +Vomiting + Dyspepsia.
10. GEA dehidrasi sedang +obs febris dengue fever +sepsis
+dyspepsia
Camellia 1.
ASD+AF+DCFC IV. 2.
PJK STEMI+Inferior-RV-posterior+DM tipe II. 3.
DCFC IV + ICM + LVT + DMT2 + AKI CRF tipeII + iskemik hepatitis+ hiperglikemia.
4. RHD MSI sedang + AR sedang + DCFC II + AF moderate Ny.
DA 1245xxxx 20 tahun 5.
TAVB + TPM + HT stage I + efusi pleura bilateral + DCFC II + AR sedang + HT terkontrol Ny. SH 1245xxxx 55 tahun
. 6.
TVAB+ Hipertensi Heart Failure + DCFC I-II + Stable Angina. 7.
PJK STEMI + Killip 1 + hipospadia
Palem 1 1. TB paru XDR+Hypokalemia+hipoalbuminemia+DM tipe
II+eflusi pleura dextra.
2. Fluidopneumothorax on wsd+TB paru on terapi kat 1 fase
lanjutan+hepatitis C. 3.
Abcess cerebris dd Granuloma + TB paru on terapi kategori I fase lanjutan bulan I + Pneumotorax spontan sekunder.
4. PPOK eksaserbasi akut + CAP + Gagal nafas tipe 2 + hipoalbumin
+ Hipertensi stage I 5.
Pyopneumothorax spontan sekunder D + TB Paru + Sepsis + bronchopleural fistula + OMSK + depresi.
6. Sesak nafas + PPOK akut eksaserbasi + CKD stage 3 + HN +
nefrolitiasis + HT terkontrol Tn. MM 1245xxxx 64 tahun 68 kg
7. s. tumor paru + metastase paru reticulonoduler pattern + HCAP
Tn. T 1245xxxx 42 tahun 52 kg
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 237
Ruangan Contoh Kasus
8. Efusi pleura S teroganisasi + s. TB paru + CAP +
hipoalbuminemia + hiponatremia + sepsis + DM tipe II Tn. OS 1245xxxx 40 tahun 49 kg.
9. TB paru kasus baru + CAP + scrofuloderma + Hipoalbumin +
transaminitis pro evakuasi. 10.
sesak nafas+ VCSS+tumor mediastinum + hypokalemia + efusi pleura D
11. Hemoptope +TB paru kasus baru +CAP + anemia mikrosister.
12. Cardiomyopathy+DCFC 2 hipertensi stage I+ DM tipe 2 + Efusi
pleura bilateral+ Lung Oedema Anasarcara +Ateleksis. 13.
Sesak nafas +CAP+ TB Paru + Hipoalbumin + DM tipe II + Hiponatremi hipnotik hipovolemi
14. OMI anteroseptal +ICM + DCFC II-III + AKI susp CRS tipe 1
Tabel 3.98 Profil Obat Berdasarkan Terapi Berdasarkan Kelas Terapi Irna Medik
Ruangan Kelas Terapi
Profil Terapi Pandan I
Antiplatelet Aspirin
Antidiabetik Glimepirid, Glibenklamid, Insulin
Humilin N, Humolog Cartige 100, Levemir, Apidra, Lantus, Actapid,
Novarapid Antihipertensi
Captopril, Amlodipin, Valsartan, Propanolol
GI agent Ranitidin, Omeprazole, Lansoprazole,
Sukralfat Diuretik
Furosemid dan Sipironolakton Antiemetik
Ondansetron, Metoklopramid, Domperidon
Antibiotik Ceftriaxon, Cefixime, Levofloxacin
Antidislipidemia Simvastatin, Gemfibrosil
Analgesik, Antipiretik Ketorolac, Metamizol, Ibuprofen,
Parasetamol Produk Pengganti
Plasma Albumin, PRC
Vitamin dan suplemen CaCO3, Asam Folat
Elektrolit dan Nutrisi Infus PZ, D5, RL, PZ:D5, KA EN MG3
Pandan II Antidiabetik
Glimepirid, Glibenklamid, Insulin Levemir
Antihipertensi Captopril, Amlodipin, Valsartan
GI agent Ranitidin, Omeprazole
Diuretik Furosemik
Antiemetik Ondansetron, Metoklopramid,
Domperidon
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 238
Ruangan Kelas Terapi
Profil Terapi
Antibiotik Ceftriaxone, Cefixime, Lefofloxacin
Analgesik, Antipiretik Ketorolac, Metamizol, Ibuprofen,
Parasetamol Produk Pengganti
Plasma Albumin, PRC
Elektrolit dan Nutrisi Infus PZ, D5, RL, PZ:D5, KA EN MG3
Vitamin dan suplemen CaCO3, Kalitake
Pandan Wangi
Sitostatika Rituximab, Cyclophosphamide,
Doxorubicin, Carboplatin, Cisplatin, Vincristin
Produk Darah Albumin, PRC
Antidiabetik Insulin Actrapid
Antigout Allopurinol
Antihipertensi Amlodipin, Captopril, Valsartan,
Lisinopril Diuretik
Furosemid Larutan elektrolit dan
Nutrisi PZ, RL, D10
Suplemen Kalsium Ca glukonas, CaCO3
Antibiotik Amoxyclav, Ampicilin Sulbactam,
Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Meropenem
Analgeik Parasetamol, Ketorolac, Metamizol,
Tramadol Antiemetik
Metoclopramid, Ondansetron Kortikosteroid
Dexamethason, Prednison, Metylprednisolon
Rosella
Antiemetik Metoclopramide
Antihipertensi Captopril, Amlodipin
Antidiare Attapulgit, Loperamid
GI Reflux, abdomen Pain
Omeprazole, Ranitidin Larutan elektrolit dan
Nutrisi RL, D5
Terapi Hipokalemia KSR, Premixed KCl
Camellia Antibiotik
Amoxicilin, Cefotaxime, Cefixime, Ceftriaxone, Ciprofloxacin
Adrenergik agonis Epinefrin, Norepinefrin
Antikoagulan Warfarin, Heparin
Antianginan ISDN, Nitrogliseri
Antihipertensi Amlodipin, Captopril, Tenapril,
Valsartan, Bisoprolol Antihiperlipidemia
Simvastatin, Atorvastatin, Pravastatin Antiplatelet
Aspirin, Clopidrogel GI Reflux, abdomen
Omeprazole inj, Ranitidin, Sukralfat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 239
Ruangan Kelas Terapi
Profil Terapi
Pain syr
Diuretik Furosemid, Spironolakton, HCT, Manitol
Fibrinolitik Alteplase, Streptokinase
Inotropik Digoksin, Dopamin, Dobutamin
Inotropik Terapi Hipokalemia KSR, KCl
Palem Analgesik
Paracetamol, Codein Vitamin
Vitamin B complex Elektrolit
KSR, KCl
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 240
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan Kegiatan PKPA di Produksi
Unit produksi merupakan salah satu unit kegiatan di bawah Instalasi Farmasi yang ada di RSUD Dr.Soetomo guna menghasilkan suatu persediaan obat mulai
dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pengemasan hingga sediaan siap di distribusikan. Unit produksi di RS Dr. Soetomo bertugas untuk membuat dan
menyediakan sediaan steril maupun non steril yang tidak adasukar didapat di pasaran, sediaan yang memiliki komposisi atau konsentrasi tertentu, sediaan yang
tidak stabil dalam penyimpanan atau recenter paratus dan sediaan yang digunakan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. Selain pembuatan sediaan-sediaan
tersebut, unit produksi juga melakukan penanganan obat-obat sitostatika, pembuatan TPN Total Parenteral Nutrition serta repacking sediaan yang
memiliki waktu stabilitas pendek. Tujuan awal dari adanya unit produksi di instalasi farmasi RSUD Dr.
Soetomo adalah untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit akan obat-obatan yang tidak tersedia di pasaran, sehingga harus dibuat sendiri. Dengan adanya unit
produksi bersama dengan laboratorium internal farmasi, kualitas sediaan yang dihasilkan dapat dijamin sehingga keselamatan dan keamanan pasien dapat dicapai.
Kegiatan di unit produksi RSUD. DR Soetomo terdiri dari proses handling cytotoxic, aseptic repacking obat injeksi, pembuatan TPN serta pembuatan sediaan
yang diproduksi oleh unit produksi, seperti ekstrak alergen, cairan volume kecil, cairan desinfektan-antiseptik dan beberapa cairan non steril.
Proses handling cytotoxic merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di unit produksi RSUD DR. Soetomo. Obat sitostatika besifat toksik terhadap sel
karsinogenik, mutagenik dan teratogenik, sehingga paparan obat-obat sitostatika tidak hanya memiliki efek samping bagi pasien yang sedang menjalani kemoterapi,
tetapi juga memiliki bahaya terhadap petugas jika tidak ditangani dengan benar. Paparan sediaan sitostatika terhadap petugas dapat terjadi secara inhalasi, absorbsi
melalui kulit, tertusuk jarum atau tertelan. Oleh karena itu, penanganan obat-obat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 241
sitostatika hendaknya dilakukan dengan teknik aseptis dalam biological safety cabinet BSC oleh petugas yang terlatih dan terampil dalam pencampuran sediaan
sitostatika serta dilengkapi dengan alat pelindung diri APD. Tujuan dari handling cytotoxic yaitu meminimalkan resiko kontaminasi
terhadap sediaan jaminan sterilitas, meminimalkan resiko paparan terhadap petugas yang kontak dan lingkungan serta menjamin kualitas sediaan. Langkah
yang dilakukan sebelum melakukan handling cytotoxic yaitu mengkaji ulang form permintaan sitostatika dari setiap unit pelayanan farmasi UPF seperti pengkajian
dosis yang disesuaikan dengan kondisi pasien LPT dan fungsi renal, kompatibilitas dengan pelarut, cara rekonstitusi dan pengenceran, stabilitas obat,
penentuan kadaluarsa dari sediaan campuran sitostatika berdasarkan pada literatur yang ada, penentuan cara penyimpanan dari sediaan sitostatika serta pemberian
rekomendasi terkait obat sitostatika. Lembar RPO sitostatika injeksi dibuat rangkap 5 lembar putih diletakkan di lembar RM pasien, lembar merah untuk unit produksi,
lembar hijau dan kuning untuk unit pelayanan farmasi dan lembar biru akan diserahkan kepada perawat setelah dilakukan penyiapan oleh farmasi. Dokter
penulis resep menuliskan regimen kemoterapi, dosis yang diberikan, jumlah dan jenis pelarut yang akan digunakan, premedikasi yang akan diberikan, data berat
badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh serta nilai kreatinin pasien. Kemudian akan dikaji oleh Apoteker di ruangan dan diserahkan kepada Apoteker di unit
produksi untuk dikaji kembali dan dilakukan persiapan handling cytotoxic. Pendistribusian sediaan sitostatika ke ruang perawatan pasien dikirim dalam
tempat yang tertutup dan diberi label tanda obat sitostatika. Obat sitostatika yang telah ditangani diperiksa kembali kebenarannya oleh petugas, dimasukkan ke dalam
plastik hitam dan beri etiket, kemudian diserahkan kepada petugas berikutnya melalui pasbox untuk diberi plastik klip, lalu menuliskan nama pasien serta ruangan
pasien tersebut, setelah itu obat siap dikirimkan ke ruangan pasien, Semua limbah sitostatika, baik alat-alat disposable yang digunakan untuk penanganan sediaan
jarum, spuit, ampul dan vial, serta infus bag tempat dicampurkannya sediaan sitostatika dibuang dalam wadah khusus yang dilapisi kantong plastik ungu. Semua
limbah sitostatika dimusnahkan di incinerator pada suhu 1100°C.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 242
Proses repacking pengemasan kembali ditujukan untuk sediaan injeksi yang memiliki waktu stabilitas pendek ≤ 24 jam setelah direkonstitusi dan sediaan
injeksi yang tersedia di pasaran dalam kemasan besar. Proses repacking menghemat biaya pengobatan pasien dengan mengefisienkan penggunaan sediaan injeksi,
dalam arti pasien tidak membayar untuk 1 vial utuh sediaan, tetapi hanya membayar untuk porsi yang digunakan saja. Penyimpanan sisa sediaan injeksi juga dapat
diminimalisasi, karena repacking mengemas kembali dalam kemasan dan jumlah yang lebih kecil. Proses pengemasan kembali sediaan-sediaan injeksi dilakukan
secara aseptis dibawah laminar air flow LAF untuk tetap menjaga sterilitas sediaan. Contoh sediaan injeksi yang di repacking yaitu adalah serbuk injeksi
gansiclovir 500 mgvial, dikemas ulang dalam dosis 50 mg serta meropenem 500 mgvial di repacking menjadi dosis 100 mg per vial.
Pencampuran TPN Total Parenteral Nutrition juga dilakukan di unit produksi. Pencampuran TPN juga hendaknya dilakukan dengan teknik aseptis oleh
tenaga terlatih untuk menjamin kualitas dan sterilitas sediaan nutrisi untuk pasien. Formulasi TPN disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi pasien dengan tetap menjaga
stabilitas sediaan dan formula standar. Tujuan pemberian TPN pada pasien diantaranya adalah untuk memenuhi nutrisi pasien dalam keadaan tidak dapat
mencerna makanan melalui mulut, menghindari komplikasi, meningkatkan kualitas hidup, menjaga fungsi organ dan mempercepat penyembuhan. Peran Apoteker
dalam pencampuran TPN adalah melakukan pengadaan, penyimpanan, pencampuran TPN serta mengidentifikasi adanya interaksi TPN dengan obat.
Sediaan TPN yang akan didistribusikan dikemas dalam plastik gelap serta diberi etiket untuk keterangan pasien yang bersangkutan.
Ekstrak alergen dan sediaan volume kecil juga dibuat di unit produksi. Pembuatan ekstrak alergen didasarkan pada permintaan dari RSUD Dr. Soetomo
sendiri dan dapat pula dari luar RS. Pengerjaan ekstrak alergen dilakukan secara aseptis dan dibuat dalam volume yang kecil. Ekstrak alergen yang dihasilkan diuji
oleh Laboratorium Farmasi, jika sudah dinyatakan steril ekstrak alergen dapat digunakan. Hal ini juga berlaku untuk sediaan steril yang diproduksi oleh RSUD
Dr. Soetomo. Adapun kendala dalam produksi ekstrak alergen, yaitu penyediaan bahan baku alergen yang sukar diperoleh, seperti bulu hewan. Contoh ekstrak
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 243
alergen yang dibuat di unit produksi RSUD Dr. Soetomo adalah larutan kontrol solutio coca, histamin , alergen inhalant debu, kapuk, bulu hewan , alergen
makanan kepiting, putih telur, kuning telur, coklat, mangga, semangka, daging sapi, daging ayam, dll. Contoh sediaan volume kecil yang dibuat di unit produksi
RSUD Dr. Soetomo adalah triple dye, oleum cocos, NaCl 15, metylen blue, Na. Tiosulfatdan talk 7 dalam PZ.
Seluruh proses produksi di RSUD Dr. Soetomo dilakukan pemeriksaan kontrol kualitas sebelum sediaan di distribusikan dan pemeriksaan sampel
pertinggal setiap beberapa bulan sekali di laboratorium farmasi untuk pengujian stabilitas sediaan yang diproduksi. Setiap batch produk yang dibuat, sebelum
dilakukan pengemasan dilakukan pengujian kadar. Produk yang telah lolos uji dilengkapi label yang berisi nama produk, kekuatan, tanggal produksi, tanggal
kadaluarsa dan nomor batch produksi. Setiap batch produk yang akan di distribusikan diambil sampel pertinggalnya untuk diuji lagi pada kemudian hari
secara rutin atau jika terjadi komplain dari pengguna.
4.2. Pembahasan Kegiatan PKPA di Unit Penyimpanan Perbekalan
Farmasi Standar UPPFS
Kegiatan PKPA di Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar UPPFS adalah melakukan pengamatan terhadap aspek manajemen farmasi yang meliputi
perencanaan anggaran, pengadaan, pemeriksaan, penerimaan, penyimpanan, pengamanan,
pendistribusian, pencatatan,
pelaporan, pengendalian
dan pemusnahan perbekalan farmasi standar. Dalam mengadakan perencanaan
anggaran dan pengadaan perbekalan farmasi standar telah disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja di RSUD Dr. Soetomo. Alur penerimaan dan pengeluaran
barang di UPPFS RSUD. Dr. Soetomo belum bisa menerapkan sistem yang memenuhi standarisasi. Alur penerimaan barang seharusnya tidak melalui pintu
yang sama dengan alur pengeluaran barang sehingga tidak menganggu kelancaran dalam pengambilan barang untuk didistribusikan ke tiap UPF, poli-poli non
farmasi, atau ruang tindakan yang meminta barang dari UPPFS.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 244
Pada ruang penyimpanan juga terjadi penumpukan barang dari UPPFI yang berada di depan gudang UPPFS sehingga mengganggu kegiatan pelayanan di
UPPFS, hal ini diakibatkan karena tidak cukupnya ruang penyimpanan di UPPFI. Pengendalian perbekalan farmasi di UPPFS tidak mengalami kendala yang
berarti, karena telah dilakukan evaluasi terhadap persediaan yang jarangtidak digunakan serta selalu dilakukan stock opname secara berkala yaitu 1 kali dalam 1
bulan. Pemusnahan perbekalan farmasi yang death moving dan ED disesuaikan dengan jadwal antrian incenerator sehingga barang rusakdead moving dan ED
menumpuk digudang, hal ini juga semakin mempersempit ruang penyimpanan. Kegiatan yang dilakukan di unit penyimpanan perbekalan farmasi standar
secara keseluruhan telah sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit menurut Permenkes terbaru nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
Rumah sakit. Hal ini terbukti dengan telah lolosnya akreditasi ditingkat paripurna dengan terakreditasi A. Sebaiknya dilakukan pelatihan untuk AA dan petugas agar
lebih mengerti job desk masing-masing personel sehingga pelayanan di UPPFS dapat berjalan lebih baik. Selain itu perlu dilakukan evaluasi kinerja para petugas
UPPFS sehingga hasil kerja petugas lebih optimal dan monitoring rutin terhadap jumlah pengadaan dan pendistribusian perbekalan farmasi sehingga ruang
penyimpanan bisa lebih tertata dan dapat mencukupi sesuai kebutuhan RSUD. Dr. Soetomo.
4.3. Pembahasan Kegiatan PKPA di Unit Penyimpanan Perbekalan
Farmasi Individu UPPFI
Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS dalam UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit dengan sistem satu pintu. Dalam pelaksanaannya, IFRS di RSUD Dr. Soetomo membagi pengelolaan tersebut
menjadi dua bagian yakni UPPFI dan UPPFS. Pertimbangan pembagian menjadi dua unit pengelolaan ini berdasarkan besarnya beban kerja yang harus dilakukan.
Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Individu UPPFI merupakan unit fungsional di IFRS yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi individual
diantaranya perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan evaluasi
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 245
perbekalan farmasi serta administrasi yang berada di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS. Dan sistem yang digunakan khususnya
terkait anggaran di RSUD Dr. Soetomo ini telah menggunakan Sistem Badan Layanan Umum Daerah BLUD.
Pada Dasarnya, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dijelaskan dalam Permenkes nomor 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan
dan penarikan, pengendalian dan administrasi. Namun, pengadaan tidak dilakukan langsung oleh IFRS melainkan dilakukan oleh penyedia barang atau jasa
pemerintah sesuai PP nomor 54 tahun 2010 pada pasal 7 yaitu Pengguna Anggaran PAKuasa Pengguna Anggaran KPA, Pejabat Pembuat Komitmen PPK,
ULPPejabat Pengadaan, PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Adanya ketidaksinambungan dalam kebijakan pemerintah ini tentunya menjadi kendala
tersendiri bagi UPPFI dalam melakukan penjaminan mutu dan pengelolaan secara umum. Sehingga ke depannya diharapkan ada sinergitas kebijakan dan perbaikan
sistem sehingga IFRS bisa menjalankan tanggungjawabnya dengan baik dalam menjamin mutu serta melakukan pengelolaan dengan baik.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan melalui e-purchasing. Sistem e-purchasing ini memiliki kelebihan yakni
harga pengadaan lebih transparan karena sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Namun karena sistem e-purchasing ini digunakan secara nasional dan berbasis online
sehingga membutuhkan proses yang lama dan bergantung pada kualitas jaringan internet. Selain itu, terjadi banyak kekosongan obat karena Industri Farmasi menilai
harga yang dipatok terlalu murah sehingga beberapa item obat tidak lagi diproduksi atau bisa terjadi keterlambatan penyediaan barang karena Industri Farmasi yang
ditunjuk memiliki beban kerja yang sangat tinggi. UPPFI tidak melakukan pengadaan langsung namun bertangungjawab
dalam melakukan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Rumah Sakit. Oleh karena itu, UPPFI melakukan perencaan berdasarkan metode
konsumsi, anggaran yang tersedia, waktu tunggu pemesanan 10 hari, dan adanya
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 246
rencana-rencana pengembangan lainnya. Berikut merupakan alur perencanaann anggaran dan pengadaan UPPFI secara garis besar yaitu:
Gambar 4.1 Alur perencanaan anggaran dan pengadaan UPPFI
UPPFI membuat perencanaan usulan kebutuhan untuk diusulkan pada Kepala IFRS untuk mendapatkan persetujuan, usulan kebutuhan yang telah disetujui oleh
IFRS dikirim ke PPTK, selanjutnya ke PPK dan KPA untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan aturan. Perencanaan untuk obat dan alkes dilakukan setiap tiga bulan
sekali berdasarkan kebutuhan rata-rata per bulan melalui usulan kebutuhan UK sedangkan untuk perencanaan anggaran dilakukan pertahun sehingga anggaran
untuk tahun depan dapat diperkirakan setahun sebelumnya. UPPFI membuat rancangan usulan kebutuhan UK
Diajukan pada Kepala IFRS
Kepala IFRS menyetujui usulan kebutuhan UK dari UPPFI
Dikirim ke PPTK Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan PPTK meneruskan ke Kuasa Pengguna
Anggaran KPA Diteruskan ke PPK
Pejabat Pembuat Komitmen PPK mengubah usulan kebutuhan menjadi Rencana Anggaran Bisnis RAB
RAB diproses menjadi Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA untuk selanjutnya diproses guna pengadaan oleh panitia pengadaan RSUD
PPK menerbitkan surat pesanan SP dan surat perintah kerja SPK untuk memenuhi permintaan UPPFI
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 247
Hal-hal yang perlu diamati dalam perputaran obat atau alkes di UPPFI RSUD Dr. Soetomo yaitu:
1. Slow Moving merupakan perputaran obat dengan frekuensi pengeluaran
tidak banyak. 2.
Fast Moving merupakan perputaran obat dengan frekuensi pengeluaran yang banyak .
3. Dead Moving merupakan obat yang tidak keluar lagi setelah 6 bulan
tersimpan digudang penyimpanan obat dan perlu dilakukan evaluasi. 4.
Obat yang mendekati expired date dapat diterima sesuai dengan persyaratan farmasetis, kebutuhan, dan kebijakan dari rumah sakit
misalnya untuk sediaan tablet, kapsul,sirup minimal 2 tahun sebelum expired date.
Adapun tindak lanjut untuk obat yang mengalami dead moving dan mendekati expired date yaitu dapat dikembalikan ke PBF jika sudah ada perjanjian
sebelumnya dengan syarat obat masih memenuhi syarat sesuai yang diajukan oleh PBF.
Kegiatan PKPA di Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Individual UPPFI antara lain:
1. Mendapatkan gambaran umum tentang kegiatan di Unit Pengelolaan
Perbekalan Farmasi Individu UPPFI RSU Dr. Soetomo. Gambaran umum kegiatan di UPPFI sebagai berikut :
a. Perencanaan
b. Penerimaan dan Penyimpanan
c. Pendistribusian
d. Pengendalian
e. Administrasi
2. Meninjau sistem penyimpanan di Unit Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Individual UPPFI. Sistem penyimpanan obat di UPPFI menggunakan penyusunan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berdasarkan kelas terapi farmakologi dan alfabetis
b. Berdasarkan stabilitas sediaan suhu
c. Berdasarkan narkotika, psikotropika, prekusor
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 248
d. Berdasarkan kategori high alert, LASA, Narkotika, psikotropika
e. Berdasarkan FIFO FEFO
f. Obat yang mendekati 3 bulan expired date di pisahkan.
3. Meninjau sistem administrasi di Unit Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Individual UPPFI.Sistem administrasi di UPFFI sebagai berikut : a.
Merekapitulasi penyerahan : mencocokan barang yang datang dengan faktur, jika sesuai kemudian di entry nama, jumlah serta nominal
obatalat kesehatan oleh AA setelah itu berkas rekap belanja yang sudah di entry dikembalikan ke bagian administrasi
b. Kelengkapan berkas : Adanya surat pesanan SP dan surat perintah
kerja SPK. Setelah berkas lengkap di tanda tangani oleh tim pemeriksa, kemudian di serahkan ke kepala UPPFI untuk di tanda
tangani. Setalah itu diserahkan ke Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan PPTK
c. Membuat laporan triwulan berdasarkan SP dan SPK
d. Administrasi untuk permintaan CITO dengan menggunakan form
CITO 4.
Meninjau sistem pendistribusian di Unit Pengelolaan Perbekalan Farmasi Individual UPPFI.
5. Mengetahui perbedaan antara UPPFI dan UPPFS
UPPFI melakukan pengelolaan perbekalan farmasi serta manajemennya, tujuan dilakukannya manajemen dalam UPPFI yaitu sebagai berikut:
1. Tersusunnya standar obat berdasarkan analisis farmakologi,
farmakoepidemiologi dan farmakoekonomi sehingga dapat menjamin kualitas, ketersediaan, keamanan dan efektivitas penggunaan obat.
2. Terciptanya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang
menjamin perpindahan obat dari sumber ke pengguna dengan proses yang murah dan terpercaya, terhindar dari pemborosan, kerusakan dan
kehilangan, serta menjamin stabilitaskualitas obat sampai ke pengguna. 3.
Terciptanya sistem distribusi yang menjamin sampainya obat ke pengguna dengan cara efektif.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 249
4. Terbentuknya sistem informasi yang menjamin bahwa setiap aktivitas
kegiatan pengelolaan obat dilakukan secara bertanggung jawab dan menghasilkan keluaran sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.
Diharapkan dengan dilaksanakan manajemen perbekalan farmasi di UPPFI secara tepat, dapat diperoleh output sebagai berikut:
1. Tersedianya perbekalan farmasi yang bermutu dengan jumlah dan waktu
yang tepat. 2.
Terpenuhinya kebutuhan pasien rawat inap dan rawat jalan. 3.
Menurunnya jumlah perbekalan farmasi yang kadaluarsa, rusak atau hilang.
4. Tersedianya data perbekalan farmasi yang akurat sebagai bahan evaluasi.
Tabel 4.1 Tugas Terstruktur di UPPFI No.
Kelompok Tugas
1. Kelompok 1
Mengamati alur penyimpanan, alur pelayanan sistem perbekalan farmasi di UPPFI serta sistem
pengelolaan perbekalan farmasi individual.
2. Kelompok 2
1. Mengidentifikasi obat yang ada di RSUD Dr.
Soetomo dengan Formularium Nasional. 2.
Mengidentifikasi obat Expired Date ED bulan November, Desember 2015 dan Januari
sampai dengan Oktober 2016. 3.
Mengidentifikasi obat-obat sitostatika yang ada di RSUD Dr. Soetomo yang masuk
kedalam Formularium Nasional 20 macam obat.
4. Mengidentifikasi obat-obat Narkotika-
Psikotropika dan Prekursor yang ada di RSUD Dr. Soetomo.
5. Mengidentifikasi obat-obat Kronik yang ada
di RSUD Dr. Soetomo 20 macam obat.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 250
6. Mengidentifikasi alat kesehatan seperti
benang yang tersedia di RSUD Dr. Soetomo nama Merk.
7. Mengidentifikasi alat kesehatan disposible
yang tersedia di RSUD Dr. Soetomo 20 jenis
3. Kelompok 3
Mengamati alur penyimpanan, alur pelayanan sistem perbekalan farmasi di UPPFI serta sistem
pengelolaan perbekalan farmasi individual.
4. Kelompok 4