Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 88
No. Nama Obat
No. Nama Obat
10. Furosemide
28. Asetosalaspirin
11.
Valsartan 29.
Amiodran
12. Propanolol
30. Gemfibrozil
13. Bisoprolol
31. Ticagrelol
14.
Artovastatin 32.
Candesartan
15. Verapamil
33. Kaptopril-tensicap
16. Doxazosin
34. Hidroklorotiazid
17.
Isosorbid dinitrat 35.
Pravastatin
18. Fenofibrat
Tabel 3.30 Daftar Nama Obat Kemoterapi pada Booklet
No. Nama Obat
No. Nama Obat
1.
Asparginase 24.
Lapatinib
2. Bevasizumab
25. Leukoforin
3. Busulfan
26. Melfalan
4. Bleomisin
27. Merkaptopurin
5. Dakarbasin
28. Mesna
6.
Daktinomisin 29.
Metotreksat
7. Daunorubisin
30. Mitomisin
8. Doksorubisin
31. Nilotinib
9.
Dosetaksel 32.
Nimotuzumab
10. Epirubisin
33. Oksaliplatin
11. Erlonitib
34. Paklitaksel
12.
Etoposide 35
Rituksimab
13. Fludaribin
36 Setuksimab
14.
Flurourasil 37.
Siklofosfamid
15. Gefitinib
38. Sisplatin
16. Gemcitabin
39. Sitarabin
17.
Hidroksiurea 40.
Tamoksifen
18. Ifosfamid
41. Temozolamid
19. Imatinid
42. Trastuzumab
20.
Irinotekan 43.
Vinblastin
21. Kapesitabin
44. Vinkristin
22.
Karboplatin 45.
Vinorelbin
23. Klorambusil
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 89
3.6. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan IRJ
3.6.1. Latar Belakang
Praktek  Kerja  di  Instalasi  Farmasi  Rawat  Jalan  IRJ  merupakan  Praktek Kerja  Profesi  Apoteker  PKPA  periode  2015  di  Instalasi  Farmasi  Rumah  Sakit
IFRS  RSUD  Dr.  Soetomo.  Salah  satu  kegiatan  pelayanan  kefarmasian  di  IRJ adalah kegiatan pendistribusian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat  jalan  di  rumah  sakit  yaitu  dengan  menyalurkanmenyerahkan  sediaan farmasi,  alat  kesehatan  dan  bahan  medis  habis  pakai  dari  tempat  penyimpanan
sampai  kepada  pasien  dengan  tetap  menjamin  mutu,  stabilitas,  jenis  dan jumlahnya. Kegiatan pendistribusian tersebut dilaksanakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan system resep perorangan oleh Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.
Dalam  rangkaian  kegiatan  PKPA  ini,  mahasiswa  akan  melakukan  evaluasi terkait  pelayanan  farmasi  yaitu  dengan  melakukan  pengkajian  resep  baik  dari
aspek administratif, farmasetik maupun farmasi klinik.
3.6.2. Tujuan PKPA
1. Melakukan  pengkajian  resep  yaitu  pengkajian  administratif,  farmasetis
dan farmasi klinik. 2.
Mengidentifikasi dan menganalisa kelengkapan dan pola penulisan resep kesesuaian  dengan  Formularium  Nasional  dan  Formularium  Rumah
Sakit 3.
Melakukan proses dispensing 4.
Melakukan penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi 5.
Melakukan konseling
3.6.3. Manfaat PKPA
Berdasarkan  hasil  evaluasi  data  diharapkan  dapat  digunakan  untuk membantu peningkatan mutu dan kinerja UPF IRJ RSUD Dr. Soetomo.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 90
3.6.4. Tinjauan
3.6.4.1.  Gambaran Umum Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
Unit Pelayanan Farmasi Rawat jalan IRJ RSUD Dr. Soetomo adalah salah satu unit penunjang pelayanan kefarmasian dibawah instalasi Farmasi RSUD Dr.
Soetomo. Pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di  Rumah  sakit  dilakukan  oleh  unit  pelayanan  farmasi  yang  merupakan  upaya
untuk mempermudah pengeloloan serta pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD Dr. Soetomo melalui sistem
satu pintu. Struktur  organisasi  unit  pelayanan  farmasi  IRJ  RSUD  Dr.  Soetomo  dapat
dilihat pada gambar 1.10.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 91
Gambar 3.10 Strktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi IRJ RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Ka. Instalasi Farmasi Ka. Instalasi Rawat
Jalan
UPF IRJ Non Umum lt. 1, 2. UPF IRJ Umum lt.3
UPF HD UPF IRJ Umum
lt.1 UPF IRJ lt. 4
UPF JKN I UPF JKN II
UPF Umum lt.3 UPF HD
Poli HD BPJS
JKN ASKES PKS
Seluruh Poli lt.1,2,3,4
Poli lt. 1,2 + inhealth
Poli lt. 3,4
JKN selain Askes
Poli lt. 3,4 Poli 1,2
Poli lt. 3,4
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 92
Keterangan:
Poli lt 1 Orthopedi, Jantung, Kebidanan  kandungan, Paru, Geriatri, Onkologi satu atap POSA,
Obat TradisionalKomplementer Alternatif, UPIPI, Rumatan Metadon, TBC, Audiologi. Poli lt.2
Anak,  KB-Nifas-Infertiliti,  Penyakit  Dalam  II  Penyakit  Ginjal,  DM,  Thiroid,  Gastro EnterologiHepatologi,  Hematologi,  Rematologi,  Tropik  Infeksi,  THT  Otologi,  Alergi,
Onkologi, Gizi Poli lt.3
Mata, Saraf, Jiwa, Bedah Umum digest, anak, torakjantung pembuluh darah dan kepala leher, Urologi, Bedah Plastik, Bedah Saraf
Poli lt.4 Kulit  kelamin, Andrologi, Poli Rawat Luka
IRJ  RSUD  Dr.  Soetomo  mempunyai  46  unit  pelayanan  rawat  jalan  dan memiliki  104  poli  yang  melayani  pasien  lama  dan  baru  ataupun  pasien  rujukan
dari  rumah  sakit,  klinik,  puskesmas  dan  non-puskesmas.  Setiap  harinya  IRJ melayani  ±  3000  pasien  yang  berasal  dari  berbagai  status,  sehingga  pelayanan
kefarmasian dikelompokkan
berdasarkan status
masing-masing pasien.
Pembagian  status  tersebut  berdasarkan  penjamin  biaya  kesehatan  yaitu  pasien umum, pasien JKN Maskin, Jamkesda, Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan lain-
lain, pasien perjanjian kerjasama yang lain Pertamina, PLN. Terdapat beberapa dokumen yang harus dibawa pada saat proses pendaftaran agar memperoleh Surat
Keabsahan Peserta SKP misalnya untuk pasien JKN:   Membawa  kartu  peserta  JKN  Maskin,  Jamkesda,  Jamkesmas,  Askes,
Jamsostek, dan lain-lain   Surat rujukan asli yang masih berlaku 1 bulan sejak diterbitkan
  Kartu berobat   2  bendel  lampiran  yang  berupa:  Fotokopi  Kartu  Jamkesmas,  Fotokopi
kartu rujukan, fotokopi kartu keluraga
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 93
Prosedur alur penerimaan dan pendaftaran pasien di IRJ RSUD Dr. Soetomo dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut:
Gambar 3.11 Prosedur AlurPenerimaan dan Pendaftaran Pasien di IRJ RSUD Dr. Soetomo
3.6.4.2. Profil Unit Pelayanan Farmasi UPF IRJ RSUD Dr. Soetomo
Unit  pelayanan  Farmasi  Rawat  Jalan  berada  dibawah  tanggung  jawab seorang  apoteker  yang  melakukan  pelayanan  kefarmasian  seperti  pengelolaan
sediaan  farmasi,  alat  kesehatan  dan  bahan  medis  habis  pakai  dan  pelayanan farmasi klinik.
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai Apoteker  di  UPF  Rawat  Jalan  melakukan  proses  perencanaan  sediaan
farmasi  obat  generiknon  generik,  alat  kesehatan  dan  bahan  medis  habis  pakai untuk  menghindari  terjadinya  kekosongan  obat  dengan  menggunakan  metode
konsumsi, epidemologi
atau kombinasi
keduanya yang
dapat dipertanggungjawabkan  dan  disesuaikan  dengan  anggaran  yang  tersedia.  Proses
perencanaan  obat  juga  disesuaikan  dengan  Formularium  Nasional  dan Formularium Rumah Sakit
Setelah  melakukan  perencanaan,  apoteker  akan  melakukan  permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ke UPPFI seminggu
sekali yaitu pada hari selasa, kecuali UPF JKN 1 yang melakukuan permintaan 2x Pasien
Umum Pasien Baru
Pasien Lama Loket masing-
masing lantai Poli yang
dituju Pasien
ASKES JKN Mesin antrian
Loket JKN Poli yang
dituju Pasien Inhealth
Mesin antrian Loket Inhealth
Poli yang dituju
Pasien PKS Loket PKS
lt.1 Poli yang
dituju
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 94
seminggu pada hari Senin  dan Kamis. UPPFI merupakan unit pelayanan farmasi yang  akan  melakukan  perencanaan  ke  bagian  pengadaan  RS.  Kemudian,  UPPFI
akan melakukan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ke UPF rawat jalan sesuai dengan form permintaan. Sebelum sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di UPF Rawat Jalan masing-masing,  barang  akan  dicheck  terlebih  dahulu  sepertikeadaan  fisik  barang
yang  dipesan,  nama  barang,  jumlah  barang  yang  diminta  perencanaan  sudah sesuai  dengan  barang  yang  datang  serta  expired  date  juga  diperiksa.  Jika  sudah
sesuai  maka  dapat  dilakukan  input  ke  komputer  dan  obat  dapat  didistribusikan kepada pasien.
Metode  penyimpanan  obat  dan  alat  kesehatan  di  UPF  Rawat  Jalan dilaksanakan  sesuai  dengan  Permenkes  58  tahun  2014,  dimana  penyimpanan
sediaan  farmasi,  alat  kesehatan  dan  bahan  medis  habis  pakai  didasarkan  pada stabilitas,  kelas  terapi,  bentuk  dan  jenis  sediaan  dan  disimpan  dengan  sistem
FEFO  First  Expired  First  Out.  Disamping  itu,  sediaan  farmasi,  alat  kesehatan dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip norum
LASA  tidak  ditempatkan  berdekatan  dan  diberi  tanda  khusu  untuk  mencegah terjadinya  kesalahan  pengambilan  obat  yaitu  dengan  memberi  tallman  letter  dan
stiker LASApada jolly boxdan penyimpanannya tidak diletakkan berdekatan untuk meminimalkan  terjadinya  kesalahan.  Lalu,  untuk  obat  High  alert  pada  lemari,
jolly  box,  kemasan  sekunder  sampai  kemasan  primer  diberikan  stiker  high alertdan  dilakukan  double  check  saat  mengambil  dan  menyerahkan  obat  high
alert. Evaluasi dan monitoring persediaan farmasi di UPF rawat jalan RSUD Dr.
Soetomo  dilakukan  dengan  cara  melakukan  stok  opname.  Stok  opname adalah proses berkala untuk menghitung dan membandingkan jumlah fisik barang
dan persediaan yang sebenarnya dengan catatan persediaan.Stock Opname di UPF Rawat  JalanRSUD  Dr.  Soetomo  dilakukan  2x  yaitu  stock  opname  mandiriyang
dilakukan sebulan sekali  dan stock opname besar yang dilakukan setiap 3 bulan sekali  yang hasilnya dilaporkan ke Kepala  Instalasi  Farmasi RSUD Dr.Soetomo.
Obat  yang mendekati expired date ED  yaitu yang 6 bulan ditawarkan dulu ke UPF lain yang biasanya menggunakan obat tersebut. Jika UPF Rawat Jalan yang
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 95
lain  juga  tidak  dapat  menggunakan  obat  tersebut  dalam  waktu  dekat  maka  obat yang sudah dekat dengan tanggal ED akan dikembalikan ke gudang.
a. Pengkajian Resep
Dalam  menjalankan  pelayanan  farmasi  klinik  yang  merupakan  pelayanan langsung  oleh  Apoteker  kepada  pasien  dalam  rangka  meningkatkan  outcome
terapi,  meminimalkan  resiko  terjadinya  efek  samping  obat,  danmeningkatkan patient safety sehingga kualitas hidup pasien quality of life terjamin, apoteker di
UPF  Instalasi  Rawat  Jalan  RSUD  Dr.  Soetomo  dibantu  oleh  asisten  apoteker, tenaga  administrasi  dan  pekarya  memiliki  standar  operasional  prosedur  dalam
melakukan pelayanan farmasi di instalasi rawat jalan. Kegiatan  pelayanan  farmasi  klinik  diawali  dengan  melakukan  pengkajian
dan  pelayanan  resep.  Berdasarkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik Indonesi Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit,  resep  adalah  permintaan  tertulis  dari  dokter  atau  dokter  gigi  kepada apoteker  baik  dalam  bentuk  paper  mapun  electronic  untuk  menyediakan  dan
menyerahkan  obat  bagi  pasien  sesuai  peraturan  yang  berlaku.  Pelayanan  resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, oengkajian resep, penyiapan
sediaan farmasi,  alat kesehatan dan bahan medis habis  pakai  termasuk peracikan obat,  pemeriksaan,  penyerahan  disertai  pemberian  informasi.  Pada  setiap  alur
pelayanan  resep  dilakukan  upaya  pencegahan  terjadinya  kesalahan  pemberian obat  medication  error.  Kegiatan  ini  untuk  menganalisa  adanya  masalah  terkait
obat  dan  apabila  ditemukan  masalah  terkait  obat  harus  dikonsultasikan  kepada dokter  penulis  resep.  Apoteker  harus  melakukan  pengkajian  resep  sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis. Persyaratan administrasi meliputi:
  Nama, jenis kelamin, berat badan dan umur pasien   Nama dan paraf dokter
  Tanggal resep   Ruanganpoliunit asal resep dan stempel
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 96
Persyaratan Farmasetis meliputi:   Nama obat
  Bentuk sediaan   Kekuatan sediaan
  Jumlah sediaan obat yang diresepkan   Signa  aturan pakai
  Stabilitas obat   Ketersediaan
  Aturan, cara dan teknik pencampuranpembuatan dispensing
Persyaratan Klinis meliputi:   Kesesuaian penulisan resep dengan  Formularium  Nasional Formularium
Rumah Sakit   Ketepatan  Indikasi,  dosis  regimen  dosis,  frekuensi,  lama  pemberian,
saatwaktu pemberian obat dan cara penggunaan obat   Duplikasi terapi
  Efek adiktif obat   Interaksi obat-obat, obat-makananminuman, obat-hasil laboraturium
  Alergi   Menanyakan riwayat alergi, efek samping obat ESO
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 97
Gambar 3.12 StandarOperasional Prosedur Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan
Salah  satu  persyaratan  klinis  adalah  kesesuaian  penulisan  resep  dengan Formularium  Nasional  atau  Formularium  Rumah  Sakit.  Dimana  pengertian  dari
formularium adalah himpunan obat  yang diterimadisetujui oleh Komite Farmasi dan  Terapi  yang  dapat  direvisi  pada  setiap  batas  waktu  yang  ditentukan.
Berdasarkan  Keputusan  Direktur  Jenderal  Pelayanan  Medik  Departemen Kesehatan  RI  Nomor  0428YanmedRSKSSK89  pada  bab  1  pasal  1  dijelaskan
bahwa  formularium  rumah  sakit  merupakan  daftar  obat  baku  yang  dipakai  oleh rumah  sakit  yang  dipilih  secara  rasional  dan  delengkapi  dengan  penjelasan,
sehingga  merupakan  informasi  obat  yang  lengkap  untuk  pelayanan  medik  di rumah  sakit.  Formularium  Rumah  Sakit  terdiri  dari  obat-obatan  yang  tercantum
dalam DOEN dan beberapa jenis obat  yang sangat diperlukan untuk rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan
terapi  serta  keperluan  rumah  sakit  yang  bersangkutan.  Sedangkan  Formularium Nasional  FORNAS  adalah  daftar  obat  yang  disusun  berdasarkan  bukti  ilmiah
mutakhir oleh Komite Nasional Penyusun Fornas. Obat yang masuk dalam daftar
Pasien menyerahkan resep dari poli dan mengambil nomor antrian
AA Memeriksa dan menverifikasi kelengkapan administrasi pasien Telaan Resep dan Pengkajian Administrasi
Lengkap Tidak Lengkap
AA memasukkan data resep Obat disiapkan
Pengkajian Farmasi Klinik Obat diserahkan dan
diberikan informasi obat Konseling
Pengkajian Farmasetis
Telaah
resep
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 98
obat  Fornas  adalah  obat  yang  paling  berkhasiat,  aman  dan  harganya  terjangkau yang  disediakan  serta  digunakan  sebagai  acuan  untuk  penulisan  resep  dalam
sistem Jaminan Kesehatan Nasional JKN.
3.6.4.3. Identifikasi DRP
Drug  Related  Problem  DRP  merupakan  salah  satu    permasalahan  yang dapat terjadi didalam resep. Permasalahan-permasalahan yang terkait obat DRP
dikelompokkan kedalam tujuh kategori utama. Disamping DRP terdapat beberapa masalah lainnya dalam resep yang dapat terjadi yang dapat dilihat pada tabel 3.31
berikut:
Tabel 3.31 Permasalahan dalam resep Kategori masalah
Permasalahan Prescription
Related Problem PRP
1. Multiple prescription charts
Peresepan  polifarmasi  memungkinkan  terjadinya duplikasi terapi
2. Relevant releted
Terkait dengan pasien maupun obat 3.
Legability Kemudahan dalam pembacaan resep.
4. Legality
Paraf dokter 5.
Availability Ketersediaan obat
Administration  Related Problem ARP
1. Rute Pemberian
Contohnya  pada  obat-obat  sediaan  injeksi  yang memiliki  onset  of  action  lebih  cepat  daripada
oral  dan  perlu  keterampilan  khusus  dalam pemberiannya
2. Bentuk Sediaan
Untuk  obat-obat  yang  di  design  khusus  seperti
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 99
Kategori masalah Permasalahan
modified release 3.
Waktu pemberian Obat  diminum  sebelumsesudah  makan  atau
untuk  obat-obat  yang  harus  diminum  pada waktu  tertentu.  Waktu  pemberian  juga  dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien. 4.
Frekuensi pemberian Berapa  sering  obat  tersebut  harus  dikonsumsi.
Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan pasien 5.
Dosis yang terlewattertunda
Drug  Related  Problem DRP
1. Untreated indication
Terdapat indikasi tetapi obat tidak diberikan 2.
Improper drug selection Pasien  menerima  pengobatan  tetapi  pemilihan
jenis obatnya tidak tepat 3.
Subtherapeutic dosage Pemilihan obatnya sudah tepat tetapi dosis yang
diberikan terlalu kecil 4.
Failure to receive medication Pasien tidak memperoleh pengobatan
5. Over dosage
Pemilihan  obat  sudah  tepat  tetapi  dosis  yang diberikan terlalu besar.
6. Drug interaction
Terjadi  interaksi  antara  obat  dengan  obatobat- makanan
7. Adverse drug reaction
Adanya efek samping dari obat 8.
Medication use without indication Obat diberikan tanpa adanya indikasi
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 100
3.7. Unit Pelayanan Konseling
3.7.1. Gambaran Umum
Berdasarkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  Nomor  58 Tahun  2014  tentang  Standar  Pelayanan  Kefarmasian  di  Rumah  Sakit,  pelayanan
farmasi  klinik  merupakan  pelayanan  langsung  yang  diberikan  Apoteker  kepada pasien  dalam  rangka  meningkatkan  outcome  terapi  dan  meminimalkan  risiko
terjadinya  efek  samping  karena  obat,  untuk  tujuan  keselamatan  pasien  patient safety  sehingga  kualitas  hidup  pasien  quality  of  life  terjamin.  Salah  satu
kontribusi  farmasis  dalam  pelayanan  farmasi  klinik  adalah  melalui  pemberian edukasi dan konseling kepada pasien.
Menurut  Permenkes  No.  58  tahun  2014  tentang  Standar  Pelayanan Kefarmasian  di  Rumah  Sakit,  konseling  obat  adalah  suatu  aktivitas  pemberian
nasihat  atau  saran  terkait  terapi  obat  dari  Apoteker  konselor  kepada  pasien danatau  keluarganya.  Konseling  untuk  pasien  rawat  jalan  maupun  rawat  inap  di
semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan  pasien  atau  keluarganya.  Melalui  konseling,  Apoteker  dapat
menyelidiki kebutuhan pasien, yang perlu diketahui oleh pasien dan masalah apa yang  perlu  diatasi  dan  dapat  menentukan  sikap  dan  perilaku  pasien  yang  perlu
dirubah.  Pemberian  konseling  yang  efektif  memerlukan  kepercayaan  pasien danatau  keluarga  terhadap  Apoteker.  Pemberian  konseling  obat  bertujuan  untuk
mengoptimalkan  hasil  terapi,  meminimalkan  risiko  reaksi  obat  yang  tidak dikehendaki  ROTD,  dan  meningkatkan  cost-effectiveness  yang  pada  akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien patient safety. Konseling obat memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien; b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat; d.  Membantu  pasien  untuk  mengatur  dan  menyesuaikan  penggunaan  obat
dengan penyakitnya; e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat;
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 101
g.  Meningkatkan  kemampuan  pasien  memecahkan  masalahnya  dalam  hal terapi;
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan i.  Membimbing  dan  mendidik  pasien  dalam  penggunaan  obat  sehingga
dapat  mencapai  tujuan  pengobatan  dan  meningkatkan  mutu  pengobatan pasien.
Sedangkan kegiatan dalam konseling obat meliputi: a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
b.  Mengidentifikasi  tingkat  pemahaman  pasien  tentang  penggunaan  obat melalui Three Prime Questions;
c.  Menggali  informasi  lebih  lanjut  dengan  memberi  kesempatan  kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat;
d.  Memberikan  penjelasan  kepada  pasien  untuk  menyelesaikan  masalah pengunaan obat;
e. Melakukan verifikasi  akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan dokumentasi.
Berikut ini beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat: a. Kriteria Pasien:
1. Pasien  kondisi  khusus  pediatri,  geriatri,  gangguan  fungsi  ginjal,
ibu hamil dan menyusui; 3.
Pasien  dengan  terapi  jangka  panjangpenyakit  kronis  TB,  DM, epilepsi, dan lain-lain;
4. Pasien  yang  menggunakan  obat-obatan  dengan  instruksi  khusus
penggunaan kortikosteroid dengan tappering downoff; 5.
Pasien  yang  menggunakan  obat  dengan  indeks  terapi  sempit digoksin, phenytoin;
6. Pasien yang menggunakan banyak obat polifarmasi; dan
7. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
b. Sarana dan Peralatan: 1.
Ruangan atau tempat konseling; dan 2.
Alat bantu konseling kartu pasiencatatan konseling.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 102
Konseling  obat  di  RSUD  Dr.  Soetomo  merupakan  salah  satu  bentuk pelayanan  farmasi  klinik  yang  memberikan  informasi  obat  kepada  pasien  dan
keluarga  pasien.  Konseling  obat  yang  dilaksanakan  di  RSUD  Dr.  Soetomo diberikan  oleh  tenaga  kesehatan  farmasi  kepada  pasien  IRJ  pasien  dengan
polifarmasi,  geriatri,  dan  penyakit  kronis  seperti  diabetes,  hipertensi,  kolesterol, ginjal,  asma, lupus, jantung, pasien  yang menggunakan obat dengan penggunaan
khusus,  pasien  UPIPI  pasien  penderita  HIVAIDS  yang  mendapatkan  terapi ARV, pasien di GTBT pasien yang menderita TB Reguler, MDR, Pre XDR, dan
XDR  dan  pasien  anak  pasien  yang  menderita  thalasemia  dan  leukemia. Informasi obat  yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien meliputi  nama
obat, tujuan pemakaian obat, dosistakaran, cara pemakaian obat, saat pemakaian, frekuensi  pemakaian,  lama  pemakaian,  yang  harus  dilakukan  kalau  lupa  minum
obat, risiko kalau aturan pemakaian tidak dipatuhi, efek samping obat yang umum terjadi  dan  apa  yang  harus  dilakukan,  obat-obat  bebas  Over  The  CounterOTC
yang  harus  dibatasidihindari,  makananminuman  yang  harus  dihindari,  aktivitas yang harus dibatasidihindari, cara penyimpanan yang benar dan cara pembuangan
sisa obat.
3.7.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi PKP di Unit Pelayanan Konseling
Tujuan  PKP  di  Unit  Pelayanan  Konseling  Instalasi  Farmasi  RSUD  Dr. Soetomo adalah:
1. Mahasiswa program profesi apoteker memahami peran farmasis di rumah
sakit terutama dalam memberikan informasi obat kepada pasien dan atau keluarga pasien.
2. Mahasiswa program profesi apoteker dapat mengetahui persiapan teknis
dan sarana yang diperlukan untuk melakukan kegiatan konseling obat. 3.
Mahasiswa  program  profesi  apoteker  mendapatkan  pengalaman  praktis dalam  melakukan  konseling  obat  kepada  pasien  dan  keluarga  pasien
sekaligus  melatih  mental,  kesiapan  dan  kemampuan  mahasiswa  dalam berkomunikasi  secara  profesional  baik  dengan  pasien  dan  keluarga
pasien.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 103
3.7.3. Kegiatan Praktek Kerja Profesi PKP di Unit Pelayanan Konseling
Kegiatan  PKP  di  Unit  Pelayanan  Konseling  Instalasi  Farmasi  RSUD  Dr. Soetomo meliputi kegiatan diskusi dan praktek konseling obat.
3.7.3.1. Kegiatan Diskusi
Hari  pertama  mahasiswa  melakukan  diskusi  awal  dengan  pembimbing untuk  mendapatkan  penjelasan  mengenai  persiapan  pelaksanaan  konseling  yang
meliputi teknis pelaksanaan konseling dan hal-hal umum yang perlu diperhatikan selama konseling Kegiatan hari kedua dilakukan praktek konseling sesuai bagian
masing-masing  yakni  Unit  Pelayanan  Intermediet  Penyakit  Infeksi  UPIPI, Gedung  Tuberculosis  Terpadu  GTBT,  anak  dan  Instalasi  Rawat  jalan  IRJ.
Setelah  pelaksanaan  konseling,  dilakukan  diskusi  dengan  pembimbing  untuk mengevaluasi  kegiatan  konseling  yang  telah  dilaksanakan.  Hal-hal  yang  dibahas
dalam  diskusi  meliputi  pengalamaNBn  selama  konseling  dan  hambatan  serta kesulitan yang dihadapi berikut penyelesaiannya.
3.7.3.2. Praktek Konseling Obat
Tujuan  dari  konseling  obat  adalah  untuk  membina  hubungan  dan komunikasi  antara  farmasis  dengan  pasien  sehingga  dapat  tercipta  kepercayaan
dari pasien kepada farmasis untuk memberikan informasi khususnya tentang obat yang disesuaikan dengan kondisi patologis pasien.
Tahapan konseling adalah sebagai berikut: 1.
Tahap Pengenalan tahap pengujian pengetahuan pasien Tiga pertanyaan kunci sebelum konseling yang ditanyakan kepada pasien adalah:
a. Apakah dokter telah menjelaskan tentang kegunaan obat ini?
b. Apakah dokter telah menjelaskan tentang cara menggunakan obat ini?
c. Apakah dokter telah menjelaskan tentang hasilefek yang diharapkan
dari obat ini? 2.
Tahap Pelaksanaan Konseling Informasi yang diberikan mengenai: a.
Nama obat b.
Indikasi dan kontra indikasi c.
Takaran pemakaian dosis
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 104
d. Cara pemakaian regimen dosis
e. Lama pemakaian
f. Hasil pemakaian
Positif: bagaimana cara mengenali Negatif: bagaimana cara mengenali dan mengatasi
g. Cara penyimpanan dan pembuangan
h. Peringatan: side effects, adverse effects, dan interactions
3. Tahap Pengujian evaluasi untuk menguji pemahaman pasien
a. Pasien diminta untuk mengulang kembali informasi yang diberikan.
b. Memberikan informasi tertulis berupa etiket, label, brosur, leaflet.
3.7.4. Kegiatan Konseling yang Dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Soetomo
3.7.4.1 Konseling Kepada Pasien di Ruang Konseling
Kegiatan  konseling  dilakukan  secara  aktif  oleh  farmasis  kepada  pasien UPIPI, GTBT, ANAK dan IRJ dengan melakukan proses seleksi terhadap pasien
yang  mendapatkan  resep  atau  obat  tertentu.  Sasaran  yang  dikonseling  adalah pasien  danatau  keluarga  pasien  yang  mendapatkan  terapi.  Kriteria  pasien  yang
mendapatkan konseling adalah:
a. Pasien geriatri umur  60 tahun dengan  1 macam penyakit
b. Pasien dengan 5 lima macam obat atau lebih
c. Obat dengan indeks terapi sempit seperti teofilin, digoksin, dll.
d. Obat  dengan  perhatian  khusus,  seperti  warfarin,  steroid,  dan  obat
antikanker. e.
Obat dengan cara pakai khusus, seperti inhaler, rotahaler, dsb. Sarana  untuk  konseling  adalah  ruang  konseling,  meja,  kursi,  buku  untuk
pencatatandan buku panduan Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis infeksi HIV dan Terapi Retroviral, ASHP: Medication Teaching Manual: The Guide to Patient
Drug  Information;  MIMS,  ISO,  BNF,  dan  lain-lain.  Konseling  dilakukan  pada Oktober-Desember  2014  dengan  tempat  konseling  di  Ruang  Konseling  UPIPI,
GTBT, ANAK dan IRJ. Alur konseling pada pasien dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut:
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 105
Gambar 3.13 Alur Konseling Aktif dan Pasif pada Pasien 3.7.4.2. Hasil Kegiatan Praktek Kerja Profesi di Unit Pelayanan Konseling
1. Rekapitulasi  Hasil  Kegiatan  Konseling    Instalasi  Rawat  Jalan  IRJ
RSUD dr. Soetomo  Oktober 2015
a. Jumlah Resep Keseluruhan Saat Konseling: Total 269 resep b. Jenis Penyakit yang dikonselingkan:
Tabel 3.32 Rekapitulasi Jenis Penyakit yang Dikonselingkan Abses Paru
1 Hiperuric
2 ASD
1 Hipokalemia
1
Batu renal 1
Hipotiroid 5
Batuk+panas 1
Hipertensi + PCI 4
Behcet disease 1
Hipertensi + RA 1
BPH
1 ISPA
3
Ca Colon
1 Jantung
2
Ca tyroid
2 KNF
1
Calcalas of kidney 1
Kolitis 1
Cholitis 3
Kolitis + Osteoarthritis 1
CKD 7
LMP other specified intervertebral 1
Pasien  keluarga pasien
Loket penerimaan resep
Penyiapan obat
Resep dilayani
Ruang konseling
Penyerahan obat
Monitoring dan evaluasi efektifitas ESO
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 106
DCFC
1 Malignant Neoplasma
2
Dislipidemia
2 Myoma
1
Dispepsia
5 Osteoartritis
3
DM 65
Otitis media 5
DM + Dislipidemia 1
Parkinson 1
DM + hipertensi 6
Patent ductus arteriosus 2
DM + HT + Dislipidemia 1
PJK 2
DM + Kolitis 1
Polip 1
DM + multiple komplikasi 7
Post HM + SH 1
DM + PJK OMI
1 Rematroid artritis
2
DM + stroke
2 Rhinitis
2
DM + stroke + PPOK
1 Scleroderma
2
DM + TB paru 1
Shizencephaly Development 1
DM Tipe 2 + HT Primer + PJK OMI
1 Sindrom nefrotik
4
DMT2 + Gangren Pedis 1
Sirosis Hati 2
DMT2 + OMCND 1
SLE 33
Epilepsi 4
Spech delay 1
Functional diare 1
Spondiloartritis 1
Gastritis
9 Spondiloneuropati
2
GERD
1 TB
4
Hearing loss
2 Thyroid
5
Hepatitis 3
Tinea Carboris 1
Hipertensi 23
Tiroidtoxicosis 1
Hipertiroid 1
Tumor Paru 1
Ventricular Septal Defect 5
c. Status sasaran konseling
Tabel 3.33 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien di IRJ Berdasarkan Kelompok Status Pasien per Oktober
– Desember 2015
Sasaran Konseling Jumlah
Persentase Pasien
165 64,45
Keluarga Pasien 91
35,55
Total 256
100 .
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 107
d. Klasifikasi pasien yang dikonselingkan berdasarkan usia
Tabel 3.34  Rekapitulasi Konseling Berdasarkan Usia Pasien Usia
Presentasi Usia Konseling IRJ
N 18 thn
35 13.01
18-55 thn 110
40.89
55 thn 124
46.10
Total 269
100.00 = N : total x 100
e.  Klasifikasi pasien yang dikonselingkan berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3.35 Rekapitulasi Konseling Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Jenis Kelamin
Presentasi Jenis Kelamin Konseling IRJ
N Laki-Laki
120 44.61
Perempuan 149
55.39
Total 269
100.00 = N : total x 100
f. Klasifikasi pasien yang dikonselingkan berdasarkan asal poli di IRJ
Tabel 3.36  Rekapitulasi Konseling Berdasarkan Asal Poli di IRJ Poli
Jumlah Persen
Anak 17
6.32
Dalam 100
37.17
Endokrin 26
9.67
Gastro 15
5.58
Geriatri 38
14.13
Ginjal 3
1.12
IPD 4
1.49
Jantung
17 6.32
Obgyn
1 0.37
Paru 8
2.97
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 108
Poli Jumlah
Persen Rheumatologi
26 9.67
Rehabilitasi medik
1 0.37
Syaraf 2
0.74
THT
10 3.72
Urologi
1 0.37
Total
269 100.00
= N : total x 100
g.  Jumlah dan persentase materi konseling pada pasien di IRJ
Tabel 3.37 Jumlah dan Persentase Materi Konseling Aktif dan Pasif pada Pasien IRJ
No. Materi Konseling
IRJ Tahu  Tidak   Tidak
tahu 1
Nama obat 183
81 30.68
2
Tujuan pemakaian obat 188
76 28.79
3
Dosistakaran 176
88 33.33
4
Cara pemakaianRute 210
53 20.15
5 Saat pemakaian
187 77
29.17
6
Frekuensi pemakaian 204
60 22.73
7
Lama pemakaian 199
65 24.62
8 Yang harus dilakukan jika lupa
109 85
43.81
9 Resiko  jika  aturan  pemakaian
tidak dipatuhi 150
44 22.68
10 ESO  yang  umum  terjadi  dan
apa yang  harus dilakukan 111
83 42.78
11
Obat-obat  bebas  OTC  yang harus dibatasi dan dihindari
88 88
50.00
12 Makananminuman  yang  harus
dihindari 134
42 23.86
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 109
No. Materi Konseling
IRJ Tahu  Tidak   Tidak
tahu 13
Aktivitas yang
harus dibatasidihindari
98 69
41.32
14 Cara penyimpanan yang benar
139 38
21.47
15
Cara pembuangan sisa obat 93
83 47.16
16 Mengurangimenghentikan
pemakaian obat
sebab lupabosansehattidak
ada efeknyaESO
58 118
67.05
17 Mengalami ESOtidak
70 48
40.68 tidak tahu = [tidak tahu : tahu+tidak tahu] x 100
h. Daftar 10 Obat Terbanyak yang dikonselingkan di IRJ
Tabel 3.38 Daftar 10 Obat Terbanyak yang Dikonselingkan di IRJ No.
Nama Obat di IRJ Frekuensi
peresepan 1
Asam Folat 64
7.08
2 Omeprazole
62 6.86
3
Methyl Prednisolon 41
4.54
4 Vitamin B Complex
39 4,31
5 Metformin
36 3,98
6
Levemir 35
3,87
7 Amlodipin
31 3.43
8 Simvastatin
24 2.65
9
Kalsium Laktat 23
2.54
10 Sandimmun
20 2.21
= frekuensi peresepantotal peresepan x 100 Total peresepan = 840 kali
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 110
2. Rekapitulasi Hasil Kegiatan Konseling di Unit Pelayanan Intermediet Penyakit InfeksiUPIPI RSUD dr. Soetomo Oktober
– Desember2015 a. Status Sasaran Konseling
Tabel  3.39  Jumlah  dan  Persentase  Sasaran  Konseling  Aktif  Pasien UPIPI  Berdasarkan  Kelompok  Status  Pasien  per
Oktober - Desember 2015 Sasaran Konseling
Persentase sasaran konseling UPIPI N
Pasien 63
58.33
Keluarga pasien 45
41.67
Total Pasien 108
100.00
b. Usia Sasaran Konseling
Tabel 3.40 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien UPIPI Berdasarkan  Kelompok  Usia  Periode  per  Oktober
– Desember2015
Usia Tahun
Persentase Usia
Konseling UPIPI N
21 2
1.85
21-30
25 23.15
31-40 43
39.81
41-50 32
29.63
51-60 1
0.93
60 5
4.63
Total 108
100.00
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 111
c. Jenis Kelamin
Tabel 3.41 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien UPIPI Berdasarkan Jenis Kelamin Periode per Oktober - Desember
2015
Jenis Kelamin
Persentase jenis
kelamin UPIPI
N Laki-laki
64 59.26
Perempuan  44 40.74
Total 108
100.00
d. Domisili Tabel  3.42  Jumlah  dan  Persentase  Sasaran  Konseling  Aktif  di  UPIPI
Berdasarkan Domisili Periode per Oktober - Desember 2015
Domisili Persentase
Domisili UPIPI
N Surabaya
81 75.00
Luar Kota
27 25.00
Total
108 100.00
e. Regimen obat  Pasien UPIPI
Tabel  3.43  Daftar  Regimen  ARV  terbanyak  yang  dikonselingkan  di  Ruang Konseling UPIPI per Oktober - Desember 2015
No. Regimen ARV
Jumlah  Persen ARV Lini I
1
AZT300+3TC150+NVP200 21
22,58
2
AZT300+3TC150+EFV600 8
8,60
3 ARV 300 + 3TC 150 + NVP 200
5 5.38
4
ARV 300 + 3TC 150 + EFV 600 10
10,75
5 TDF300 +3TC150+NVP200
11 11,83
6 TDF300+3TC300+EFV600
26 27,96
7
TDF300+3TC150+EFV600 8
8,60
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 112
No. Regimen ARV
Jumlah  Persen 8
ZDV300+3TC150+NVP200 5
5.38
9 ZDV300+3TC150+EFV600
6 6.45
ARV Lini II 1
ZDV300+3TC150+LPVr20050 2
2.15
2
TDF300+3TC150+LPVR20050 3
3.23
Regimen lain 1
ABC300+3TC150+LPVR20050 1
1.08
2
FTC200+TDF300 +LPVr20050 1
1.08
3
ABC300+3TC150+EFV600 1
1.08
Total
93 100.00
Keterangan : AZT : Zidovudin
TDF : Tenofovir LPVr: LopinavirRitonavir
ZDV : Zidovudin NVP : Nevirapin
ABC  : Abacavir 3TC  : Lamivudin
EFV : Efaviren FTC  : Emtricitabin
f. Materi Konseling
Tabel 3.44 Jumlah dan Persentase Materi Konseling Aktif Pasien UPIPI per Oktober - Desember2015
No Materi Konseling
UPIPI n=108 Tahu
Tahu  Tidak   Tidak tahu
1 Nama obat
102 94.44
6 5.56
2 Tujuan pemakaian Obat  100
92.59 8
7.41
3 DosisTakaran
102 94.44
6 5.56
4 Cara pemakaian Rute
107 99.07
1 0.93
5
Saat pemakaian 106
98.15 2
1.85
6
Frekuensi pemakaian 106
98.15 2
1.85
7
Lama pemakaian 106
98.15 2
1.85
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 113
No Materi Konseling
UPIPI n=108 Tahu
Tahu  Tidak   Tidak tahu
8 Yang harus dilakukan
jika lupa 86
79.63 22
20.37
9
Resiko jika aturan pemakaian tidak
dipatuhi 98
90.74 10
9.26
10 ESO yang umum
terjadi dan apa yang harus dilakukan
100 92.59
8 7.41
11 Obat-obat bebas OTC
yang harus dibatasi dihindari
92 85.19
16 14.81
12
Makanan  minuman yang harus dihindari
87 80.56
21 19.44
13 Aktifitas yang harus
dibatasi  dihindari 102
94.44 4
3.70
14 Cara penyimpanan
yang benar 107
99.07 1
0.93
15
Cara pembuangan sisa obat
102 94.44
6 5.56
16 Mengurangi
menghentikan pemakaian  obat sebab
lupa bosan  sehat tidak ada efeknya
ESO 53
49.07 55
50.93
17
Mengalami ESO  tidak  56 51.85
52 48.15
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 114
3. Rekapitulasi Hasil Kegiatan Konseling di GTBT RSUD dr. Soetomo Oktober –
Desember2015
Tabel 3.45 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Jenis Kelamin pasien di Poli Anak GTBT Periode
Oktober - Desember 2015 Jenis Kelamin
Jumlah Pasien Anak
orang Persentas
e Jumlah Pasien
Dewasa orang Persentas
e
Laki-laki 31
52.54 17
53.13
Perempuan 28
47.46 15
46.87
Total pasien 59
100 32
100
Tabel 3.46 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB Anak dan Dewasa di GTBT Periode Oktober
– Desember2015 Jenis TB
Jumlah Pasien Anak
Persentase Jumlah Pasien
Dewasa Persentase
Paru 31
62 23
74.19
Ekstra Paru
19 38
8 25.81
Total 50
100 31
100
Tabel  3.47  Jumlah  dan  Persentase  Umur  Pasien  TB  AnakdanDewasa  di GTBT Periode Oktober
– Desember2015
Umur Jumlah Pasien
Persentase
16 tahun 49
60.49
16 tahun 32
39.51
Total
81 100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 115
Tabel 3.48 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB Anak di GTBT Periode Oktober
– Desember2015
No. Jenis Obat
Jumlah Pasien
Persentase
1 KDT Intensif RHZ + Vit B6
3 6.12
2 KDT Intensif RHZ
5 10.20
3 KDT Intensif RHZ E+ Vit B6
2 4.08
4
KDT Intensif RHZ + E 4
8.16
5 KDT Lanjutan RH
12 24.49
6 KDT Lanjutan RH + Vit B6
7 14.29
7 KDT RH + E
2 4.08
8 Non KDT Isoniazid + PCT
1 2.04
9
Non KDT Isoniazid 5
10.20
10 Non KDT isoniazid + Vit B6
2 4.08
11 Non KDT RH + Vit B6
6 12.24
Total 49
100
Tabel  3.49  Jumlah  dan  Persentase  Fase  Pengobatan  Pasien  TB  Anak  dan Dewasadi GTBT Periode Oktober
– Desember2015
Fase Jumlah
Pasien Anak Persentase
Jumlah Pasien Dewasa
Persentase
Intensif 17
39.53 12
57.14
Lanjutan 26
60.46 9
42.86
Profilaksis 6
13.95
Total
43 113.95
21 100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 116
Tabel  3.50  Jumlah  Dan  Persentase  Pertanyaan  Dan  Informasi  Konseling Aktif  Pasien  Anak  di  Poli  GTBT  Periode  Oktober
– Desember2015
No Materi yang dikonseling
Jumlah Pasien Tahu
Tidak Tahu 1
Nama obat 42
70 18
30
2 Tujuan pemakaian
48 80
12 20
3 Dosistakaran
43 71.67
17 28.33
4
Cara pemakaian rute 47
78.33 13
21.67
5 Saat pemakaian
50 83.33
10 16.67
6 Frekuensi pemakaian
55 91.67
5 8.33
7 Lama pemakaian
50 83.33
10 16.67
8 Yang harus dilakukan
kalau lupa 31
51.67 29
48.33
9 Resiko kalau aturan
pemakaian tidak dipatuhi 47
78.33 13
21.67
10
ESO yang umum terjadi dan apa yang harus
dilakukan 42
70 18
30
11
OTC yang dibatasidihindari
33 55
27 45
12 Makananminuman yang
harus dihindari 41
68.33 19
31.667
13 Aktivitas yang harus
dibatasidihindari 41
68.33 19
31.67
14
Cara penyimpanan yang benar
49 81.67
11 18.33
15
Cara pembuangan sisa obat 40
66.67 20
33.33
16 Mengurangimenghentikan
pemakaian obat sebab lupabosansehattidak ada
efeknyaESO 42
70 18
30
17 Mengalami ESO
35 58.33
25 41.67
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 117
Tabel 3.51 Jumlah Dan Persentase Sasaran  Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan  Penerima  Informasi  Konseling  Pasien  Anak  dan
Dewasa di Poli GTBT Periode Oktober - Desember 2015
Penerima Informasi
Jumlah Konseling
Pasien Anak Persentase
Jumlah Konseling
Pasien Dewasa Persentase
Pasien sendiri 13
40.625
Keluarga pasien
49 100
19 59.375
Total pasien
49 100
32 100
Tabel  3.52  Frekuensi  Pemakaian  Obat  pada  Pasien  TB  Dewasa  di  GTBT Periode Oktober
– Desember 2015
No Jenis Obat TB
Jumlah Pasien
Persentase
1
4FDC RHZE 3
12
2 4 FDC RHZE+
Streptomycin 1
4
3 4 FDC RHZE+ Codein
1 4
4
2FDC RH 2
8
5 Non FDC RH
5 20
6
Non FDC RHE 3
12
7 Non FDC RHE + Cefixime
1 4
8 Non FDC HZE + vitqmin B
1 4
9
Non FDC H+ Vitamin B6 1
4
10 Non FDC RZE
3 12
11 Non FDC
RE+Ofloxacin+Vitamin B6+ Codein + S
1 4
12
Non FDC Cetirizine 1
4
13
Non FDC EHO + Cetirizin 1
4
14 Codein + Vitamin B6
1 4
Total 25
100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 118
Tabel  3.53  Jumlah  Dan  Persentase  Pertanyaan  Dan  Informasi  Konseling Aktif  Pasien  Dewasa  di  Poli  GTBT  Periode  Oktober
–Desember 2015
No Materi yang dikonseling
Jumlah Pasien Tahu
Tidak Tahu 1
Nama obat 12
57.14 9
42.86
2 Tujuan pemakaian
18 85.71
3 14.29
3 Dosistakaran
16 76.19
5 23.81
4
Cara pemakaian rute 20
95.24 1
4.76
5 Saat pemakaian
19 90.48
2 9.52
6 Frekuensi pemakaian
17 80.95
4 19.05
7 Lama pemakaian
17 80.95
4 19.05
8 Yang harus dilakukan
kalau lupa 13
61.90 8
38.09
9 Resiko kalau aturan
pemakaian tidak dipatuhi 17
80.95 4
19.05
10  ESO yang umum terjadi
dan apa yang harus dilakukan
14 66.67
7 33.33
11  OTC yang
dibatasidihindari 3
37.5 5
62.5
12  Makananminuman yang
harus dihindari 9
47.37 10
52.63
13  Aktivitas yang harus
dibatasidihindari 12
57.14 9
42.86
14  Cara penyimpanan yang
benar 18
85.71 3
14.29
15  Cara pembuangan sisa obat
9 42.86
12 57.14
16  Mengurangimenghentikan
pemakaian obat sebab lupabosansehattidak ada
efeknyaESO 14
66.67 7
33.33
17  Mengalami ESO 14
66.67 7
33.33
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 119
Tabel  3.54  Frekuensi  dan  Persentase  Efek  Samping  Obat  Pada  Pasien  TB Dewasa di GTBT Periode Oktober
– Desember2015 No
Efek Samping Obat Frekuensi  Presentase   Terapi yang
Diberikan 1
Nyeri di tempat suntik 1
2.70
2
Lemas 2
5.40
3 Gatal
6 16.22
Cetirizin Gelisah
1 2.70
4 Pusing
2 2.57
5 Kesemutan
1 2.70
6
Kencing merah 2
5.40
7 Susah Tidur
1 2.70
8 Mual muntah
21 56.76
Minum obat malam hari,
atau 2 jam setelah
makan Total Pasien
37 100
Tabel 3.55 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Pasien TB MDR Aktif Pengguna  OAT  Berdasarkan  Jenis  Kelamin  di  Poli  GTBT
Periode Oktober – Desember2015
Jenis Kelamin Jumlah pasien orang
Persentase
Pria 28
77.78
Wanita
8 22.22
Total pasien 36
100
Tabel  3.56  Jumlah  Dan  Persentase  Sasaran  Konseling  Pasien  TB  Pre  XDR Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli GTBT
Periode Oktober - Desember 2015 Jenis Kelamin
Jumlah pasien orang Persentase
Pria 2
66.67
Wanita 1
33.33
Total pasien 3
100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 120
Tabel 3.57 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Pasien TB XDR Aktif Pengguna  OAT  Berdasarkan  Jenis  Kelamin  di  Poli  GTBT
Periode Oktober - Desember 2015 Jenis Kelamin
Jumlah pasien orang Persentase
Pria 1
100
Wanita Total pasien
1 100
Tabel 3.58 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB MDR di GTBT Periode Oktober
– Desember2015 Jenis TB
Jumlah Pasien Persentase
Paru
36 100
Ekstra Paru Total
36 100
Tabel  3.59  Jumlah  dan  Persentase  Jenis  TB  pada  Pasien  TB  Pre  XDR  di GTBT Periode Oktober
– Desember2015 Jenis TB
Jumlah Pasien Persentase
Paru
3 100
Ekstra Paru Total
3 100
Tabel 3.60 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB XDR di GTBT Periode Oktober
– Desember2015 Jenis TB
Jumlah Pasien Persentase
Paru
1 100
Ekstra Paru Total
1 100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 121
Tabel  3.61  Jumlah  dan  Persentase  Umur  Pasien  TB  MDR,  Pre  XDR  dan XDR di GTBT Periode Oktober
– Desember2015
Umur Jumlah Pasien
Persentase
0-5 tahun 6-10 tahun
11-15 tahun 1
2.78
16-20 tahun
1 2.78
21-30 tahun 4
11.11
31-40 tahun 5
13.89
41-50 tahun
11 30.55
51-60 tahun 14
38.89
61-70 tahun Jumlah
36 100
Tabel 3.62 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB MDR di GTBT Periode Oktober - Dsember 2015
No Nama Obat
Frekuensi Persentase
1 Cycloserin
30 14.15
2
Levofloxacin 27
12.73
3 Ethionamide
35 16.51
4 Ethambutol
29 13.6
5
Vitamin B6 35
16.51
6 Pirazinamid
31 14.62
7 Kanamisin
8 3.77
10
Moxifloxacin 5
2.36
11 PAS
9 4.24
13
KSR 1
0.47
14 KCl
1 0.47
15 3NaCl
1 0.47
Tabel  3.63  Frekuensi  dan  Persentase  Pemakaian  Obat  pada  Pasien  TB  Pre XDR di GTBT Periode Oktober - Desember 2015
No Nama Obat
Frekuensi Persentase
1
Bedaquillin 2
15.38
2 PAS
2 15.38
3 Ethionamide
2 15.38
4
Sikloserin 2
15.38
5 Levofloxacin
1 7.69
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 122
No Nama Obat
Frekuensi Persentase
6 Vit B6
2 15.38
7
Piransinamid 1
7.69
8 Kanamisin
1 7.69
Total 13
100
Tabel 3.64 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB XDR di GTBT Periode Oktober - Desember 2015
No Nama Obat
Frekuensi Persentase
1
Bedaquillin 1
20
2 linezolid
1 20
3 clofazimin
1 20
4
Sikloserin 1
20
5 Vit B6
1 20
Total 5
100
Tabel  3.65  Jumlah  dan  Persentase  Fase  Pengobatan  Pasien  TB  MDR  di GTBT Periode Oktober
– Desember2015
Fase Jumlah
Persentase
Intensif
25 69.44
Lanjutan
11 30.56
Total 36
100
Tabel 3.66  Jumlah dan Persentase Fase Pengobatan Pasien TB Pre XDR di GTBT Periode Oktober
– Desember2015
Fase Jumlah
Persentase
Intensif 3
100
Lanjutan Total
3 100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 123
Tabel 3.67 Jumlah dan Persentase Fase Pengobatan Pasien TB XDR di GTBT Periode Oktober
– Desember2015
Fase Jumlah
Persentase
Intensif 1
100
Lanjutan Total
1 100
Tabel  3.68  Jumlah  Dan  Persentase  Pertanyaan  Dan  Informasi  Konseling Aktif  Pasien  TB  MDR,  Pre  XDR  dan  XDR  di  Poli  GTBT
Periode Oktober – Desember2015
No Materi yang dikonseling
Jumlah Pasien Tahu
Tidak Tahu 1
Nama obat 32
6.43 4
4.17
2 Tujuan pemakaian
34 6.83
2 2.08
3
Dosistakaran 31
86.11 2
2.08
4 Cara pemakaian rute
33 6.63
5
Saat pemakaian 33
91.67
6
Frekuensi pemakaian 32
6.42
7 Lama pemakaian
32 6.42
8
Yang harus dilakukan kalau lupa
33 6.63
3 3.12
9 Resiko kalau aturan
pemakaian tidak dipatuhi 35
7.03 1
1.04
10 ESO yang umum terjadi
dan apa yang harus dilakukan
33 6.63
3 3.12
11 OTC yang
dibatasidihindari 14
2.81 22
22.92
12 Makananminuman yang
harus dihindari 15
3.01 21
21.87
13
Aktivitas yang harus dibatasidihindari
27 5.42
9 9.37
14 Cara penyimpanan yang
benar 28
5.62 8
8.33
15 Cara pembuangan sisa obat
21 4.22
15 15.62
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 124
No Materi yang dikonseling
Jumlah Pasien Tahu
Tidak Tahu 16
Mengurangimenghentikan pemakaian obat sebab
lupabosansehattidak ada efeknyaESO
29 5.82
6 6.25c
17 Mengalami ESO
36 7.23
Tabel 3.69 Jumlah Dan Persentase Sasaran  Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan  Penerima  Informasi  Konseling  Pasien  TB  MDR  di
Poli GTBT Periode Oktober – Desember2015
Penerima Informasi
Jumlah orang
Persentase
Pasien sendiri 35
97.22
Keluarga pasien
1 2.78
Total 36
100
Tabel 3.70 Jumlah Dan Persentase Sasaran  Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Penerima Informasi Konseling Pasien TB Pre XDR
di Poli GTBT Periode Oktober – Desember2015
Penerima Informasi Jumlah
orang Persentase
Pasien sendiri 2
66.67
Keluarga pasien
1 33.33
Total
3 100
Tabel 3.71 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Penerima Informasi Konseling Pasien TB XDR di
Poli GTBT Periode Oktober – Desember2015
Penerima Informasi Jumlah
orang Persentase
Pasien sendiri
1 100
Keluarga pasien Total
1 100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 125
Tabel  3.72  Frekuensi  dan  Persentase  Efek  Samping  Obat  Pada  Pasien  TB- MDR,  Pre  XDR  dan  XDR  Dewasa  di  GTBT  Periode  Oktober
– Desember2015
N o
Efek Samping Obat Frekuens
i Persentase
Terapi yang diberikan
1
Nyeri di tempat suntik 3
7.69
2 Lemas
4 10.26
3
Gatal 2
5.12
4 Pusing
8 20.51
5 Kesemutan
7 17.95
Vitamin B6
6
Mual Muntah 2
5.13
7 Gangguan penglihatan
2 5.13
8 Gangguan
Pendengaran 5
12.82
9
Gangguan Menstruasi 2
5.13
10  Gangguan Pengecapan 4
10.26 4. Rekapitulasi Hasil Kegiatan Konseling di UPF Anak RSUD dr. Soetomo
Oktober 2015 Tabel  3.73  Jumlah  Dan  Presentase  Berdasarkan  Sasaran  Konseling  di  UPF
Anak Periode Oktober – Desember 2015
Sasaran Konseling Persentase Sasaran Konseling
Anak N
Pasien 3
3
Keluarga Pasien 100
97
Tota;
103
Tabel  3.74  Jumlah  Dan  Presentase  Berdasarkan  Berdasarkan  Penyakit Pasien di UPF Anak Periode Oktober - Desember 2015
Nama Penyakit Jumlah  Persentase
Thalasemia 40
39
KRS 3
3
Alergi Irna
1 1
Paliatif 1
1
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 126
Gangguan Saluran Cerna
1 1
Leukimia 57
55
Total 103
100
Tabel 3.75 Jumlah Dan Presentase Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di UPF Anak Periode Oktober - Desember 2015
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase
Laki-Laki
54 52
Perempuan
49 48
Total 103
100
Tabel 3.76 Daftar Obat Terbanyak untuk Terapi Thalasemia, Leukemia, dan Obat  Pasien  KRS    yang  Dikonselingkan  di  UPF  Anak  Periode
Oktober – Desember 2015
Nama Obat Jumlah
Persentase 6 Mercaptopurine
53 19.00
Metothrexate 53
19.00
Dexamethasone 46
16.49
Asam Folat 44
15.77
Ferriprox Syr 29
10.39
Exjade
10 3.58
Paracetamol
8 2.87
Cetirizine 6
2.15
Amoxicilin Syr 5
1.79
Ambroxol 4
1.43
Captopril
2 0.72
Erystin
2 0.72
Euthyrox 2
0.72
Vitamin B complex 2
0.72
Amiodarone 1
0.36
Amitriptilin
1 0.36
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 127
Nama Obat Jumlah
Persentase Amlodipin
1 0.36
Codein 1
0.36
Efedrin 1
0.36
Kalk 1
0.36
Levemir pen
1 0.36
Metronidazole 1
0.36
Mineral mix 1
0.36
Novorapid pen 1
0.36
Phenytoin
1 0.36
prednison
1 0.36
Zinc 1
0.36 279
100.00
Tabel 3. 77  Jumlah Dan Presentase Tingkat Pengetahuan Sasaran Konseling di UPF Anak Periode Oktober
– Desember2015
No Materi Konseling
Tahu Tidak
Tahu pasien
yang tahu
1  Nama Obat
93 10
90.29
2  Tujuan Pemakaian
88 15
85.44
3  DosisTakaran 91
12 88.35
4  Cara Pemakaian 99
4 96.12
5  saat Pemakaian 92
11 89.32
6  Frekuensi Pemakaian
94 9
91.26
7  Lama Pemakaian
89 14
86.41
8  Resiko jika aturan pemakaian tidak
dipatuhi 78
25 75.73
9  ESO yang umun terjadi dan apa yang
harus dilakukan 62
41 60.19
10  Obat OTC yang harus dihindari
62 41
60.19
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 128
No Materi Konseling
Tahu Tidak
Tahu pasien
yang tahu
11  Cara penyimpanan obat yang benar 87
16 84.47
12  Yang Harus Dilakukan Jika Lupa Minum
Obat 43
60 41.75
13  Makanan yang Harus Dihindari 63
40 61.17
14  Aktivitas yang Dibatasi
100 3
97.09
15  Cara Pembuangan Sisa Obat 38
65 36.89
16  Mengurangi  menghentikan pemakaian
obat sebab lupa  bosan sehat  tidak ada efeknya  ESO
66 37
64.08
17  Mengalami ESO  Tidak
57 34
62.64
3.8. Unit Pelayanan Farmasi Gedung Bedah Pusat Terpadu GBPT
3.8.1. Gambaran Umum GBPT
Gedung  Bedah  Pusat  Terpadu  GBPT  merupakan  sarana  kesehatan  di RSUD  Dr.  Soetomo  yang  memberikan  pelayanan  kesehatan  berupa  Kamar
Operasi  OK,  Anestesi,  Recovery  Room  RR,  Intensive  Care  Unit  ICU, Intensive  Coronary  Care  Unit  ICCU,  Neonatal  Intensive  Care  Unit  NICU,
Burn  Unit,  serta  Instalasi  Diagnostik  dan  Invasif  Kardiovaskuler  IDIK  yang didukung  unit  penunjang  lainnya  yakni  Unit  Pelayanan  Farmasi  UPF,  Instalasi
Sanitasi  dan  Binatu  ISB,  Patologi  Anatomi,  serta  Radiologi.  Perbedaan pelayanan  operasi  di  Instalasi  Gawat  Darurat  IGD  dan  GBPT  adalah  dari  segi
kegawatannya.  Pelayanan  di  IGD  digunakan  untuk  operasi  dengan  keadaan darurat  tanpa  direncanakan  sebelumnya,  sedangkan  pelayanan  di  GBPT
digunakan  untuk  tindakan  operasi  yang  telah  direncanakan  sebelumnya  elektif. Gedung Bedah Pusat Terpadu GBPT terdiri dari 7 lantai yang meliputi:
1. Lantai Dasar
a. Instalasi Diagnostik dan Invasif Kardiovaskuler IDIK
b. Administrasi kasir dan Penerimaan Pasien
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 129
c. Ruang distribusi linen untuk masuk kamar operasi
d. Ruang pertemuan
2. Lantai Satu
a. Unit Pelayanan Farmasi UPF GBPT
b. ISB Instalasi Sanitasi dan Binatu
c. Sekretariat
d. Ruang Pertemuan
3. Lantai Dua
a. Ruang perawatan ICU Intensive Care Unit
Ruang ICU terdiri dari 18 tempat tidur dan 2 ruang isolasi. Indikasi pasien masuk ICU terdiri dari tiga prioritas yaitu prioritas pertama, kedua,
dan ketiga. b.
Ruang perawatan ICCU Intensive Cardio Care Unit. Ruangan  ini  terdiri  dari  6  tempat  tidur  dan  2  bed  ekstra  yang
digunakan  untuk  operasi  jantung  tertutup  seperti  tindakan  PTCA Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty.
c. Ruang perawatan NICU Neonatal Intensive Care Unit
Ruang  perawatan  NICU  terdiri  dari  3  inkubator  dan  1  ekstra inkubator.  Pasien  NICU  meliputi  pasien  yang  berumur  0-30  hari,  pasien
dari ruang neonatus lain, dan bayi post sectio dari OK lantai 5. 4.
Lantai Tiga a.
Ruang Pulih SadarRecovery Room RR Merupakan ruang stabilisasi pasien karena efek pemberian anestesi
untuk perawatan pasien yang selesai menjalani operasi dengan memonitor keadaan  klinisnya  seperti  mual,  muntah,  rasa  nyeri,  dan  keadaan  umum
lainnya. b.
Ruang Perawatan Burn Unit BU Burn  Unit  dikhususkan  untuk  merawat  pasien  dengan  luka  bakar.
Ruang  Burn  Unit  terbagi  menjadi  Burn  Unit  1  dan  2.  Burn  unit  1 digunakan  untuk  pasien  dengan  kondisi  luka  bakar  dengan  tingkat
penyembuhan  sebesar  60,  sementara  Burn  unit  2  untuk  pasien  dengan tingkat penyembuhan luka bakar sebesar 35.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 130
5. Lantai Empat
Kamar operasi dan anestesi terdiri dari 8 ruangan, yang meliputi : a.
Operasi Digestif Dewasa b.
Operasi Anak c.
Operasi Onkologi d.
Operasi Bedah Plastik e.
Operasi Urologi 6.
Lantai Lima Kamar operasi dan anestesi terdiri dari 8 ruangan, yang meliputi :
a. Operasi Mata
b. Operasi Kandunganobgyn
c. Operasi THT
d. Operasi Kepala Leher
7. Lantai Enam
Kamar operasi dan anestesi terdiri dari 6 ruangan, yang meliputi : a.
Operasi Thoraks Kardiovaskular TKV b.
Operasi Bedah Saraf c.
Operasi Orthopedi
3.8.2. Tujuan PKPA
Tujuan  PKPA  di  Unit  Pelayanan  Farmasi  Gedung  Bedah  Pusat  Terpadu, antara lain :
1. Mempelajari  dan  mengetahui  peran  farmasis  di  Gedung  Bedah  Pusat
Terpadu GBPT. 2.
Mempelajari  dan  mengetahui  sistem  manajemen  dan  pelayanan  obat  serta alat kesehatan di Gedung Bedah Pusat Terpadu GBPT.
3. Mempelajari  dan  mengetahui  macam–macam  kebutuhan  obat  dan  alat
kesehatan  untuk  kamar  operasi  yang  digunakan  di  Gedung  Bedah  Pusat Terpadu GBPT.
4. Mempelajari  dan  mengetahui  kegiatan  di  Gedung  Bedah  Pusat  Terpadu
GBPT.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 131
3.8.3. Kegiatan PKPA Unit Pelayanan Farmasi GBPT
PKPA  di  Unit  Pelayanan  Farmasi  GBPT  berlangsung  selama  2  hari  dan kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Mempelajari peran farmasis di GBPT.
2. Mempelajari sistem manajemen dan pelayanan obat serta alat kesehatan di
GBPT. 3.
Mempelajari jenis obat dan alat kesehatan yang digunakan untuk tindakan operasi.
4. Mempelajari  jenis  antibiotik  profilaksis  yang  digunakan  untuk  operasi  di
GBPT. 5.
Mempelajari obat-obat anestesi yang digunakan di GBPT. 6.
Mempelajari kasus pasien ICU, ICCU, dan burn unit di GBPT.
3.8.4. Manfaat PKPA
1. Memberikan  wawasan  kepada  mahasiswa  tentang  kegiatan  operasi  serta
obat-obat premedikasi,  analgetika, antibiotika profilaksis, dan obat anestesi yang digunakan di GBPT.
2. Memberikan  pengalaman  dan  pengetahuan  kepada  mahasiswa  mengenai
hal-hal  yang  berkaitan  dengan  pelayanan  farmasi  di  kamar  operasi  dan Intensive Care, khususnya mengenai peran dan tangggung jawab farmasis di
GBPT.
3.8.5. Gambaran Umum Unit Pelayanan Farmasi GBPT
Gedung  Bedah  Pusat  Terpadu  GBPT  memiliki  unit  pelayanan  farmasi yang  merupakan  bagian  penunjang  pelayanan  kesehatan  di  GBPT  dalam
perencanaan,  permintaan,  penerimaan,  penyimpanan,  dan  penyaluran  obat maupun  alat  kesehatan.  Tujuan  adanya  UPF  GBPT  adalah  untuk  memudahkan
pelayanan  obat  dan  alat  kesehatan  dari  masing-masing  unit  serta  memudahkan pemantauan terhadap penggunaan obat dan alat kesehatan yang digunakan pasien.
Bentuk pelayanan farmasi di GBPT terbagi menjadi 3 macam yang diantaranya :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 132
3.8.5.1.  Pelayanan Barang Medik Dasar
Pelayanan  barang  medik  dasar  merupakan  pelayanan  barang  medik  yang pemakaiannya termasuk dalam tarif paket dasar dan disediakan di semua unit, jadi
barang tersebut tidak diresepkan. Barang medik dasar adalah barang medik  yang pemakaiannya digunakan bersama. Sumber dana barang medik dasar berasal dari
dana  APBD.  Contoh  dari  barang  medik  dasar  antara  lain  kasa,  kapas,  perban, plester,  antiseptik  seperti  Chlorhexidin,  Povidone  iodine,  Alkohol  gliserin,dan
desinfektan  misal  golongan  fenol  seperti  Karbol,  Lisol  5,  golongan  chlorine yakni Chlorine cair dan Chlorine tablet, golongan aldehid misal Glutaraldehid dan
Orthopthaldehyde.  Permintaan  barang  medik  dasar  ini  ditujukan  kepada  UPPFS setiap seminggu sekali pada jam kerja.
3.8.5.2. Pelayanan di Luar Barang Paket Dasar
Pelayanan  di  luar  barang  paket  dasar  merupakan  pelayanan  barang  medik yang  pemakaiannya  tidak  termasuk  dalam  tarif  paket  dasar  dan  barang  medik
tersebut  dibebankan  pada  pasien  sesuai  dengan  jenis  dan  jumlah  yang  dipakai. Sumber  barang  diluar  paket  dasar  berasal  dari  dana  Badan  Layanan  Umum
Daerah BLUD. Adapun contoh barang medik di luar paket dasar antara lain: a.
Obat premedikasi dan narkotik : pethidin, diazepam, morfin, midazolam, fentanyl, sulfas atropin.
b. Obat anestesi, terbagi menjadi :
Anestesi intravena TIVA : pentotal, ketamin, propofol Anestesi inhalasi : halotan, isofluran, enflurane
c. Obat muscle relaxantt : vecuronium bromida norcuron, succinil kolin,
pancuronium bromida pavulon, atrakurium, rocuronium. d.
Obat-obat lain : adrenalin, antibiotik, efedrin, analgesik, dan lain-lain. e.
Cairan, terbagi menjadi : Cairan kristaloid : RL, NaCl 0,9, D5W, D10,D5NS, dan lain-lain.
Cairan koloid : albumin, gelofusin, dextran, aminofusin, dan lain-lain. f.
Alat kesehatan : benang bedah vicryl, prolene, ethilon, mersilk, spuit, ETT, suction catheter, steridrape, blood set, folley catheter, thorax drain,
urine bag, dan lain-lain.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 133
3.8.5.3.  Pelayanan Emergency Kit
Pelayanan emergency kit merupakan pelayanan obat dan alat kesehatan yang termasuk  dalam  kelompok  life  saving  drug,  serta  harus  disediakan  dalam  setiap
ruangan.  Emergency  kit  sangat  penting  ketersediaannyadan  dipakai  pada  saat pasien  dalam  situasi  darurat  atau  emergensi,  misal  pada  pasien  yang  mengalami
Cardiac arrest dan Shock anaphylatic. Emergency kit harus tersedia di semua unit pelayanan OK, RR, ICU, ICCU, NICU, maupun BU. Emergency kit di ruang ICU,
ICCU,  RR,  dan  NICU  meggunakan  sistem  WFS  Ward  Floor  Stock.  Jenis  dan jumlah masing-masing obat emergency kit disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing ruangan, contoh emergency kit di ruang ICCU memiliki perbedaan dengan obat  emergency  yang  tersedia  di  ruangan  lain  diantaranya  streptokinase,
fondaparinux,  dan  enoxaparin.  Obat-obat  emergency  kit  yang  disediakan merupakan  obat-obat  yang  terkait  dengan  RJPO  Resusitasi,  Jantung,  Paru,  dan
Otak  dan  anafilaktik  syok.  Persediaan  emergency  kit  diusahakan  tetap  baik jumlah  maupun  jenisnya  yang  diperoleh  dari  UPPFI  sehingga  bila  barang
tersebut terpakai, harus segera dilengkapi kembali. Contoh obat emergency yakni nor-ephineprin  nor-adrenalin,  lidokain,  adrenalin  ephineprin,  dopamin,
dobutamin, sulfas atropin, dan lain-lain. Emergency  kit  yang  belum  digunakan  harus  dalam  kondisi  tersegel  dan
dicek  setiap  harinya.  Pada  bagian  luar  dari  emergency  kit  tercantum  daftar obatalkes yang tersedia di emergency kit berupa nama obat, jumlah, dan expired
date.  Emergency  kit  juga  disediakan  buku  catatan  pemakaian  obat  emergency yang  terletak  di  samping  kotak  emergency  kit.  Buku  catatan  pemakaian  obat
emergency  berisi  nama  obatalkes  yang  telah  digunakan  serta  nama  pasien  yang mendapatkan  obatalkes  tersebut,  farmasi  akan  memeriksa  emergency  kit  setiap
harinya, apabila kotak kemudian menghubungi dokter untuk dibuatkan resep atas obat  emergency  yang  telah  terpakai  dan  kemudian  resep  tersebut  ditagihkan
kepada  pasien  umum.  Emergency  kit  yang  terbuka  dan  sudah  digunakan, kemudian  diisi  dengan  obat  yang  terpakai,  kemudian  disegel  kembali.
Pemeriksaanpengecekan  Emergency  kit  dilakukan  secara  rutin  walaupun  tidak digunakan,  hal  ini  untuk  memeriksa  expired  date  masing-masing  obat  setiap
sebulan sekali. Sistem  pelayanan di  unit pelayanan farmasi  GBPT menggunakan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 134
sistem  satu  pintu.  Adapun  tujuannya  untuk  mempermudah  pelayanan  kepada pasien,  sehingga  meningkatkan  kepuasan  pasien  atau  keluarga  pasien  terhadap
pelayanan farmasi yang diberikan.
Berikut merupakan struktur organisasi UPF GBPT :
Gambar 3.14 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi GBPT
Pembagian kategori pasien di GBPT berdasarkan penjamin biaya kesehatan, antara lainpasien umum, pasien JKN PBI seperti Jamkesmas dan Non-PBI seperti
Jamsostek, TNIPolri, maupun Askes, adapula PKS, Jamkesda. Pelayanan obat di GBPT menggunakan alur Unit Dose Dispensing UDD yaitu :
Kepala Instalasi Farmasi
Apoteker UPF GBPT Administrasi
Unit OK Unit Intensive care
BU, ICU, ICCU, NICU
Unit Anestesi
OK Lt.
IV Anestesi
Lt. IV OK
Lt. V
OK Lt.
VI Anestesi
Lt. V Anestesi
Lt. VI
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 135
Gambar 3.2 Alur Unit Dose Dispensing di GBPT
Gambar 3.15 Alur Unit Dose Dispensing di GBPT
3.8.6. Kegiatan Unit Pelayanan Farmasi di GBPT
Kegiatan unit pelayanan farmasi di GBPT meliputi:
3.8.6.1. Perencanaan
Perencanaan  di  unit  pelayanan  farmasi  GBPT  bertujuan  untuk mendapatkan  barang  dengan  jumlah  dan  jenis  yang  tepat  agar  tidak
terjadikekosongan  stokstock  out  ataupun  stok  obat  yang  matideath  stock. Asisten Apoteker
Melihat terapi yang tertulis di RPO
Asisten Apoteker Menuliskan identitas pasien, jam dan cara pemberian pada etiket UDD
Asisten Apoteker Menyiapkan dan meracik obat sesuai jam pemberian secara unit dose untuk 24
jam pemberian
Apoteker atau Asisten Apoteker Melakukan pemeriksaan ulang sebelum diserahterimakan dengan perawat
Asisten Apoteker Memeriksa kembali RPO bila ada perubahan atau penghentian terapi
Asisten Apoteker Melakukan serah terima obat dengan perawat
Asisten Apoteker Menyiapkan perbekalan farmasi untuk pasien yang akan pindah ruangan untuk
satu kali pemberian
Asisten Apoteker Mengarsipkan RPO
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 136
Perencanaan yang tepat jugameningkatkan penggunaan perbekalan farmasi secara efektif  dan  rasional.  UPF  GBPT  membuat  daftar  perencanaan  obat  maupun  alat
kesehatan yang dibutuhkan setiap dua kali semingguke UPPFI dan UPPFS setiap semingggu sekali.
3.8.6.2. Permintaan
Permintaan  perbekalan  farmasi  pada  unit  pelayanan  farmasi  di  GBPT RSUD  Dr.  Soetomo  ditujukan  kepada  UPPFI  dan  UPPFS.  Setiap  permintaan
barang harus dientry pada hari yang sama. Pengambilan barang  yang dibutuhkan ke  UPPFI  dilayani  setiap  hari  senin  dan  kamis  serta  barang  datang  keesokan
harinya.Sedangkan pengambilan barang ke UPPFS dilayani setiap hari jumat dan barang  datang  pada  hari  senin.  Barang  yang  diminta  ditulis  dalam  form
permintaan  defekta  kepada  UPPFI  dan  UPPFS,  sehari  sebelum  jadwal pengambilan barang.
3.8.6.3. Penyimpanan
Penyimpanan  perbekalan  farmasi  pada  unit  pelayanan  farmasi  di  GBPT RSUD Dr. Soetomo yang diperoleh dari UPPFSUPPFI disimpan di UPF lantai 1.
Penyimpanan obat di lantai 1 dipisahkan antara obat dengan alat kesehatan. Obat disusun  berdasarkan  stabilitas  suhu  tertentu,  bentuk  sediaan,  kelas  terapi,serta
diurutkan secara alfabetis. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015  tentang  Peredaran,  Penyimpanan,  Pemusnahan,  dan  Pelaporan  Narkotika,
Psikotropika,  dan  Prekursor  Farmasi,  disebutkan  bahwa  tempat  khusus  untuk penyimpanan  narkotika  harus  memenuhi  persyaratan  pada  pasal  24  sebagai
berikut: 1.
Tempat  penyimpanan  narkotika  dilarang  digunakan  untuk  menyimpan barang selain narkotika.
2. Lemari  khusus  narkotika  harus  terbuat  dari  bahan  kayu  yang  kuat
berukuran 40 x 80 x 100 cm. 3.
Jika lemari khusus narkotika kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat lekat pada tembok atau lantai.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 137
4. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama
digunakan  untuk  penyimpanan  persediaan  narkotika,  bagian  kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.
5. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah kunci yang berbeda.
6. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
7. Kunci  lemari  khusus  dikuasai  oleh  Apoteker  penanggung  jawab
Apoteker yang ditunjuk oleh pegawai lain yang dikuasakan. Obat  yang  memerlukan  penyimpanan  khusus  seperti  obat-obat  high
alertepinefrin injeksi, KCl 7,46 25 cc pada ICU, ICCU, dan NICU apabila pada ruangan  dalam  bentuk  KCl  pekat,  injeksi  midazolam  5  mg  dan  15  mg,injeksi
norepinefrin disimpan di lemari tersendiri yang tertutup dan memiliki kunci, tiap obat yang termasuk dalam high alert diberi label berwarna merah dan bertuliskan
high  alert.  Obat-obat  dengan  nama  atau  sediaan  yang  mirip  diberi  label  LASA Look  Alike  Sound  Alike  berwarna  kuning  agar  tidak  terjadi  kesalahan  dalam
pengambilan obat, serta penulisan di setiap wadah jolly box diberi tallmen letter untuk  memastikan  bahwa  petugas  tidak  salah  dalam  pengambilan  obat.Prinsip
penataan obat LASA dan High Alert seperti berikut : 1.
Obat  LASA  dan  High  Alert  diberi  label  atau  stiker  khusus  bertuliskan High  Alert  dan  LASA,  label  LASA  ditempelkan  pada  setiap  jolly  box
sedangkan High Alert di setiap jolly box dan kemasan obat. 2.
Adanya Tallman letter pada penamaan obat di jolly box LASA. 3.
Ketika obat akan diserahkan maka dilakukan double check oleh pegawai UPF.
Adapun  tujuan  dari  penataan  obat-obat  LASA  yakni  untuk  mengurangi kesalahan pengambilan obat. Penandaan LASA dilakukan untuk obat-obat dengan
pengucapan  sama  dan  rupabentuk  sama  look  alike  and  sound  alike,sedangkan penandaan  High  Alert  adalah  untuk  menghindari  resiko  fatal  bila  diberikan  pada
pasien yang salah, contoh LASA diantaranya : 1.
Pengucapan Bunyi sama a.
CISplatin-CARBOplatin b.
cefOTAXime-CefTRIAXone, dan sebagainya 2.
Penampilan sama
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 138
a. Furosemid ampul dan Diazepam ampul
b. Ondansentron 4 mg dan Ondansentron 8 mg
Pelaporan  obat  atau  alat  kesehatan  dilakukan  secara  manual  dan sistem komputer di setiap harinya.
3.8.6.4. Penyaluran
Pelayanan  barang  medik  dasar  di  GBPT  menggunakan  sistem  Ward  Floor Stock WFS. Sistem WFS terutama diterapkan untuk pelayanan obat-obatan yang
bersifat  life  savingemergency  yang  memerlukan  penanganan  cepatuntuk membantu  penyelamatan  pasien,  sehingga  pada  situasi  pasien  dalam  keadaan
kritis,  obat-obat  yang  dibutuhkan  disimpan  di  sekitar  area  pasien  dirawat. Sedangkan pelayanan obat per hari di ICCU, BU, dan NICU menggunakan sistem
Unit Dose Dispensing UDD. Perbekalan farmasi yang telah mendekati expired date 3 bulan sebelumnya,
ditawarkan  ke  UPF  lain  terlebih  dahulu  dan  apabila  tidak  ada  UPF  lain  yang memerlukan,  dilakukan  pengontrolan  perbekalan  farmasi  secara  rutin  dan
dikembalikan ke Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi. Pelayanan obat-obat High Alert juga dilakukan dengan sistem WFS di setiap
lantai  dengan  tujuan  untuk  memudahkan  pengelolaan.Obat-obat  High  Alert diletakkan  pada  tempat  yang  terpisah,  sesuai  dengan  sifat  obat  yang
membutuhkan pengawasan khusus, karena kesalahan penggunaan obat High Alert dapat menimbulkan bahaya harm pada pasien. Obat High Alert yang terdapat di
UPFGBPT  antara  lain  Injeksi  Epinephrine,  Injeksi  No-repinephrine,  Injeksi Midazolam 15 mg, Injeksi Midazolam 5 mg, dan KCl 7,46 25 mL.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 139
Alur penyaluran obat di unit pelayanan farmasi GBPT yaitu: 1.
Alur Pelayanan Kebutuhan Dasar
Gambar 3.16Alur Penyaluran Kebutuhan Dasar
2. Alur pelayanan kebutuhan diluar bahan dasar
Gambar 3.17Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan diluar Bahan Dasar
Masing-masing unit pelayanan di GBPT OK, Anestesi, RR,
ICU, ICCU,  NICU, BU
pengiriman permintaan
UPF GBPT
Lantai 1
UPPFS
Petugas Farmasi
Petugas UPF Lt. 4, 5, 6
Petugas UPF Farmasi Lt. 1
Nota
UPPFI Keluarga
Pasien
Kasir Lantai Dasar
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 140
3. Alur pelayanan RPO BUICUICCUNICU
Gambar 3.18Alur Penyaluran Obat di BU ICU ICCU NICU
RPO Asisten Apoteker
Ruangan
Konselin g
UPF Lt.1 skrining RPO
Penyiapan oleh AA
Koreksi ulang oleh AAapoteker
Penyerahan ke ruangan ICUICCUBUNICU
Oleh AA dengan perawat Pengkajianapoteker
Keluarga Pasien
Kasir Informasi obat dan biaya
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 141
4. Alur Pelayanan ObatAlkes di Ruang Operasi
Gambar 3.19Alur Pelayanan ObatAlkes di Ruang Operasi
Pasien
dari
ruangan Dikirim ke ruang transfer
Lantai dasar Pasien diantar ke OK 456
Ke ruang premedikasi Petugas farmasi
Dokter bedah Dokter Anestesi
Mengecek  Nama,  Ruangan, Status,  No.  RM,  Alamat,
Tindakan, Antibiotik
profilaksis Meminta obat dan
alkes untuk anastesi dengan form anastesi
Meminta Antibiotik profilaksis+Kateter set
Pasien masuk di OK Perawat
OK meminta
segala keperluan barang medik dengan form
pemakaian OK
Pasien di Operasi
Pekarya lantai 1 ambil data penggunaan barang medik dari OK
Status JKN fotocopy data operasi+persyaratan untuk klaim Status Umum pembayaran di kasir lantai 1
Dihargai di OK Perawat  memberikan  obat  baik  oral
maupun  injeksi  ke  pasien  sesuai jadwal
pemberian obat.Asisten
Apoteker  meng-entry  resep  RPO
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 142
3.8.6.5.Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian  dilakukan  terhadap  barang,  keuangan,  dan  administrasi, sedangkan pengawasan dilakukan terhadap mutu barang keadaan fisik dan waktu
kadaluarsa,  spesifikasi  bentuk  sediaan,  merk,  potensi,  dan  kemasan,  dan kuantitas  barang.  Pengawasan  dilakukan  untuk  mengetahui  kesesuaian  barang
yang tersedia dengan yang tercatat di kartu stok,sehingga perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pencatatan  kartu  stok  pada  setiap  pengeluaran  barang.  Kartu  tersebut
mencantumkan  nama  barang,  tanggal  masuk  barang,  tanggal  keluar  barang, jumlah  barang,  sisa  barang,  dan  tanggal  expired  date.  Setiap  barang  keluar
harus di entry terlebih dahulu sebelum ke ruangan. 2.
Pelaksanaan stock opname mandiri sebulan sekali danstock opname bersama setiap 3 bulan sekali.
3. Pemantauan  obat-obat  emergency  setiap  hari,  serta  pemantauan  obatalkes
slow moving atau death moving. 4.
Pemantauan obatalkes dalam keadaan 3 bulan menjelang waktu kadaluarsa. 5.
Permintaan dengan sistem komputer online antar unit pelayanan farmasi.
3.8.6.6. Pelaporan
Pelaporan  penggunaan  obat  narkotika,  psikotropika,  dan  bahan  dasar, laporan  klaim  asuransi  pasien  Jamkesmas,  PNS,  Askes,  dan  lain-lain,  laporan
pendapatan,  laporan  piutang,  laporan  expired  date  setiap  3  bulan,  untuk pemantauan dilakukan setiap bulan.
3.8.7. Kegiatan Farmasis di GBPT
Peran farmasis di GBPT terdiri dari dua aspek yakni aspek manajemen dan aspek pelayanan farmasi klinis.
Peran farmasis dalam aspek manajemen diantaranya : 1.
Merencanakan  kebutuhan  barang  medik  dan  menyalurkannya  sesuai permintaan tiap unit GBPT RR, Anestesi, OK, ICU, ICCU, NICU, BU.
2. Melakukan permintaan kebutuhan barang medik di semua unit GBPT.
3. Melakukan penerimaan dan penyimpanan barang medik.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 143
4. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pelayanan barang
medik di semua unit GBPT agar stok selalu tersedia, namun tidak sampai overstock.
Peran farmasis dalam aspek farmasi klinis antara lain: 1.
Melakukan visite bersama yang dipimpin oleh dokter intensivist ICU. 2.
Melakukan  pengkajian  RM  pasien,  mencatat  terapi  dan  data  pasien  dari Rekam  Medis  dan  lembar  observasi  ke  dalam  DFP  Dokumen  Farmasi
Penderita. 3.
Mengevaluasi adanya DRP dengan melakukan review terapi yang diberikan dan disesuaikan dengan data klinis dan laboratorium.
4. Memberikan rekomendasi kepada dokter tentang hasil temuan DRP.
5. Bekerja  sama  dengan  dokter  dan  perawat  dalam  melakukan  terapi
pengobatan terhadap pasien. 6.
Memberikan informasi obat dan alat kesehatan kepada dokter dan perawat. 7.
Memberikan  informasi  obat  dan  alat  kesehatan  kepada  keluarga  pasien meliputi kegunaan dan alasan pemilihan obatalat kesehatan yang digunakan
pasien beserta biayanya.
3.8.8. GBPT Lantai 2
Lantai 2 GBPT merupakan ruang pelayanan intensif yang terdiri dari ruang Intensive Care Unit ICU, ruang perawatan Intensive Cardiac Care Unit ICCU,
serta ruang perawatan Neonatal Intensive Care Unit NICU. Setiap petugas yang masuk  ruang  perawatan  intensif  harus  menggunakan  baju  yang  telah  disediakan
oleh GBPT  dengan dilengkapi masker dan penutup kepala. Guna meminimalkan terjadinya infeksi,  setiap petugas  yang melakukan kontak dengan pasien ataupun
setelah masuk ruang intensif, harus membasuh tangan dengan antiseptik alkohol- gliserin. Berikut penjelasan ruang pelayanan intensif yang terdapat di GBPT lantai
2 adalah:
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 144
3.8.8.1. Ruang perawatan Intensive Care Unit ICU
Indikasi pasien yang masuk ICU terdiri dari tiga prioritas antara lain: a.
Prioritas pertama Pasien  prioritas  pertama  merupakan  kelompok  sakit  gawat,  kritis,  tidak
stabil,  dan  memerlukan  terapi  intensif  seperti  pasien  gagal  nafas  yang memerlukan ventilator dan obat-obat vasoaktif secara kontinyu.
b. Prioritas kedua
Pasien  prioritas  kedua  merupakan  kelompok  pasien  yang  memerlukan pelayanan  pemantauan  canggih  seperti  pulmonary  arterial  cateter  contoh
pasien  dengan  penyakit  dasar  jantung,  paru,  ginjal  akut  dan  berat,  atau pasien yang telah mengalami pembedahan mayor.
c. Prioritas ketiga
Pasien  prioritas  ketiga  merupakan  kelompok  pasien  sakit  kritis  dan  tidak stabil  karena  penyakit  dasar  atau  penyakit  akut  yang  mengurangi
kesembuhan,terapi  ICU  akan  sangat  membantu  contoh  pasien  dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pasien jantungparu terminal
disertai komplikasi akut berat, serta pasien post operasi yang membutuhkan monitoring  dan  observasi  secara  intensif  contoh  pasien  post  operasi  open
heart, neurologi, dan trepanasi. Ruang  ICU  terdiri  dari  18  tempat  tidur  dan  2  ruang  isolasi.  Ruang  ICU
terdapat  obat-obat  emergency  seperti  dopamin,  epinefrin,  nor-epinefrin, dobutamin,  diazepam,  dan  atropin  sulfat.  Perbekalan  farmasi  yang  telah
mendekatiexpired date, ditawarkan ke UPF lain terlebih dahulu dan apabila tidak ada  UPF  lain  yang  memerlukan,  dilakukan  pengontrolan  perbekalan  farmasi
secara rutin dan dikembalikan ke Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Individu UPPFI atau Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar UPPFS.
3.8.8.2. Ruang perawatan Intensive Cardio Care Unit ICCU
Ruang  ICCU  terdiri  dari  6  tempat  tidur  dan  2  bed  ekstra.  Ruang  ini digunakan  untuk  pasien  dengan  kelainan  jantung  ataupun  pasien  yang  telah
menjalani  operasi  jantung  tertutup  seperti  tindakan  PTCA  Percutaneous Transluminal  Coronary  Angioplasty.  Di  ruang  ICCU  juga  terdapat  obat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 145
emergency  antara  lain:  dopamin,  epinefrin,  nor-epinefrin,  ISDN,  morphin, dobutamin, amiodaron, atropin sulfat, dan streptokinase.
3.8.8.3. NICU Neonatal Intensive Care Unit
NICU  merupakan  ruang  untuk  pasien  neonatus.  Ruang  perawatan  NICU terdapat  3  inkubator  dan  1  ekstra  inkubator.  Pasien  NICU  terdiri  dari  pasien
dengan umur 0-30 hari. Terdapat  juga obat  emergency tetapi  dalam jumlah  yang sedikit seperti dopamin, epinefrin, norepinefrin, dobutamin, diazepam, dan atropin
sulfat.
Gambar 3.20 Alur Pelayanan Resep di ICU ICCUNICUBU
3.8.9. GBPT Lantai 3
Lantai 3 GBPT juga merupakan ruang perawatan intensif,  yang terdiri dari Ruang Pulih SadarRecovery Room RR dan Ruang Perawatan Burn Unit BU.
3.8.9.1. Ruang Pulih Sadar Recovery Room RR
Recovery Room RR merupakan ruangan yang digunakan untuk monitoring dan observasi pasien post operasi yang belum sadar selama 2 jam. Semua pasien
post  operasi  akan  dikirim  ke  ruangan  ini,  kecuali  pasien  post  operasi  open  heart dan  tumor  dikirim  ke  ICU.  Lama  perawatan  di  RR  untuk  pasien  dengan  kondisi
stabil kurang lebih selama 2 jam. Sedangkan jika kondisi pasien belum stabil dan Lembar Observasi pasien
Resep Dokter perhari ditulis dalam RPO Dibuat DFP dokumen farmasi pasien
Pengkajian oleh farmasis kesesuaian resep dengan DFP setiap hari
Petugas farmasi mengecek stok obat alkes masing – masing
pasien dan disesuaikan dengan resep
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 146
masih  membutuhkan  monitoring,  maka  pasien  akan  berada  di  RR  sampai keesokan  harinya.  Apabila  kondisi  pasien  sudah  menunjukkan  perbaikan,  maka
pasien tersebut dapat dikembalikan ke ruang perawatan semula. Ruang ini memiliki kapasitas lebih dari 25 tempat tidur. Pelayanan obat dan
alat  kesehatan  di  ruangan  ini  menggunakan  sistem  Ward  Floor  Stock  WFS. Obat-obat  yang  disediakan  antara  lain  obat  yang  biasa  digunakan  untuk  pasien
post  operasi  seperti  analgesik,  anti  mual-muntah,  dan  terapi  cairan.  Ruang  RR juga terdapat obat-obat emergency.
3.8.9.2. Ruangan Pasien Luka bakar Burn Unit BU
Burn  Unit  dikhususkan  untuk  pasien  dengan  kondisi  luka  bakar,  dengan kriteria  luas  area  tubuh  yang  terbakar  pada  anak-anak  10,  sedangkan  dewasa
20. BU terdiri dari ruang BU 1, BU 2, serta ruang isolasi.  Burn Unit 1 terdiri dari  6  tempat  tidur  dan  3  ruang  isolasi,  dimana  digunakan  untuk  pasien  dengan
kondisi luka bakar dengan tingkat penyembuhan sebesar 60. Burn Unit 2 terdiri dari 4 tempat tidur yang merupakan ruang perawatan pasien dari BU 1 yang telah
membaikdan  pasien  dengan  tingkat  penyembuhan  luka  bakar  sebesar  35. Sedangkan  ruang  isolasi  merupakan  ruang  perawatan  pasien  dengan  indikasi
terjadinya  penularan  infeksi.  Ruang  isolasi  memiliki  bed  pasir  silikon  untuk pasien  luka  bakar  punggung.  Obat  emergency  yang  tersedia  di  BU  diantaranya
dopamin, epinefrin, nor-epinefrin, dobutamin, diazepam, dan atropin sulfat.
3.8.10. Kegiatan GBPT Lantai 4, 5, dan 6
GBPT  lantai  4  menyediakan  pelayanan  kamar  operasi,  dimana  terdapat  8 ruang operasi  yang diantaranya Operasi Digestif Dewasa, Operasi Anak, Operasi
Onkologi,  Operasi  Bedah  Plastik,  dan  Operasi  Urologi.  GBPT  lantai  5 menyediakan  8  ruang  operasi  untuk  Operasi  Mata,  Operasi  Kandunganobgyn,
Operasi  THT,  dan  Operasi  Kepala  Leher.  Sedangkan  GBPT  lantai  6  memiliki  6 ruang  operasi  untuk  Operasi  Thoraks  Kardiovaskular  TKV,  Operasi  Bedah
Saraf, dan  Operasi  Orthopedi Permintaan obat dan alat kesehatan di UPF lantai 4, 5, dan 6 dilakukan oleh
dokter  atau  perawat  dengan  mencantumkan  nama  dan  tanda  tangan  pada  form
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 147
permintaan  khusus  Form  Permintaan  Obat  yang  terbagi  menjadi  form  anestesi dan  form  OK.  Obat  dan  alat  kesehatan  yang  diminta  dokter  atau  perawat
disiapkan oleh Asisten Apoteker AA yang berada di UPF masing-masing lantai. Jika  obat  atau  alat  kesehatan  yang  disediakan  kurang,  maka  dokter  atau  perawat
akan  meminta  barang  tersebut  ke  UPF  lantai  tersebut,  namun  jika  terdapat  sisa obat  dan  alat  kesehatan  yang  tidak  digunakan  setelah  operasi  maka  dokter  atau
perawat  dapat  mengembalikan  ke  asisten  apoteker  kemudian  AA  akan mencatatnya  pada  Form  Lembar  Pemakaian  Obat  dan  Alkes  lalu  dientry  ke
komputer.  Petugas  farmasi  akan  memeriksa  ke  ruang  operasi  untuk  memastikan tidak ada sisa obat dan alat kesehatan yang tidak terpakai. Sediaan obat atau alat
kesehatan yang telah digunakan pasien akan ditagihkan ke keluarga pasien untuk dilakukan  pembayaran.  Status  pasien  umum  dapat  membayar  secara  tunai  ke
bagian  administrasi  lantai  G,  jika  status  pasien  JKN  maka  keluarga  pasien  harus melengkapi  persyaratan  sesuai  dengan  ketentuan  agar  dapat  diklaim  untuk
pembayaran  tindakan  operasi  dan  penggunaan  obat  atau  alat  kesehatan  yang digunakan selama operasi.
Penyimpanan  obat  di  GBPT  lantai  4,  5,  maupun  6  sesuai  kelas  terapi  dan abjad, sedangkan penyimpanan obat High Alert disimpan tersendiri dalam lemari
High Alert dengan tanda warna merah pada stiker penandanya, hal ini disesuaikan dengan sifat obat-obat High Alert yang membutuhkan pengawasan khusus karena
kesalahan  penggunaan  obat  High  Alert  dapat  menimbulkan  bahaya  harm  pada pasien.  Contoh  obat  yang  terdapat  dalam  lemari  High  Alert  yaitu  Epinephrine
Injeksi,  KCl  7.46  25  cc,  Midazolam  15  mg  Injeksi,  Midazolam  5  mg  Injeksi, dan  Nor-epinephrine  Injeksi.  Sedangkan  obat  LASA  Look  Alike  Sound  Alike
diberi penandaan tersendiri yakni label berwarna kuning yang bertuliskan LASA. Adapun alur permintaan obat dan alkes di GBPT adalah pasien dari ruangan
yang  telah  terjadwal  untuk  menjalani  operasi  dikirim  ke  ruang  transfer  di  lantai dasar.  Setelah  administrasi  selesai,  maka  pasien  dibawa  menuju  ruang  operasi
lantai 4, 5 atau 6. Ketika berada di ruang premedikasi, dokter bedah dan petugas farmasi  akan  mengecek  nama,  ruangan,  status,  nomor  RM,  alamat,  tindakan,
antibiotik  profilaksis  dari  pasien  tersebut.  Sementara  itu,  dokter  anastesi  akan meminta obat-obat anastesi pada unit sub pelayanan farmasi untuk disiapkan obat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo
Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 148
yang dibutuhkan. Kemudian perawat OK akan mencatat semua keperluan barang medik  yang  akan  digunakan  oleh  pasien  tersebut  untuk  disiapkan  oleh  petugas
farmasi.  Setelah  operasi  selesai,  box  akan  dikembalikan  ke  bagian  farmasi. penggunaan  dan  sisa  barang  medik  yang  dikembalikan,  dicatat  nama  dan
jumlahnya  oleh  petugas  farmasi.  Selanjutnya  data  dimasukkan  oleh  petugas entryAA ke komputer yang tersedia di ruangan OK. Data OK turun ke UPF lantai
1,  petugas  yang  berada  di  lantai  1  melakukan  verifikasi  data  OK,  sementara  itu keluarga  pasien  BPJS  menyerahkan  fotocopy  data  operasi  dan  persyaratan  untuk
diklaim  di  lantai  1.  Sedangkan  pasien  umum  melakukan  pembayaran  di  kasir lantai dasar GBPT.
Selama  PKPA  di  Unit  Pelayanan  Farmasi  UPF  GBPT,  mahasiswa melakukan  pengamatan  dan  pencatatan  obat  dan  alat  kesehatan  yang  digunakan
untuk  keperluan  operasi  di  GBPT.  Obat-obatan  yang  digunakan  antara  lain meliputi  obat-obat  premedikasi,  analgetika,  antibiotika  profilaksis  dan  obat-obat
anestesi. Pada umumnya, kegiatan manajerial pelayanan farmasi di GBPT lantai 4, 5,
maupun 6 sama. Perbedaan antara ketiga lantai tersebut terletak pada macam dan jenis  operasi  yang  dilakukan  tiap  lantai,  sehingga  antibiotik  profilaksis  yang
digunakan  juga  berbeda-beda.  Akantetapi  anestesi  dan  analgetik  yang  digunakan hampir sama untuk tiap lantai 4, 5, dan 6.
1. Antibiotik Profilaksis