Ny. SR Ny. BSF Ny. M Ny. KM Ny. RR Ca Cervix stage IIB Ny. AZ Ny. M P4004 + Ca Ovarium IV B + TAH-BSO-VC Ny. AS G2P11 3738 minggu + PEB + eklamsia + udem paru

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 200 No. Inisial Pasien Diagnosis

8. Ny. F

GI P00 3334 minggu + THIU +letkep + PEB + obes grade II 39,3 + TBJ 1900 g

9. Ny. MADA

G2P0101 3536 PEB + KPP

10. Ny. SF

GTN-HR pro EMACO I + metastase paru 11. Ny. FF GII P1001 3031 minggu THIU + PEB + BSC + PPT + TBJ 1000 g + hipoalbumin + cardio HT stage II 12. Ny. SA THIU + HT kronis S1 PEB + curiga VSD + obes gr 1 BMI = 34,1 + TBJ 300 g 13. Ny. LY GVP4004 3637 minggu THIU + letkap + PEB + TBJ 2500 g + obesitas grd 1

14. Ny. NMF Dysgerminoma

- Kelompok 5 No. Inisial Pasien Diagnosis

1. Ny. W

Ca Cervix stage IIIB pro ER-AFL

2. Ny. S

Ca Cervix stage IIB

3. Ny. EM

Post eksplorasi laparotomi + adhesiolisis + omentektomi + post SOS + salphingectomi D atas indikasi TOA + hidrosalping S + sepsis + post SVT + HbSAg + + HT terkontrol

4. Ny. IH

Adenomiosis post kestektomi sinistra atas indikasi endometrioma sinistra post bilateral kistektomi mioektomi atas indikasi endometriosis bilateral

5. Ny. FF

G2P1001 2829 minggu THIU + letak lintang kepala kiri + PEB + BSC + PPT + TBJ 900 g

6. Ny. SR

P5014, Ca Ovarium IIIB, Fistula Rectovaginal, Post Paclitaxel Carboplatin VI, Suboptimal debulking, Hernia Cicatricalis

7. Ny. BSF

Gestational Tromboplastik Neoplasia, pro EMACO II Ga

8. Ny. M

G3P2002 2021 minggu THIU + obs. Dispneu + asma bronkial + gasgropathy + hipokalemia terkoreksi + c infeksi saluran kemih + vertigo perifer

9. Ny. KM

Ca Cervix post TAH-BSO, Hidronefrosis ringan bilateral post cisplatin II

10. Ny. RR Ca Cervix stage IIB

11. Ny. AZ

Ca Cervix stage IIIB, Hidronefrosis 12. Ny. M P4004 + Ca Ovarium IV B + TAH-BSO-VC 13. Ny. AS G2P11 3738 minggu + PEB + eklamsia + udem paru Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 201

3.11.4. Kegiatan PKP di IRNA Obsgyn

Kegiatan praktik kerja profesi di IRNA Kebidanan danPenyakit Kandungan dilakukan selama 5hari, dimana antara mahasiswa dan Apoteker pembimbing akan melaksanakan: 1. Diskusi Awal Diskusi awal dilaksanakandengan materi, penjelasan dan gambaran umum tentang IRNA Kebidanan obsetri dan Penyakit Kandungan gynekologi, penjelasan mengenai tujuan PKPA di IRNA OBSGYN, penjelasan teknis pelaksanaan kegiatan, tugas apa yang harus dilakukan di ruangan, pembagian kelompok, serta survei ruangan yang ada pada bagian IRNA OBSGYN. 2. Diskusi Harian Diskusi harian dilakukan mengenai data pengobatan yang diperoleh dari Rekam Medik RM pasien yang kemudian dicatat dalam DFP-1 dan melakukan pengkajian data berdasarkan riwayat pengobatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Apabila ditemukan Drug Related Problems DRPs maka akan ditindak lanjuti dengan pengisian lembar pengkajian obat DFP- 2,lembar monitoring efek samping obat aktual DFP-3, form rencana kerja farmasi dan lembar pemantauan DFP-4, lembar konseling DFP-5, serta perhitungan dosis kemoterapi untuk obat-obat sitostatika di IRNA OBSGYN. 3. Pemantauan dosis obat kemoterapi pada form protokol kemoterapi Sebelum permintaan obat kemoterapi disetujui oleh Apoteker penanggung jawab ruangan, dilakukan pemeriksaan kembali terhadap pasien yang bersangkutan apakah regimen dosis obat yang tertulis di dalam protokol sudah sesuai. 4. Penentuan kasus terpilih Pada hari keempat akan dilakukan analisa oleh apoteker pembimbing, dari beberapa kasus akan dipilih 2 dua kasus yang akan dipresentasikan oleh kelompok pada hari ke lima dihadapan masing-masing pembimbing. 5. Presentasi kasus terpilih Kasus terpilih di masing-masing kelompok dibuat dalam bentuk power point dan kemudian dipresentasikan oleh kelompok dihadapan apoteker pembimbing, dalam hal ini kelompok akan menyampaikan hasil dari kasus Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 202 yang dikerjakan apakan sudah sesuai atau belum dengan pendapat dari pembimbing.

3.12. Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah

3.12.1. Gambaran Umum IRNA Bedah

Rawat inap bedah IRNA Bedah merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Soetomo salah satunya adalah Rawat Inap Bedah, dimana fasilitas ini untuk pasien yang memerlukan perawatan, pasien menunggu tindakan pembedahan operasi, pasien yang telah menjalani operasi dan dalam masa pemulihan atau pasien yang akan menjalani kemoterapi. Dalam IRNA Bedah terdapat beberapa Staf Medik Fungsional yang memiliki beberapa divisi didalamnya, yaitu: 1. SMF Bedah Umum, terbagi 5 divisi yaitu: a. Divisi bedah anak b. Divisi kepala leher c. Divisi bedah toraks kardiovaskuler d. Divisi bedah onkologi e. Divisi bedah digestif 2. SMF Bedah Syaraf, terdiri dari 6 divisi: a. Divisi neurotrauma b. Divisi Bedah syaraf pediatriak c. Divisi Tulang belakang dan sumsum tulang belakang d. Divisi Neuro vaskular e. Divisi Fungsional dan nyeri f. Divisi Bedah epilepsy 3. SMF Bedah Plastik terbagi menjadi 6 divisi yaitu: a. Divisi umum b. Divisi aesthetic c. Devisi burn d. Devisi hand e. Devisi craniofacial f. Devisi mikro Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 203 g. Divisi Endoskopi 4. SMF Ortopedi dan Traumatologi, terdiri dari: a. Divisi Hand and mikro surgery b. Divisi Lower extramity c. Divisi Spine surgery d. Divisi Muskuloskeletal tumor e. Divisi Pediatric otrhopedi 5. SMF Urologi a. Divisi Instalasi infasif minimal urogenital b. Divisi Rawat jalan urologi c. Divisi Kamar operasi Terdapat beberapa bangsal umum khusus untuk pasien yang membutuhkan pembedahan. Bangsal tersebur antara lain: 1. Ruang Bedah Aster Ruang Bedah A Ruang elektif kelas 2 dan kelas 3 khusus untuk pasien wanita dengan kasus: onkologi, kepala leher, digestif, urologi, bedah thoraks dan vaskuler. 2. Ruang Bedah Bogenvil Ruang Bedah B Ruang intermediate dengan kasus bedah umum dan bedah orthopedi 3. Ruang Bedah Cempaka Ruang Bedah C Kelas 1 untuk pasien laki-laki dengan kasus orthopedi dan kepala leher 4. Ruang Bedah Dahlia Ruang Bedah D Kelas 3 khusus pasien laki-laki dengan kasus penyakit urologi, onkologi, dan kasus lainnya. 5. Ruang Bedah Eidelweis Ruang Bedah E Kelas 3 untuk pasien wanita dengan kasus orthopedic dan onkologi 6. Ruang Bedah Flamboyan Ruang Bedah F Kelas 3 dengan kasus akut trauma. 7. Ruang Bedah Gladiol Ruang Bedah G Kelas 3 dengan kasus non trauma, Ruang untuk perawatan pasien intermediate care traumatic, bedah saraf, plastik, orthopedi dan urologi. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 204 8. Ruang Bedah Hebra Ruang Bedah H Kelas 3 dengan pasien wanita, kelas 1, 2, 3 dengan kasus penyakit bedah anak dan bedah onkologi. 9. Ruang Bedah Nusa Indah Ruang Bedah I Kelas 1 dengan fasilitas ruang berAC untuk semua pasien dan kasus penyakit bedah, kemoterapi. 10. Ruang Kemoterapi Semua pasien dengan kasus onkologi 11. Ruang Bedah Melati Ruang Mata Kelas 1, 2, 3 Semua pasien dengan kasus terbanyak penyakit mata seperti kasus katarak, retinal detachment dan kasus bedah lainnya 12. Ruang Bedah Teratai Ruang THT Kelas 1, 2, 3 Semua pasien dengan kasus terbanyak adalah penyakit THT seperti KNF dan kasus bedah lainnya

3.12.2. Manfaat dan tujuan PKPA di UPF IRNA Bedah

3.12.2.1. Manfaat Kegiatan PKPA di IRNA Bedah

1. Mahasiswa mendapat gambaran tentang aspek managerial di UPF IRNA. Bedah meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian dan pencatatan-pelaporan perbekalan farmasi. 2. Mahasiswa mendapat gambaran tentang kegiatan farmasi klinis yang dilakukan di ruangan IRNA Bedah. 3. Mahasiswa mendapat gambaran tentang pola penyakit dan pola pengobatan di IRNA Bedah

3.12.2.2. Tujuan Kegiatan PKPA di UPF IRNA Bedah

Peserta didik diharapkan mengetahui: a. Ruang lingkup pelayanan farmasi rawat inap bedah b. Kegiatan pelayanan farmasi rawat inap bedah c. Pelayanan Ward Floor Stock d. Pelayanan Individual Prescription e. Sistem pelayanan Unit Dose Dispensing Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 205 f. Ward Pharmacist g. Konseling obat h. Monitoring penggunaan obat Emergency i. Klasifikasi dari obat-obat LASA, High Alert dan Narkotika- Psikotropik j. Penanganan obat LASA, High Alert dan Narkotika-Psikotropik k. Obat-obat repacking l. Perencanaan obat

3.12.3. Alur Pengadaan Barang dan Distribusi di Unit Pelayanan Farmasi

IRNA Bedah a. AlurPengadaan Barang di Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah Unit pelayanan farmasi UPF di IRNA Bedah terdiri dari beberapa UPF di setiap ruangan, beberapa diantaranya adalah UPF ruangan bedah Dahlia, UPF ruangan Herbra dan UPF ruangan Gladiol. Selain UPF setiap ruangan, IRNA Bedah memiliki UPF yang buka selama 24 jam. Sedangkan UPF ruangan hanya buka dari jam 08.00 sampai dengan jam 17.00. UPF ruangan hanya buka pada hari senin sampai dengan jumat dengan 2 shift dan sabtu-minggu dengan 1 shift. Untuk alur pengadaan obat atau alat kesehatan dari UPF IRNA bedah ke UPF ruangan biasanya dilakukan setiap hari selama jam kerja. Pemesanan obat dan alat kesehatan dari UPF ruangan ke UPF IRNA bedah melalui system komputerisasi. UPF ruangan akan mengentry barang yang akan dipesan pada UPF IRNA bedah. UPF IRNA bedah akan menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai dengan permintaan UPF ruangan dan dilakukan pengecekan yang selanjutnya akan diantar kemasing-masing UPF ruangan. UPF ruangan dan UPF IRNA bedah hanya melayani pasien berdasarkan RPO yang ditulis oleh dokter. RPO yang ada di ruangan bedah ada berbagai macam, seperti RPO obat dan RPO alat kesehatan.UPF IRNA Bedah juga melayani berbagai macam status pasien, yaitu ada pasien umum, BPJS, dan lain sebagainya. Pengadaan UPF IRNA bedah yang ditujukan untuk UPPFS atau UPPFI dilakukan dua kali seminggu yaitu pada hari senin dan kamis.Apa bila terjadi kekosongan stok obat, maka UPF IRNA bedah langsung membuat permintaan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 206 kepada UPPFI danatau UPPFS. Oleh karena permintaan hanya dapat dilakukan seminggu dua kali kecuali untuk permintaan cito, maka rencana permintaan obat ke UPPFI danatau UPPFS atau manajemen obat di IRNA bedah tersebut harus benar-benar diperhatikan. UPF IRNA Bedah tersebut harus bisa menghitung atau menganalisa pemakaian obat dalam satu minggu, agar tidak terjadi kekosongan barang. Jika terdapat permintaan cito dari UPF ruangan IRNA Bedah dan tidak terdapat di UPF IRNA bedah maka diusahakan mencari di UPF lain. Jika tidak maka menghubungi UPPFI untuk melakukan pemesanan barang cito. Berikut merupakan alur permintaan perbekalan farmasi dari UPF IRNA bedah ke UPPFI. Gambar 3.35 Alur Permintaan Perbekalan Farmasi dari UPF IRNA Bedah ke UPPFI UPPFI Surat permintaan Pasien Stok kosong pada UPF IRNA bedahStok kosong Stok kosong pada UPF ruangan Distribusi Stok kosong pada UPF ruangan Surat permintaan Surat permintaan Distribusi Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 207

b. Alur Distribusi Farmasi di Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah

Sistem distribusi pelayanan farmasi yang dilaksanakan di Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah yaitu sistem UDD, WFS, dan IP. 1. Sistem distribusi UDD UDD merupakan pendistribusian sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan bahan habis pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosispasien. Sistem unit dose ini digunakan untuk pasien rawat inap PMK Nomor 58, 2014. Sistem pemberian obat pada pasien rawat inap dikemas dalam kemasan persekali pakai untuk pemakaian selama 24 jam. Obat yang disiapkan berdasarkan RPO yang diditulis oleh dokter dan diberikan kepada pasien. RPO bisa digunakan untuk tujuh hari pemakaian.Pasien akan menyerahkan RPO tersebut kepada asisten apoteker di UPF ruangan dan selanjutnya akan disiapkan oleh asisten apoteker. Kemudian diberikan kepada perawat melalui box UDDpasien yang telah disiapkan di ruangan perawat, kecuali obat yang memang bisa digunakan oleh pasien itu sendiri seperti obat sirup dan lain sebagainya diberikan langsung kepada pasien tersebut. Dokter akan meresepkan RPO baru dalam keadaan tertentu yang bisa diambil di UPF ruangan. Jika UPF ruangan tutup, maka obat dapat diambil pada UPF IRNA bedahdan diberikan kepada pasien untuk diserahkan pada perawat ruangan kecuali obat High Alert. Asisten apoteker yang ada di UPF ruangan akan memberikan obat tersebut berdasarkan etiket dimana warna etiket tersebut berdasarkan waktu pemakaian obat tersebut. Seperti etiket warna merah muda diminum pada pagi hari, etiket warna hijau diminum pada siang hari, etiket warna kuning pada malam hari dan etiket warna putih yang diminum dalam waktu yang khusus. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 208 Berikut merupakan gambar etiket yang ada diruangan UPF bedah, yaitu sebagai berikut: Gambar 3.36 Etiket UDD di salah satu UPF IRNA Bedah Alur Unit Dose Dispensing hingga pasien tersebut mendapatkan obat, yaitu sebagai berikut: Gambar 3.37 Alur UDD di IRNA Bedah Sistem distribusi UDD memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaanya. Kelebihan sistem UDD sebagai berikut: a. Meminimalkan medication error karena obat disiapkan oleh tenaga farmasis. b. Farmasis dapat melakukan therapeutic drug monitoring. c. Menciptakan sistem pengawasan ganda, yaitu oleh farmasis ketika membaca RPO sebelum dan sesudah menyiapkan obat, juga oleh perawat ketika membaca instruksi obat RM: Instruksi dokter sebelum memberikan Dokter RPO AA UPF Ruangan MemeriksaRPOdan stock diruangan obatalkes yang UPF Ruangan Obat diracik secara UDD Emergency Kit Perawat Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 209 obat pada pasien. Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan. d. Interaksi antara farmasis dengan dokter dan perawat menjadi lebih intensif. e. Farmasis mendapatkan profil pengobatan pasien secara lengkap. f. Mengurangi beban perawat dalam penyiapan obat. g. Mencegah obat berlebih dan menghindari kerusakan obat. h. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakai. i. Mengurangi penebusan RPO di luar Rumah Sakit. Kekurangan sistem distribusi UDD: a. Memerlukan tenaga farmasis yang lebih banyak. b. Memerlukan ruang penyimpanan untuk obat di Ruangan khusus UDD desentralisasi.

2. Ward Floor Stock WFS

WFS merupakan sistem distribusi dimana obat atau alat kesehatan disimpan dalam ruangan yang dapat dipakai sewaktu-waktu dalam keadaan emergancy oleh perawat ataupun dokter. Macam dan jumlah obat di WFS itu sendiri disesuaikan dengan jenis penyakit dan umur pasien yang terdapat diruangan tersebut. Pada sistem ini kebutuhan obat yang diperlukan oleh pasien langsung dapat dilayani oleh perawat tanpa harus menebus mengambil obat ketempat pelayanan farmasiapotek, yang kemudian farmasi mengecek obat apa saja yang sudah diambil kemudian dimintakan RPO.WFS berlaku untuk emergency kit, dan bahan dasar habis pakai. Obat emergency adalah obat yang digunakan untuk kondisi kegawat daruratan dan bersifat life saving menyelamatkan pasien dari kematian. Berdasarkan Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 210 Tabel 3.86 Obat WFS di IRNA Bedah No Nama Jumlah ED Obat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Adrenalin Atropin sulfas Ca glukonas Lidocain Diphenhidramin Dexamethason Aminophyllin Diazepam Furosemid RL NS 5 ampul 5 ampul 2 ampul 5 ampul 5 ampul 5 ampul 3 ampul 3 ampul 5 ampul 1 flash 1 flash Des 2016 Jun 2018 Jan 2018 Mei 2018 Jul 2018 Apr 2018 Sept 2019 Des 2017 Agust 2018 Sepy 2017 Agst 2017 Alat kesahatan 12 13 14 15 16 Infus set i.v catheter 20 spuit 3cc spuit 5cc spuit 10 cc 1 1 2

5 5

Nov 2019 Agust 2016 Mei 2017 Mei 2017 Jan 2017 Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin: a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain. Berikut merupakan alur distribusi Ward Floor stock, yaitu sebagai berikut: Gambar 3.38 Alur Distribusi WFS di IRNA Bedah Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 211 Kelebihan sistem distribusi WFS: a. Selalu ada persediaan obat yang siap pakai untuk pasien terutama untuk obat –obat yang bersifat life saving. b. Dapat mengurangi kemungkinan adanya pengembalian obat yang tidak habis terpakai ke instalasi farmasi. c. Mengurangi jumlah transkrip pesanan obat. d. Mengurangi jumlah kebutuhan personil farmasis. Kekurangan sistem distribusi WFS: a. Meningkatkan kemungkinan terjadinya medication error, misalnya obat tertukar karena yang menyerahkan adalah tenaga perawat bukan farmasis. b. Meningkatkan persediaan obat di pos perawatan sehingga besar kemungkinan terjadi penumpukan stok obat di pos perawatan. c. Memperbesar kemungkinan kehilangan obat karena tidak adanya pengawasan dari pihak farmasis. d. Menurunkan terjadinya kerusakan obat karena cara penyimpanan yang tidak benar. e. Meningkatkan kebutuhan modal tambahan untuk fasilitas penyimpanan obat. 3. Individual Prescription Merupakan sebuah sistem dimana dokter menuliskan resep untuk setiap pasien yang bersifat personal atau perorangan, kemudian resep tersebut disiapkan dan didistribusikan oleh UPF ruangan rawat inap. Metode tersebut digunakan apabila UPF ruangan tutup dan juga untuk pasien yang keluar rumah sakit KRS. Sistem Individual Prescription ini mencakup pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep peroranganpasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi. Kelebihan sistem distribusi IP: a. Memungkinkan farmasis memeriksa langsung semua peresepan obat. b. Memungkinkan farmasis untuk berinteraksi lebih banyak dengan pasien, dokter, dan perawat. c. Memungkinkan pengawasan penggunaan obat yang lebih teliti. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 212 d. Memudahkan cara pembayaran obat bagi pasien. e. Memungkinkan bagi farmasis memberikan pelayanan kepada pasien secara perseorangan. Berikut merupakan alur ditribusi IP, yaitu sebagai berikut f. g. h. i. Gambar 3.39 Alur Ditribusi Individual Prescription Di IRNA Bedah Kekurangan sistem distribusi IP: a. Meningkatkan kesulitan atau hambatan pasien dalam mendapatkan seluruh obat dalam resep, misalnya pasien tidak membawa uang yang cukup untuk menebus obat di instalasi farmasi rawat inap khususnya bagi pasien yang tidak ditanggung oleh asuransi. b. Meningkatkan kebutuhan akan adanya tenaga kefarmasian.

3.12.4. Penyimpanan UPF IRNA Bedah

Penyimpanan di UPF Bedah disusun berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan stabilitas kemudian diurutkan berdasarkan abjad dan system FEFO. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pencarian sediaan yang akan diserahkan ke pasien dan mengurangi resiko kesalahan pengambilan. Obat – obat dan alkes disimpan dalam dalam jolly box . Di setiap jolly box diberi nama obat dan sticker LASA Look Alike Sound Alike untuk obat-obat NORUM Nama Obat Rupa Ucapan Mirip. Obat-obat yang termasuk High Alert disimpan di lemari diberi tersendiri dan tiap jolly box serta pada kemasan obat diberi label High Alert. Dokter RPO Pasien UPF IRNA bedah Obat Alkes Rawat Jalan Perawat Rawat inap Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 213 Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika juga disimpan di lemari tersendiri. Suhu ruangan dijaga antara 15 –25 o C menggunakan AC. Suhu ruangan dikontrol menggunakan thermometer yang terpasang di dinding dan dikontrol setiap hari. 1. Obat LASA Pengaturan penempatan obat-obat LASA tidak boleh diletakkan dalam jarak yang berdekatan dan penggunaan prinsip Tall Man Lettering dalam pelabelan nama obat di Jolly Box serta selalu dilakukan double checking. Tabel 3.87 Daftar Obat LASA di UPF IRNA Bedah No. Nama Obat 1. Actaxon-penemac 2. Asvex-Inolin

3. Cefazol dan Cefizox