Dampak Kenaikan Jumlah Kredit dan Harga Input Produksi

Dampak simultan dari kenaikan tingkat suku bunga kredit usahatani ternyata mampu menekan penggunaan input usahatani, sehingga pada gilirannya menyebabkan produksi usaha padi dan usaha sapi menurun. Hasil serupa diperoleh Kusnadi 2005 yang menyatakan bahwa peningkatan suku bunga kredit akan menurunkan penggunaan pupuk urea dan SP-36, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produk usahatani tanaman pangan dan penerimaan total usahatani.

8.4. Dampak Kenaikan Jumlah Kredit dan Harga Input Produksi

Jumlah kredit usahatani yang diterima oleh petani secara langsung terkait dengan permintaan input produksi baik untuk usaha padi maupun usaha sapi. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menganalisis dampak dari kenaikan jumlah kredit usahatani dan harga input produksi secara simultan. Namun kenaikan jumlah kredit untuk usaha sapi dan tingkat suku bunganya tidak relevan untuk dibahas bagi petani Non SITT yang tidak memperoleh kredit usaha sapi. Oleh karenanya petani kelompok ini hanya akan dianalisis untuk dampak kenaikan jumlah kredit usaha padi dengan tingkat suku bunga. Hal ini masing-masing diterjemahkan dalam tiga skenario, yaitu 1 jumlah kredit usaha padi naik 75 persen dan harga input produksi padi naik 5 persen Skenario 6, 2 jumlah kredit usaha sapi naik 75 persen dan harga input produksi sapi naik 5 persen Skenario 7, serta 3 kombinasi dari jumlah kredit usahatani naik 75 persen serta harga input produksi padi dan sapi naik masing-masing sebesar 5 persen Skenario 8. Skenario 7 dan 8 hanya berlaku bagi petani peserta program sistem integrasi tanaman ternak. Hasil simulasi pada skenario 6 menunjukkan bahwa pendapatan total bagi petani Non SITT relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petani SITT Tabel 20. Hal ini disebabkan karena kenaikan luas areal panen padi yang lebih tinggi, sehingga kenaikan produksi padi pada kelompok petani ini mencapai 4.4 persen, sedangkan hal tersebut bagi petani SITT hanya mencapai 1.1 persen. Dampak kenaikan jumlah kredit usahatani dan harga input produksi juga menyebabkan peningkatan jumlah permintaan input produksi untuk usaha padi. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga input produksi dapat dibiayai dari peningkatan jumlah kredit usahatani yang diterima oleh petani. Kebutuhan memenuhi permintaan input produksi merupakan kebutuhan uang tunai yang dapat dialokasikan dari penyediaan kredit usahatani. Hampir serupa dengan dampak pada kombinasi kenaikan jumlah kredit usaha padi dan harga input produksi, hasil simulasi untuk kenaikan jumlah kredit usaha sapi dan harga input produksi sapi skenario 7 menyebabkan seluruh aktivitas ekonomi rumahtangga petani SITT meningkat, kecuali pada curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha lain. Hal ini cukup beralasan karena penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi dan usaha sapi meningkat, sehingga alokasi tenaga kerja keluarga untuk bekerja diluar usahatani sendiri menjadi berkurang. Dampak kenaikan jumlah kredit usaha sapi dan harga input produksi sapi mengakibatkan kenaikan produksi sapi sebesar 3 persen. Hal ini menyebabkan meningkatnya pendapatan usaha sapi yang pada akhirnya pendapatan total rumahtangga petani juga naik. Tabel 20. Dampak Kenaikan Jumlah Kredit dan Harga Input Produksi terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani SITT dan Non SITT Peubah Endogen Skenario 6 Skenario 7 Skenario 8 SITT Non SITT SITT SITT Luas areal panen padi 1.103 3.517 1.199 2.277 Produksi padi 1.128 4.409 1.410 2.691 Produksi kompos 2.074 0.680 0.370 2.443 Produksi sapi 0.248 0.209 2.984 3.223 Penggunaan TK kel padi 0.053 0.184 0.103 0.155 Penggunaan TK luar padi 0.221 0.643 0.611 0.830 Penggunaan TK kel sapi 0.010 0.034 0.019 0.029 Curahan TK keluarga - 0.048 - 0.170 - 0.092 - 0.138 Jumlah benih padi 2.943 6.344 0.962 3.893 Jumlah pupuk urea 1.333 3.200 0.971 2.290 Jumlah pupuk SP-36 0.128 1.264 1.909 1.716 Jumlah pupuk KCl 0.224 1.239 1.250 0.972 Jumlah obatpestisida 1.597 4.577 1.825 3.411 Jumlah kompos 0.048 1.052 1.676 0.335 Jumlah bakalan sapi 0.202 0.568 0.115 1.813 Jumlah jerami segar 0.221 0.638 0.100 0.321 Jumlah konsentrat 0.191 1.039 19.426 19.713 Jumlah obat sapi 0.266 1.081 22.604 22.868 Biaya sarana padi 3.940 6.120 1.467 5.464 Biaya sarana sapi 0.207 0.644 5.454 5.670 Penerimaan usahatani 0.718 2.387 2.018 2.729 Pendapatan padi 0.592 4.622 1.631 2.195 Pendapatan sapi 0.237 0.211 1.512 1.740 Pendapatan kompos 12.331 10.473 0.813 13.175 Pendapatan usahatani 0.528 2.640 1.431 1.941 Pendapatan luar usahatani - 0.022 - 0.090 - 0.043 - 0.065 Pendapatan total 0.399 1.973 1.085 1.470 Konsumsi pangan 0.286 1.036 0.491 0.772 Konsumsi non pangan 0.435 1.868 0.928 1.352 Konsumsi total 0.328 1.253 0.612 0.933 Konsumsi gabah 0.246 1.214 0.739 0.985 Surplus gabah 1.368 5.315 1.572 3.105 Investasi sumberdaya 0.153 0.693 0.454 0.580 Investasi produksi 0.196 0.964 0.544 0.734 Investasi total 0.146 0.752 0.474 0.614 Tabungan 0.788 2.875 0.986 1.765 Cicilan kredit usahatani 1.408 4.839 1.440 2.837 Cicilan kredit usahasapi 0.072 - 0.195 0.265 Keterangan: Skenario 6: Kenaikan jumlah kredit usaha padi sebesar 75 persen dan harga input produksi padi sebesar 5 persen Skenario7: Kenaikan jumlah kredit usaha sapi sebesar 75 persen dan harga input produksi sapi sebesar 5 persen bagi petani SITT Skenario8: Kenaikan kombinasi jumlah kredit sebesar 75 persen dan harga input produksi sebesar 5 persen bagi petani SITT Dampak yang diperoleh dari hasil simulasi pada skenario 6 dan 7 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah kredit usaha sapi dan harga input produksi sapi rata-rata memberikan besaran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kenaikan jumlah kredit usaha padi dan harga input produksi padi. Hal ini disebabkan karena permintaan bakalan sapi sangat responsif terhadap harga bakalannya, sehingga petani akan merespon lebih besar akibat kenaikan harga input produksi sapi, dalam hal ini adalah bakalan sapi. Kenaikan jumlah kredit usaha sapi dan harga input produksi sapi mengakibatkan meningkatnya permintaan konsentrat yang cukup besar, yakni sekitar 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi realokasi anggaran bagi rumahtangga petani yang memutuskan untuk membiayai permintaan konsentrat dengan harga yang meningkat jika terjadi kenaikan jumlah kredit. Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa permintaan kredit usaha sapi berpengaruh nyata terhadap penggunaan konsentrat dalam usaha sapi. Dampak kenaikan kombinasi antara jumlah kredit usahatani padi dan sapi dengan harga input produksinya disajikan secara rinci pada skenario 8. Hasil simulasi hampir serupa dengan skenario 7 dari segi arah, hanya besarannya yang relatif lebih besar. Dampak simultan dari peningkatan jumlah kredit usahatani dan harga input produksi mampu meningkatkan penggunaan input usahatani, sehingga pada gilirannya menyebabkan kenaikan produksi padi, sapi dan kompos. Hal ini akan mengakibatkan penerimaan usahatani meningkat dan pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan total rumahtangga petani, meskipun dalam persentase yang relatif kecil. Pendapatan dari usaha kompos menunjukkan kenaikan yang cukup besar, yakni sekitar 13 persen, meskipun konstribusi pendapatan ini terhadap pendapatan total rumahtangga petani relatif kecil. Adanya perubahan dalam struktur pendapatan rumahtangga akan berdampak pada alokasi struktur pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan meningkat, sehingga konsumsi total naik sekitar 1 persen. Demikian pula halnya dengan pengeluaran untuk investasi sumberdaya dan investasi produksi. Rumahtangga petani juga masih mampu untuk menyisihkan sebagian uang tunai untuk tabungan yang meningkat sekitar 1.8 persen. Demikian pula halnya dengan biaya untuk membayar cicilan usahatani, dimana peningkatannya pada usaha padi relatif lebih besar dibandingkan dengan usaha sapi. Hal ini cukup beralasan karena semakin tinggi jumlah kredit yang diterima petani, akan semakin besar biaya untuk membayar cicilan tersebut.

8.5 Dampak Kenaikan Tingkat Suku Bunga dan Harga Output