Data dan Metoda Pengambilan Contoh Identifikasi Model

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian

Program sistem integrasi tanaman-ternak mulai dikembangkan di sebelas propinsi yang meliputi 20 kabupaten pada tahun 2002. Propinsi tersebut adalah Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Penentuan propinsi dan kabupaten dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, meliputi tiga propinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, yang merupakan daerah sentra produksi padi sekaligus memiliki populasi sapi potong yang besar di Indonesia. Propinsi DI Yogyakarta diwakili oleh kabupaten Sleman dan Bantul, propinsi Jawa Tengah oleh kabupaten Sragen dan Grobogan, serta kabupaten Bojonegoro yang mewakili propinsi Jawa Timur. Hal ini dilakukan sesuai dengan kabupaten yang telah melaksanakan program sistem integrasi tanaman-ternak.

4.2. Data dan Metoda Pengambilan Contoh

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2005 sampai dengan Pebruari 2006. Jenis data penelitian merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari rumahtangga petani melalui teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari masing-masing kantor kecamatan yang merupakan kompilasi dari data desa terpilih untuk mengetahui kondisi agroekosistem setempat, seperti curah hujan, jenis dan struktur tanah, ketinggian wilayah, populasi ternak sapi, dan lain sebagainya. Masing-masing sejumlah 193 petani dan 81 petani yang dipilih secara acak telah diwawancara sebagai responden pada kelompok peserta dan bukan peserta program sistem integrasi tanaman-ternak. Wawancara dilakukan terhadap dua kelompok petani, yakni 1 petani peserta program sistem integrasi padi ternak, dan 2 petani yang bukan peserta program, namun memiliki dan mengusahakan sawah maupun usaha sapi sapi potong. Daftar pertanyaan meliputi 1 karakteristik rumahtangga petani, 2 penguasaan lahan dan ternak sapi serta masing-masing produksinya, 3 penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi dan sapi, 4 penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usaha padi, 5 alokasi curahan tenaga kerja keluarga pada usaha diluar usahatani sendiri yang meliputi buruh tani dan buruh non pertanian, 6 penggunaan sarana produksi, 7 komponen biaya produksi, 8 struktur pengeluaran rumahtangga petani meliputi konsumsi dan investasi, serta 9 tabungan dan cicilan untuk membayar kredit usahatani.

4.3. Perumusan Model

Model ekonomi dibentuk dalam upaya membuat suatu permasalahan menjadi sederhana melalui pendekatan kuantitatif. Tujuan utamanya adalah dapat menentukan implikasi dari teori ekonomi yang dapat diterapkan pada usaha pertanian, utamanya dalam pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak di Indonesia. Dalam kondisi yang cukup, teori-teori ini dapat menerangkan aspek- aspek yang berhubungan antara peubah-peubah yang dispesifikasikan ke dalam model ekonomi seperti aspek produksi, konsumsi, tenaga kerja, input produksi, pendapatan, pengeluaran, cicilan untuk membayar kredit dan tabungan dari perilaku ekonomi rumahtangga petani.

4.3.1. Model Adopsi Sistem Integrasi Tanaman-Ternak

Adopsi sistem integrasi tanaman-ternak merupakan kejadian biner yang bernilai 0 dan 1, dimana kegiatan adopsi ini dianggap sebagai peubah boneka. Petani yang mengadopsi sistem tersebut diberi nilai 1 dan yang belum menerapkan program tersebut diberi nilai 0. Model regresi linier biasa tidak dapat diterapkan pada kondisi tersebut, sebab respon kualitatif untuk mengetahui pengaruh peubah bebas dapat berada diluar kisaran 0 dan 1. Oleh karena itu, digunakan model fungsi logit untuk menduga model tersebut dengan bentuk umum sebagai berikut Pyndick dan Rubenfeld, 1998; Hosmer, 1989: 1 P = - α + β i X i 4.1 1 + e dimana: P : peluang petani untuk menerapkan program sistem integrasi tanaman- ternak nilai antara 0 dan 1 X i : peubah bebas α : intersep β i : parameter fungsi logit e : bilangan natural = 2.7182 Modifikasi persamaan 4.1 dapat dilakukan sebagai berikut: - α + β i X i 1 - P e = P α + β i X i 1 - P e = P α + β i X i ln e = ln 1 – P p p = ln P = α + β i X i 4.2 1 - P Pada kegiatan penelitian ini model adopsi teknologi yang akan diduga dengan fungsi logit terdiri atas lima kelompok peubah, yakni 1 karakteristik petani, meliputi pendidikan dan pekerjaan kepala keluarga, 2 kondisi usahatani, meliputi jumlah sapi yang dimiliki dan jumlah penggunaan kompos, 3 ketersediaan tenaga kerja keluarga, meliputi alokasi penggunaan tenaga kerja kepala keluarga pada usaha padi dan penggunaan tenaga kerja kepala keluarga dan istri pada usaha sapi, 4 pendapatan usaha sapi dan 5 akses terhadap informasi teknologi, meliputi keikutsertaan anggota rumahtangga dalam organisasi tani dan frekuensi mengikuti program penyuluhan. Pemilihan peubah-peubah penjelas dalam model pendugaan fungsi logit berdasarkan atas relevansi terhadap kebutuhan utama petani, dalam hal ini adalah penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak. Studi terdahulu yang dilakukan oleh Basit 1996, Bulu et al., 2004 dan Usman 2006 terhadap peubah-peubah penjelas pada pendugaan model untuk adopsi teknologi juga menjadi inspirasi penulis dalam memasukkan peubah-peubah tersebut dalam model penelitian ini. Sehingga, model adopsi program sistem integrasi tanaman- ternak yang akan diduga dengan fungsi logit sebagaimana dalam persamaan 4.2 adalah: P = f KP j , KU k , TK l , PD m , IT n 4.3 untuk: j = 1, 2 kelompok karakteristik petani k = 1, 2 kondisi usaha padi dan sapi l = 1, 2, 3 kelompok tenaga kerja keluarga m = 1 kelompok pendapatan n = 1, 2 kelompok informasi teknologi dimana: KP1 : pendidikan kepala keluarga tahun KP2 : pekerjaan kepala keluarga KU1 : jumlah sapi yang dimiliki ekor KU2 : penggunaan kompos kg TK1 : alokasi penggunaan TK kepala keluarga pada usaha padi HOK TK2 : alokasi penggunaan TK kepala keluarga pada usaha sapi HOK TK3 : alokasi penggunaan TK istri pada usaha sapi HOK PD1 : pendapatan usaha sapi Rptahun IT1 : keikutsertaan dalam organisasi tani buah IT2 : frekuensi mengikuti penyuluhan Pendugaan model logit dilakukan dengan bantuan komputer program Minitab versi 14.

4.3.2. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sistem Integrasi Tanaman- Ternak

Berbagai hubungan keterkaitan antara berbagai peubah yang tercakup dalam rumahtangga petani pada sistem integrasi tanaman-ternak dianalisis pada bagian ini. Model yang digunakan dalam rancangan penelitian ini model ekonomi rumahtangga pertanian Singh et al., 1986 dan dirumuskan dalam suatu sistem persamaan simultan yang terdiri dari persamaan struktural dan persamaan identitas. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi baik dalam arah dan besaran parameter, uji statistik dan matematis maupun kelayakan asumsi-asumsi ekonomi yang digunakan Sinaga, 2003. Dalam prosedur analisis, model dirumuskan dalam bentuk persamaan linear additive . Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani pada pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak dalam kegiatan produksi dan konsumsi dianalisis sesuai pada Gambar 5. Peubah-peubah utama yang menjadi tekanan dalam model tersebut adalah peubah produksi, tenaga kerja, penggunaan input, biaya produksi, pendapatan, pengeluaran, tabungan dan cicilan membayar kredit usahatani. Nama peubah endogen dan eksogen disajikan secara rinci pada Tabel 2. Dengan mensimulasi hubungan-hubungan keterkaitan antar peubah, maka dapat pula dibuat berbagai analisis kebijakan yang terkait dengan pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak, seperti kebijakan harga input termasuk upah tenaga kerja dan output usahatani, tingkat suku bunga kredit, jumlah kredit usahatani, pendapatan di luar usahatani, dan lain sebagainya.

4.3.2.1. Produksi Tanaman-Ternak

Produksi usahatani yang diusahakan dikelompokkan atas usaha tanaman padi dan usaha peternakan sapi potong serta produksi kompos. Produksi padi merupakan fungsi dari harga gabah dan luas areal panen, dimana luas areal panen padi dipengaruhi oleh jumlah penggunaan input produksi dan penggunaan tenaga kerja keluarga. Keragaman luas areal panen padi terutama disebabkan oleh adanya keragaman intensitas pertanaman padi dalam setahun. Penggunaan input produksi meliputi jumlah benih padi, jumlah pupuk urea, jumlah obatpestisida dan jumlah kompos. 67 P R O P P D P P D K P R O S P D S P R O K B S P B S S P U T P D U T P D T S P L U H G H B P H P U H P S H P K H O H K H K T R P U L H P R H S G H K A J K T R J P R J S G J K A J B P J P U J P S J P K J O H S H H B S H J F N H K O H O S J B S J F N J K O J O S J T K D P J T K L P J T K D S J C K L A P U T K E X P U M E D J K R E T J K R E S S B T S P P K P K N P K T S B S I S I P I N V T A B K R E T K R E S J A K J A S J K P D T B S K J T K P K O N S P Keterangan: : Peubah eksogen : Peubah endogen Gambar 5. Diagram Keterkaitan Antar Peubah Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Tabel 2. Daftar Nama Peubah pada Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sistem Integrasi Tanaman-Ternak No Peubah Keterangan Peubah Endogen 1 LAP Luas areal panen padi m 2 2 PROP Produksi padi kg 3 PROK Produksi kompos kg 4 PROS Produksi sapi kg 5 JTKDP Penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi jamtahun 6 JTKLP Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usaha padi jamtahun 7 JTKDS Penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha sapi jamtahun 8 JCK Curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh tani dan non pertanian jamtahun 9 JBP Jumlah benih padi kg 10 JPU Jumlah pupuk urea kg 11 JPS Jumlah pupuk SP-36 kg 12 JPK Jumlah pupuk KCl kg 13 JO Jumlah obatpestisida kg 14 JK Jumlah kompos kg 15 JBS Jumlah bakalan sapi kg 16 JFN Jumlah jerami non fermentasisegar kg 17 JKO Jumlah konsentrat kg 18 JOS Jumlah obat sapi kg 19 BSP Biaya sarana padi Rp 20 BSS Biaya sarana sapi Rp 21 PUT Penerimaan usahatani Rp 22 PDP Pendapatan usaha padi Rp 23 PDK Pendapatan usaha kompos Rp 24 PDS Pendapatan usaha sapi Rp 25 PDUT Pendapatan dari usahatani Rp 26 PLU Pendapatan di luar usahatani Rp 27 PDT Pendapatan total rumahtangga petani Rp 28 SPP Surplus padi kg 29 KP Konsumsi pangan Rp 30 KNP Konsumsi non pangan Rp 31 KT Konsumsi total Rp 32 KONSP Konsumsi gabah kg 33 IS Investasi sumberdaya Rp 34 IP Investasi produksi Rp 35 INV Investasi total Rp 36 TAB Tabungan 37 KRET Biaya untuk membayar cicilan usaha padi Rp 38 KRES Biaya untuk membayar cicilan usaha sapi Rp Peubah Eksogen 1 HG Harga gabah Rpkg 2 HK Harga kompos Rpkg 3 HSH Harga sapi hidup Rpkg 4 HBP Harga benih padi Rpkg 5 HPU Harga pupuk urea Rpkg 6 HPS Harga pupuk SP-36 Rpkg 7 HPK Harga pupuk KCl Rpkg 8 HO Harga obatpestisida Rpl 9 HBS Harga bakalan sapi Rpkg 10 HJFN Harga jerami non fermentasisegar Rpkg 11 HKO Harga konsentrat Rpkg 12 HOS Harga obat sapi Rpl 13 HJG Harga jagung Rpkg 14 HKT Harga kacang tanah Rpkg 15 HKD Harga kedelai Rpkg 16 PROJG Produksi jagung kg 17 PROKT Produksi kacang tanah kg 18 PROKD Produksi kedelai kg 19 HKTR Harga kotoran sapi Rpkg 20 HPR Harga probion Rpkg 21 HSG Harga serbuk gergaji Rpkg 22 HKA Harga kapur Rpkg 23 JKTR Jumlah kotoran sapi kg 24 JPR Jumlah probion kg 25 JSG Jumlah serbuk gergaji kg 26 JKA Jumlah kapur kg 27 PUL1 Pendapatan diluar usaha pertanian dari KK Rp 28 PUL2 Pendapatan diluar usaha pertanian dari istri Rp 29 UTK Upah tenaga kerja Rphari 30 JKRET Jumlah kredit usaha padi yang diterima petani Rp 31 JKRES Jumlah kredit usaha sapi yang diterima petani Rp 32 SBT Tingkat suku bunga kredit usaha padi 33 SBS Tingkat suku bunga kredit usaha sapi 34 UM Umur KK tahun 35 ED Pendidikan KK tahun 36 JAK Jumlah anggota keluarga orang 37 JAS Jumlah anak sekolah orang Fungsi luas areal panen padi dirumuskan menjadi : LAP i = a JBP, JPU, JO, JK, JTKDP Persamaan luas areal panen padi menjadi : LAP i = a + a 1 JBP + a 2 JPU + a 3 JO + a 4 JK + a 5 JTKDP + U 1 4.4 dimana: LAP : luas areal panen m 2 JBP : jumlah benih padi kg JPU : jumlah pupuk urea kg JO : jumlah obatpestisida kg JK : jumlah kompos kg JTKDP: penggunaan tenaga kerja keluarga usaha padi jam U 1 : merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah a 1 , a 2 , a 3 , a 4 , dan a 5 0. Produksi padi dipengaruhi oleh harga gabah dan luas areal panen padi. Fungsi produksi padi dirumuskan menjadi : PROP i = b HG, LAP Persamaan produksi padi menjadi: PROP i = b + b 1 HG + b 2 LAP + U 2 4.5 dimana: PROP : produksi padi kg HG : harga gabah Rpkg U 2 : merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah b 2 0 dan b 1 0. Fungsi produksi kompos dipengaruhi oleh faktor penggunaan input produksi kompos, tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi dan pendapatan usahatani. Fungsi produksi kompos dirumuskan menjadi: PROK i = c JKTR, JPR, JTKDS, PDUT Persamaan produksi kompos menjadi: PROK i = c + c 1 JKTR i + c 2 JPR + c 3 JTKDS + c 4 PDUT + U 3 4.6 dimana: PROK : produksi kompos kg JKTR : jumlah kotoran ternak kg JPR : jumlah probion kg JTKDS: penggunaan tenaga kerja keluarga pada usahatani sapi jam PDUT: pendapatan usahatani Rp Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah c 1 , c 2 , c 3 , c 4 dan c 5 0. Fungsi produksi sapi dipengaruhi oleh harga sapi hidup dan penggunaan fakor input produksi sapi seperti jumlah jerami segar, jumlah bakalan sapi, jumlah konsentrat dan jumlah obat sapi. Fungsi produksi sapi dirumuskan menjadi: PROS i = d HSH, JFN, JBS, JKO, JOS Persamaan produksi sapi menjadi: PROS i = d + d 1 HSH i + d 2 JFN + d 3 JBS + d 4 JKO + d 5 JOS + U 4 4.7 dimana HSH : harga sapi hidup Rpkg JFN : jumlah jerami segar kg JBS : jumlah bakalan sapi kg JKO : jumlah konsentrat kg JOS : jumlah obat sapi l U 4 : merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah d 1 , d 2 , d 3 , d 4 dan d 5 0.

4.3.2.2. Penggunaan dan Curahan Tenaga Kerja

Pada bagian ini dirumuskan penggunaan tenaga kerja keluarga untuk kegiatan usahatani, permintaan tenaga kerja luar keluarga dan penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha buruh baik buruh tani maupun non tani. Pada model ekonomi rumahtangga petani, tenaga kerja keluarga dapat dilihat sebagai curahan kerja keluarga pada usahatani atau penggunaan tenaga kerja keluarga pada usahatani. Secara teori, curahan kerja keluarga merupakan penawaran tenaga kerja keluarga pada kegiatan usahatani sendiri, sedangkan penggunaan tenaga kerja dipandang sebagai permintaan usahatani sendiri terhadap tenaga kerja keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani sendiri dapat dinyatakan sebagai permintaan rumahtangga terhadap tenaga kerja luar keluarga. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja keluarga yang bekerja di luar usahatani dapat dinyatakan sebagai penawaran tenaga kerja rumahtangga di luar usahatani.

4.3.2.2.1. Penggunaan Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja dalam sistem usahatani dibagi dalam dua kelompok, yakni tenaga kerja keluarga dan dari luar keluarga. Pada sisi permintaan, dari dalam usahatani sendiri, maka penggunaan tenaga kerja keluarga dibagi menjadi penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi dan sapi. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga hanya dipergunakan bagi usaha padi, karena tidak ada petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga untuk usaha sapi. Penggunaan tenaga kerja keluarga juga dialokasikan pada usaha buruh baik buruh tani maupun non tani. Penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi, curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha buruh, upah tenaga kerja dan pengeluaran yang merupakan komponen dari konsumsi dan investasi. Fungsi penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi adalah : JTKDP i = e JTKDS i , JCK i , UTK i , EXP i Persamaan penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi menjadi: JTKDP i = e + e 1 JTKDS i + e 2 JCK i + e 3 UTK i + e 4 EXP i + U 5 4.8 dimana: JCK : curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh jam UTK : upah tenaga kerja Rp EXP : pengeluaran Rp U 5 : merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah e 1 , e 2 , e 3 0 dan e 4 0. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usaha padi dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja keluarga unttuk usaha sapi, curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh, upah tenaga kerja dan penerimaan usahatani. Fungsi penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usaha padi adalah: JTKLP i = f JTKDS i , JCK i , UTK i , PUT i Persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usaha padi menjadi: JTKLP i = f + f 1 JTKDS i + f 2 JCK i + f 3 UTK i + f 4 PUT i + U 6 4.9 dimana: JTKLP : tenaga kerja luar keluarga pada usaha padi jam PUT : penerimaan usaha tani Rp U 6 : peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah f 1 , f 2, f 3 0 dan f 4 0. Penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usahatani sapi dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi, curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha buruh, umur petani dan pengeluaran. Fungsi penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usahatani sapi adalah : JTKDS i = g JTKDP i , JCK i , UM i , EXP i Persamaan penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usahatani sapi menjadi: JTKDS i = g + g 1 JTKDP i + g 2 JCK i + g 3 UM i + g 4 EXP + U 7 4.10 dimana: UM : umur kepala keluarga tahun U 7 : merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah g 1 , g 2 0 dan g 3 , g 4 0. 4.3.2.2.2. Curahan Tenaga Kerja Curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh terdiri dari curahan tenaga kerja keluarga untuk buruh tani dan non buruh tani. Curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha buruh dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha padi dan usaha sapi, pendidikan, pendapatan luar usahatani dan upah tenaga kerja. Fungsi curahan tenaga kerja keluarga pada usaha lain adalah : JCK i = h JTKDP i , JTKDS i , ED i , UTK i Persamaan curahan tenaga kerja keluarga pada usaha lain menjadi: JCK i = h + h 1 JTKDP i + h 2 JTKDS i + h 3 ED i + h 4 UTK + U 8 4.11 dimana: ED : pendidikan kepala keluarga tahun U 8 : peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah h 1 , h 2 , 0 dan h 3 , h 4 , h 5 0.

4.3.2.3. Sarana Produksi Usahatani

Penggunaan input produksi usahatani terdiri dari sarana input produksi padi dan sapi, yang pada umumnya merupakan fungsi dari harga sendiri, harga input lain, harga produk, upah tenaga kerja dan karakteristik usahatani. Input produksi usaha padi terdiri dari jumlah benih padi, jumlah pupuk yang digunakan, jumlah obatpestisida, dan jumlah kompos. Permintaan pupuk yang dimaksud disini meliputi penggunaan pupuk urea, SP-36 dan KCl. Penggunaan benih padi dipengaruhi oleh pendapatan usahatani, jumlah kredit usahatani dan penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga untuk usaha padi. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk benih padi menjadi : JBP i = i PDUT i , JKRET, JTKP Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk benih padi menjadi: JBP i = i + i 1 PDUT i + i 2 JKRET i + i 3 JTKP i + U 9 4.12 dimana: JKRET: jumlah kredit yang diterima untuk usaha padi Rp JTKP : penggunaan tenaga kerja total pada usaha padi jam U 9 : merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah i 1 , i 2 dan i 3 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk urea dipengaruhi oleh pendapatan usahatani, penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi, jumlah kredit yang diterima pada usaha padi dan jumlah kompos. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk urea menjadi : JPU i = j PDUT i , JTKDP i , JKRET i , JK i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk urea menjadi: JPU i = j + j 1 PDUT i + j 2 JTKDP i + j 3 JKRET i + j 4 JK i + U 10 4.13 dimana U 10 merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah j 1 , j 2 , j 3 0 dan j 4 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk SP-36 dipengaruhi oleh harga pupuk SP-36, penerimaan usahatani dan penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk SP-36 menjadi : JPS i = k HPS i , PUT i , JTKDP i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk SP-36 menjadi: JPS i = k + k 1 HPS i + k 2 PUT i + k 3 JTKDP i + U 11 4.14 dimana: HPS : harga pupuk SP-36 Rpkg U 10 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah k 1 0 dan k 2 , k 3 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk KCl dipengaruhi oleh harga pupuk KCl, penerimaan usahatani, penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi, jumlah kredit usahatani yang diterima dan jumlah kompos. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk KCl menjadi : JPK i = l HPK i , PUT i , JTKDP i , JKRET i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk pupuk KCl menjadi: JPK i = l + l 1 HPK i + l 2 PUT i + l 3 JTKDP i + l 4 JKRET i + l 5 JK i + U 12 4.15 dimana: HPK : harga pupuk KCl Rpkg U 12 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah l 1 0 dan k 2 , k 3 , k 4 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk obatpestisida dipengaruhi oleh harga obatpestisida, penerimaan usahatani, jumlah kredit usahatani yang diterima dan penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk obatpestisida menjadi : JO i = m HO i , PUT i , JKRET i , JTKDP i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk obatpestisida menjadi: JO i = m + m 1 HO i + m 2 PUT i + m 3 JKRET i + m 4 JTKDP i + U 13 4.16 dimana: HO : harga obatpestisida Rpl U 13 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah m 1 0 dan m 2 , m 3 , m 4 0. Input produksi kompos dipengaruhi oleh harga kompos, penerimaan usahatani dan penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi. Fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk kompos menjadi : JK i = n HK i , PUT i , JTKDS i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk kompos menjadi: JK i = n + n 1 HK i + n 2 PUTi + n 3 JTKDSi + U 14 4.17 dimana: HK : harga kompos Rpkg U 14 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah n 1 0 dan n 2 , n 3 0. Input produksi usaha sapi terdiri dari penggunaan bakalan sapi, jumlah jerami segar diberikan, jumlah konsentrat dan jumlah obat. Penggunaan input produksi untuk bakalan sapi dipengaruhi oleh harga bakalan sapi, penerimaan usahatani, penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha sapi dan jumlah kredit usaha sapi yang diterima. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk bakalan sapi menjadi : JBS i = o HBS i , PUT i , JTKDS i , JKRES i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk bakalan sapi menjadi: JBS i = o + o 1 HBS i + o 2 PUT i + o 3 JTKDSi + o 4 JKRESi + U 15 4.18 dimana: HBS : harga bakalan sapi Rpkg U 15 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah o 1 0 dan o 2 , o 3 , o 4 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk jerami segar dipengaruhi oleh harga jerami segar, penerimaan usahatani dan jumlah kredit sapi yang diterima. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk jerami segar menjadi : JFN i = p HJFN i , PUT i , JTKDS i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk jerami segar menjadi: JFN i = p + p 1 HJFN i + p 2 PUTi + p 3 JTKDSi + U 16 4.21 dimana: HJFN : harga jerami segar Rpkg U 16 : merupakan peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah p 1 0 dan p 2 , p 3 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk konsentrat dipengaruhi oleh harga konsentrat, penerimaan usahatani, jumlah kredit sapi yang diterima dan penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk konsentrat menjadi : JKO i = q HKO i , PUT i , JKRES i , JTKDS i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk konsentrat menjadi: JKO i = q + q 1 HKO i + q 2 PUTi + q 3 JKRESi + q 4 JTKDS i + U 17 4.22 dimana: HKO : harga konsentrat Rpkg U 17 : merupakan peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah q 1 0 dan q 2 , q 3, q 4 0. Jumlah penggunaan input produksi untuk obat sapi dipengaruhi oleh harga obat sapi, penerimaan usahatani, jumlah kredit sapi yang diterima dan penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha sapi. Sehingga, fungsi jumlah penggunaan input produksi untuk obat sapi menjadi : JOS i = r HOS i , PUTi, JKRES i , JTKDS i Persamaan jumlah penggunaan input produksi untuk obat sapi menjadi: JOS i = r + r 1 HOS i + r 2 PUT i + r 3 JKRES i + r 4 JTKDS i + U 18 4.23 dimana: HOS : harga obat sapi Rpl U 18 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah r 1 0 dan r 2 , r 3 , r 4 0.

4.3.2.4. Biaya Produksi

Nilai total penggunaan sarana produksi usahatani merupakan penjumlahan dari masing-masing komoditas usaha padi dan usaha sapi, yang dirumuskan sebagai berikut: BSP = Σ JBPHBP + JPUHPU + JPSHPS + JPKHPK + JOHO + JK HK 4.24 BSK = Σ JKTRHKTR + JSGHSG + JKA HKA + JPRHPR 4.25 BSS = Σ JBSHBS + JFNHJFN + JKOHKO + JOSHOS 4.26 dimana: BSP : biaya sarana produksi usaha padi BSK : biaya sarana produksi kompos BSS : biaya sarana produksi usaha sapi

4.3.2.5. Pendapatan Rumahtangga Petani

Pendapatan rumahtangga petani dikelompokkan berasal dari usahatani sendiri dan luar usahatani. Pendapatan dari usahatani sendiri terdiri dari pendapatan usaha padi, usaha kompos dan usaha sapi, serta usaha non integrasi meliputi pendapatan dari usaha jagung, kacang tanah dan kedelai. Masing-masing pendapatan ini diperoleh dari masing-masing penerimaan usaha komoditas tersebut dikurangi dengan biaya sarana produksi dan tenaga kerja. Penerimaan usahatani merupakan penjumlahan dari masing-masing penerimaan usaha padi, usaha kompos, usaha sapi dan usaha non integrasi. Sehingga, persamaan penerimaan usahatani menjadi : PUT i = Σ PROP i HG + PROK i HK + PROS i HSH + PROJG i HJG + PROKT i HKT + PROKD i HKD 4.27 dimana : PROJG: produksi jagung kg HJG : harga jagung Rpkg PROKT: produksi kacang tanah kg HKT : harga kacang tanah Rpkg PROKD: produksi kedelai kg HKD : harga kedelai Rpkg Pendapatan usaha padi merupakan selisih antara penerimaan usaha padi dengan biaya sarana padi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain sewa alat mesin pertanian. Sehingga, persamaan pendapatan usaha padi menjadi: PDP = PROP i HG – BSP – TKLPUTK – BL 4.28 dimana: TKLP : tenaga kerja luar keluarga pada usaha padi HOK UTK : upah tenaga kerja BL : biaya-biaya lain Pendapatan usaha kompos merupakan selisih antara penerimaan usaha kompos dengan biaya sarana produksinya. Sehingga, persamaan pendapatan usaha kompos menjadi: PDK = PROK i HK – BSK 4.29 Pendapatan usaha sapi merupakan selisih antara penerimaan usaha sapi dengan biaya sarana input produksi sapi. Sehingga, persamaan pendapatan usaha sapi menjadi: PDS = PROS i HSH – BSS 4.30 Pendapatan usahatani dirumuskan sebagai berikut : PDUT = Σ PDP2 + PDK2 + PDS2 + PROJG i HJG + PROKT i HKT + PROKD i HKD – TKLJGUTK – TKLKTUTK – TKLKDUTK 4.31 dimana : TKLJG: tenaga kerja luar keluarga pada usaha jagung HOK TKLKT: tenaga kerja luar keluarga pada usaha kacang tanah HOK TKLKD: tenaga kerja luar keluarga pada usaha kedelai HOK Pendapatan luar usahatani merupakan penjumlahan dari pennerimaan tetap PUL dan upah diluar usahatani dikalikan dengan jumlah curahan jam kerja anggota rumahtangga petani. Pendapatan luar usahatani dirumuskan menjadi : PLU = JCKUTK8 + PUL 4.32 dimana : PUL : pendapatan tetap dari kepala keluarga dan istri Rp Pendapatan rumahtangga petani adalah penjumlahan dari pendapatan usahatani dengan pendapatan dari luar usahatani dirumuskan menjadi: PDT = PDUT + PLU 4.33

4.3.2.6. Konsumsi

Konsumsi rumahtangga petani dikelompokkan dalam konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Konsumsi pangan meliputi konsumsi pangan yang dihasilkan sendiri dan yang dibeli dari pasar. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga petani, surplus padi dan jumlah anggota keluarga. Sehingga, fungsi konsumsi pangan dirumuskan menjadi: KP i = s PDT i , SPP i , JAK i Persamaan konsumsi pangan menjadi: KP i = s + s 1 PDT i + s 2 SPP i + s 3 JAK i + U 19 4.34 dimana : PDT : pendapatan total rumahtangga petani Rp SPP : surplus padi Rp JAK : jumlah anggota keluarga Rp U 19 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah s 1 , s 2 , s 3 0. Searah dengan konsumsi pangan, konsumsi non pangan juga dipengaruhi oleh pendapatan total rumahtangga petani, surplus padi dan jumlah anggota keluarga. Sehingga, fungsi konsumsi non pangan dirumuskan menjadi: KNP i = t PDT i , SPP i , JAK i Persamaan konsumsi non pangan menjadi: KNP i = t + t 1 PDT i + t 2 SPP i + t 3 JAK i + U 20 4.35 dimana U 20 merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah t 1 , t 2 , t 3 0. Konsumsi total merupakan penjumlahan dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan, yang dirumuskan sebagai berikut : KT i = KP i + KNP i 4.36 Konsumsi padi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga gabah, pendapatan total rumahtangga petani dan jumlah anggota keluarga. Sehingga, fungsi konsumsi padi dirumuskan menjadi : KONSP i = u HG i , PDT i , JAK i Persamaan konsumsi padi menjadi: KONSP i = u + u 1 HG i + u 2 PDT i + u 3 JAK i + U 21 4.37 dimana U 21 merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah u 1 0 dan u 2 , u 3 0.

4.3.2.7. Surplus Pasar Marketable Surplus

Surplus pasar merupakan bagian dari produk usahatani yang dijual, dimana merupakan jumlah produk total dikurangi bagian yang dikonsumsi. Surplus pasar padi adalah selisih antara produksi padi dengan konsumsi padi. Sehingga, persamaan surplus pasar padi dirumuskan sebagai berikut : SPP i = PROP i – KONSP i 4.38 Komoditas sapi merupakan usaha komersial, sehingga seluruh hasil produksi dijual ke pasar. Sebaliknya, komoditas kompos merupakan usaha subsisten karena seluruh hasil produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemupukan pada lahan pertanian yang dimiliki petani.

4.3.2.8. Investasi

Investasi merupakan pengeluaran rumahtangga yang dibagi dalam dua kelompok, yakni investasi sumberdaya dan investasi produksi. Investasi sumberdaya rumahtangga petani merupakan penjumlahan dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Pengeluaran investasi pendidikan merupakan komponen biaya sekolah yang diberikan kepada anggota keluarga, sedangkan hal tersebut untuk investasi kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan kesehatan keluarga meliputi pengeluaran untuk pengobatan, pemeliharaan lingkungan serta kebutuhan kesehatan lainnya. Investasi sumberdaya dipengaruhi oleh pendapatan total rumahtangga petani, tabungan dan jumlah anak sekolah. Fungsi investasi sumberdaya dirumuskan sebagai berikut : IS i = v PDT i , TAB i , JAS i Persamaan investasi sumberdaya menjadi : IS i = v + v 1 PDT i + v 2 TAB i + v 3 JAS i + U 22 4.39 dimana : TAB : tabungan Rp JAS : jumlah anak sekolah orang U 22 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah v 2 0 dan v 1 , v 3 0. Investasi produksi usahatani merupakan pengeluaran usahatani dalam bentuk pembelian alat-alat pertanian, perbaikan lahan dan pembuatan bangunan kandang. Hal ini akan menambah jumlah asset tetap dan merupakan sumber pembentukan modal usahatani. Pengeluaran investasi produksi usahatani dipengaruhi oleh pendapatan usahatani dan pendapatan luar usahatani. Sehingga, fungsi investasi produksi usahatani dirumuskan sebagai berikut : IP i = w PDUT i , PLU i Persamaan investasi produksi usahatani menjadi: IP i = w + w 1 PDUT i + w 2 PLU i + U 23 4.40 dimana : PDUT : pendapatan usahatani Rp PLU : pendapatan luar usahatani Rp U 23 : merupakan peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah w 1 , w 2 0. Investasi total merupakan penjumlahan dari investasi sumberdaya dan investasi produksi, dimana dapat dirumuskan sebagai berikut : INV i = IS i + IP i 4.41

4.3.2.9. Tabungan

Tabungan rumahtangga adalah berbagai bentuk simpanan uang tunai, yang disimpan dalam bentuk tabungan di bank atau di rumah, dan dalam bentuk arisan. Tabungan dipengaruhi oleh pendapatan usahatani, pendapatan dari luar usaha pertanian, surplus padi dan investasi total. Fungsi tabungan dirumuskan sebagai berikut : TAB i = x PDUT i , PLU i , SPP i , INV i Persamaan tabungan menjadi: TAB i = x + x 1 PDUT i + x 2 PLUi + x 3 SPPi + x 4 INVi + U 24 4.42 dimana U 24 merupakan peubah pengganggu. Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah x 4 0 dan x 1 , x 2 , x 3 0.

4.3.2.10. Kredit Usahatani

Kredit usahatani merupakan jumlah pinjaman rumahtangga kepada kreditur yang berupa uang yang bersumber dari lembaga formal maupun lembaga informal. Sumber kredit formal adalah kredit yang berasal dari lembaga formal seperti bank atau lembaga keuangan formal sejenisnya. Sumber kredit informal adalah kredit yang berupa pinjaman dari keluarga, saudara maupun kerabat, pedagang, atau pihak-pihak lain yang memberikan pinjaman tanpa dilandasi prosedur formal. Dalam penelitian ini sumber kredit yang dimaksud adalah dari bank, dimana terdapat dua jenis kredit usahatani yakni kredit untuk usaha padi dan kredit untuk usaha sapi. Besarnya cicilan untuk membayar kredit usaha padi dipengaruhi oleh surplus padi dan tingkat suku bunga kredit usahatani. Fungsi cicilan kredit usaha padi dirumuskan sebagai berikut : KRET i = y SPP i , SBT i Persamaan cicilan kredit usaha padi menjadi: KRET i = y + y 1 SPP i + y 2 SBT i + U 25 4.43 dimana: SBT : tingkat suku bunga kredit usaha padi p U 25 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah y 1 , y 2 0. Besarnya cicilan untuk membayar kredit usaha sapi dipengaruhi oleh pendapatan usahatani dan tingkat suku bunga kredit usaha sapi. Fungsi cicilan kredit usahatani sapi dirumuskan sebagai berikut : KRES i = z PDUT i , SBS i Persamaan cicilan kredit usaha sapi menjadi: KRES i = z + z 1 PDUT i + z 2 SBS i + U 26 4.44 dimana: SBS : tingkat suku bunga kredit usaha sapi U 26 : peubah pengganggu Nilai koefisien regresi yang diharapkan adalah z 1 , z 2 0.

4.4. Identifikasi Model

Proses identifikasi model dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari apakah sistem persamaan yang dibangun secara matematik dapat menduga parameter yang ada pada setiap persamaan struktural dalam sistem tersebut. Salah satu syarat dalam proses identifikasi adalah syarat keharusan necessary conditions . Syarat keharusan disebut juga syarat ordo order conditions yang diperoleh dengan menghitung peubah yang ada dalam satu persamaan tertentu dengan prosedur sebagai berikut Koutsoyiannis, 1977: Underidentified : K – M G – 1 Exactly identified : K – M = G – 1 Overidentified : K – M G – 1 dimana: K : jumlah peubah dalam model M : jumlah peubah yang masuk dalam persamaan G : jumlah persamaan di dalam model atau jumlah peubah endogen. Syarat ordo terkait dengan ukuran matriks G-1 x G-1 yang berunsur parameter dugaan dalam sistem persamaan simultan. Suatu sistem persamaan simultan dapat diselesaikan secara matematik jika K – M ≥ G – 1. Dalam studi ini terdapat 38 peubah endogen terdiri dari 25 persamaan struktural dan 13 persamaan identitas. Menurut rumus identifikasi diatas, dapat diketahui bahwa K = 86 dan G = 38. Jika M diambil dari jumlah maksimum peubah yang menyusun suatu persamaan, maka M = 5. Sehingga, menurut syarat ordo seluruh persamaan simultan yang dibangun termasuk kriteria over identified.

4.5. Metoda Pendugaan