Latar Belakang Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Sistem pembangunan sentralistik tersebut walaupun satu sisi bisa dikatakan cukup berhasil yaitu ditandai dengan adanya stabilitas harga, inflasi yang terkedali, swasembada pangan, pengangguran dan kemiskinan yang rendah, namun di sisi lain mengandung kelemahan yang sangat mendasar yaitu partisipasi dan inisiatif pemerintah daerah dan masyarakat lokal diabaikan. Pola kebijakan yang bersifat top down tersebut walaupun telah berhasil membangun sesuatu di daerah tersebut namun sering kali bentuk dan hasil pembangunan yang telah dilakukan sebenarnya tidakbelum diperlukan oleh masyarakat ditempat tersebut atau dengan kata lain pembangunan dari pola kebijakan top down tersebut tidak tepat sasaran. Pemerintah pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi distribusi, fungsi stabilisasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dan tepat dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan fungsi alokasi oleh Pemerintahan Daerah yang lebih mengetahui kebutuhan, kondisi, dan situasi masyarakat setempat. Pembagian ketiga fungsi dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan penugasan urusan pemerintahan kepada daerah secara nyata dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan otonomi daerah tersebut harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Sebagai daerah otonom, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Pendanaan penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksana secara efisien dan efektif serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, maka diatur pendanaan penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Pembiayaan APBN juga mencakup pada penyelenggaraan kewenangan pusat yang didekonsentrasikan kepada gubernur atau ditugaskan kepada Pemerintah Daerah danatau Desa atau sebutan lainnya dalam rangka Tugas Perbantuan. Pada saat era reformasi bergulir, terjadi perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pemerintahan di Indonesia, yaitu perubahan dari sistem pemerintahan yang bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi. Perubahan tersebut tentunya memiliki dampak yang sangat luas bagi pemerintah daerah dalam mengatur dan mengelola daerahnya sesuai dengan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diperbaharui dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Implementasi undang-undang yang telah diperbarui, dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Kedua undang-undang tersebut telah memberikan otonomi bagi Pemerintah Daerah dan dukungan sistem keuangan pada pelaksanaan otonomi tersebut. Kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah yang semakin besar diharapkan dapat mengatasi masalah pembangunan di daerahnya dengan lebih baik. Disamping itu, pemerintah daerah pun mempunyai kontribusi yang sangat besar dari hasil sumber-sumber penerimaan daerah, yaitu berupa pengalokasian sumber-sumber penerimaan daerah yang sebagian besar dikembalikan bagi pembangunan daerahnya. Perencanaan pembangunan daerah harus mengarah pada wacana otonomi yang pelaksanaannya tidak lepas dari kontrol masyarakat secara adil dan merata. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diharapkan Pemerintah Daerah dapat memaksimalkan fungsi barunya tersebut. Sedangkan sistem desentralisasi mengatur fungsi-fungsi yang lebih tegas antara lain : a. Pemerintah Pusat dapat berkonsentrasi pada masalah-masalah strategis ekonomi makro sedangkan pelaksanaan operasional pembangunan ditangani oleh pemerintah daerah; b. Pendelegasian yang tegas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk berkonsentrasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan di daerah; c. Adanya kontrol dari masyarakat terhadap jalannya pembangunan sehingga dapat mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap jalannya pembangunan. Dengan pelaksanaan ketiga hal tersebut maka diharapkan pembangunan ekonomi akan menjadi lebih baik, tepat sasaran, adil dan merata. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dimaksudkan untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara profesional. Kewenangan yang luas diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pelaksanaan kewenangan harus sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah untuk menyatukan dan mengurus rumah tangganya sendiri, baik dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pengawasan dan pengendalian. Otonomi daerah dapat mendekatkan pelayanan masyarakat, disamping juga semakin mengoptimalkan pemanfaatan potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di daerah. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah. PAD merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Undang-undang tersebut bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari Pemerintah Pusat serta merupakan satu kesatuan yang utuh. Menurut PP No. 55 Tahun 2005, dana perimbangan yang terdiri atas Penerimaan Pajak, Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK yang besarnya sangat tergantung terhadap kontribusi daerah tersebut. Sebesar 26 persen dari APBN merupakan sumber dana bagi DAU yang sistem pembagiannya sebesar 10 persen untuk provinsi dan 90 persen untuk kabupatenkota di seluruh Indonesia. Sumber penerimaan terbesar yaitu dari penerimaan pajak yang besarnya mencapai 90 persen kembali bagi pembangunan daerah.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Analisis Pengaruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Tingkat Investasi dan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara

2 68 72

Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas Indonesia

5 46 129

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Dampak alokasi pengeluaran dana pembangunan pemerintah daerah dan investasi swasta terhadap produk domestik regional Bruto dan kemiskinan Provinsi Jambi

6 124 185

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

0 14 80

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

0 1 15

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012).

0 0 16

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN

0 0 17