Hubungan pertumbuhan ekonomi PDRB, pengeluaran pemerintah G, Investasi I, konsumsi rumah tangga C dengan tingkat kemiskinan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Pola Hubungan Pertumbuhan PDRB dengan Angka Kemiskinan
3.2 Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 1983 sampai dengan 2007. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar lain adalah
bahwa DAU yang diterima oleh Kabupaten Bogor memiliki kecenderungan terus meningkat dengan rata-rata lebih dari 40 persen. Persentase DAU ini terus
mengalami peningkatan, bahkan pada tahun 2000 sampai tahun 2007 dominansi DAU terhadap APBD meningkat tajam dengan persentasi rata-rata lebih dari 55.
Rasio DAU terhadap APBD tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. DAU
DAK DBH
PAD
Angka Kemiskinan Konsumsi RT
Investasi Pengel.
Pemerintah X-M
PDRB
Gambar 4 Rasio DAU Terhadap APBD Kabupaten Bogor Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2007
Alasan kedua penulis melakukan kajian di Kabupaten Bogor adalah karena adanya kecenderungan peningkatan angka kemiskinan Gambar 1 sedangkan di
sisi lain alokasi DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
APBD Kabupaten Bogor pada tahun 2007 menduduki ranking ke-2 terbesar di Jawa Barat di bawah Kabupaten Bandung. Oleh sebab itu perlu dikaji dengan
cermat apakah APBD yang besar tersebut mempunyai dampak nyata terhadap pertumbuhan PDRB dan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Bogor.
Tabel 1 Sepuluh Besar APBD di Jawa Barat
No. PropKotaKab Total APBD 2007
dalam juta rupiah
1 Kabupaten Bandung
1,962,177.06
2 Kabupaten Bogor
1,692,601.21
3 Kota Bandung
1,629,508.55 4
Kabupaten Bekasi 1,318,882.86
5 Kabupaten Ciamis
1,227,778.07 6
Kabupaten Garut 1,174,647.11
7 Kota Bekasi
1,112,557.80
8 Kabupaten Sukabumi
1,071,153.61 9
Kabupaten Cianjur 1,054,974.27
10 Kabupaten Kerawang
1,049,282.34
Sumber : DJPK-Depkeu diolah
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder diperolah dari instansi-instansi terkait di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, antara lain : Badan Pusat Statistik BPS
Kabupaten Bogor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN,
Kantor Penanaman Modal Daerah KPMD Kabupaten Bogor, sedangkan data sekunder yang diperolah dari instansi pusat yaitu berasal dari Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan DJPK-Departemen Keuangan, BPS Pusat dan Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM.
3.4 Model Analisis