7.2 Partisipasi Lansia dalam Dewan Desa
Dewan desa dalam penelitian ini mencakup pemimpin-pemimpin di Desa Situ
Udik. Hofsteede 1990 mengidentifikasikan pemimpin sebagai orang yang memberikan
pengaruh pada lingkungannya. Terdapat tiga kategori tokoh yang merupakan pemimpin di Desa Situ Udik, yakni tokoh formal, tokoh informal, dan tokoh kader. Tokoh formal
adalah tokoh pemerintahan desa, seperti kepala desa, para pamong desa, kepala dusun, ketua lembaga formal yang ada di desa seperti BPD, LPM, Hansip serta para ketua RT
dan RW. Sementara tokoh informal terdiri dari para pemimpin desa diberbagai bidang kehidupan, tetapi tidak mempunyai jabatan resmi.
Kepemimpinan informal terlihat dalam kegiatan-kegiatan seperti perayaan hari nasional dan keagamaan, pelaksanaan proyek desa, musyawarah desa, serta berbagai
upacara adat di lingkungan desa. Mereka adalah petani kaya, petani menengah, petani miskin yang tergabung dalam suatu kelompok maupun perkumpulan petani, lebe,
ustadz, kyai, pegawai, bekas pamong desa, guru, pensiunan, veteran, orang desa yang lama migran sehingga dianggap punya banyak pengalaman, pedagang, bidan, perawat,
istri pejabat, pengurus organisasi wanita, maupun tokoh pemuda yang mempunyai pengaruh.
Tokoh kader merupakan penduduk desa yang dibina oleh DinasInstansi tertentu dalam implementasi program pembangunan. Tokoh kader yang saat ini terdapat di Desa
Situ Udik diantaranya kader PKK, Posyandu, serta KB. Kebanyakan tokoh kader ini adalah perempuan, karena kader ini dikhususkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.
Kader-kader partai politik di Desa Situ Udik biasanya merupakan tokoh masyarakat baik formal maupun informal. Tokoh dari kader partai politik ini baru memiliki peranan
dalam kelembagaan politik di Desa Situ Udik saat era reformasi. Hal ini mengingat pada
era orde baru tokoh-tokoh partai politik tidak begitu berfungsi karena usaha- usaha golkarisasi.
Pergeseran yang ada di masyarakat Desa Situ Udik adalah pemimpin formal saat ini merupakan orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi, dan berusia muda
dibawah 50 tahun. Jumlah dan persentase responden yang pernah atau saat ini tergabung dalam dewan desa dapat dilihat lebih dari tiga per empat responden tidak
pernah tergabung dalam dewan desa, dan hanya sembilan orang atau 22,5 persen yang pernah atau saat ini menjadi dewan desa. Hal ini dapat menunjukkan kecenderungan
bahwa perekrutan maupun akses terhadap posisi penting di kelembagaan politik desa bagi para responden Lansia ini terbatas. Terdapat pula kecenderungan mulai tergeser
posisinya dalam dewan desa diperkuat dari data Tabel 40.
Tabel 40. Jumlah dan persentase responden berdasarkan posisi yang ditempati dalam dewan Desa Situ Udik, tahun 2006
Posisi di Dewan Desa Jumlah
Persentase Tidak pernah menjadi dewan desa
31 77,5
Kader, tokoh informal, ketua RTRW 8
20,0 Kepala desa, kepala dusun, BPD, pamong desa
1 2,5
Total 40
100,0
Tabel 40 menunjukkan bahwa lebih dari tiga per empat responden tidak pernah
menempati posisi-posisi penting dalam kelembagaan politik yang ada di Desa Situ Udik. Hanya satu orang saja yang menempati posisi kepala dusun yakni Bapak Ud 65
tahun. Artinya para Lansia di Desa Situ Udik dalam struktur pemerintahan desa hanya menempati tingkatan administrasi yang rendah. Tabel 40 memperkuat gambaran bahwa
kebanyakan responden yang menjadi dewan desa merupakan tokoh infomal, kader partai politik serta ketua RTRW. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pamong
desa, Bapak Man 34 tahun, saat ini Lansia yang menempati posisi formal di pemerintahan Desa Situ Udik hanya lima orang. Hal ini disebabkan juga adanya
kebijakan yang menjadi prasyarat jika hendak menempati posisi-posisi formal desa haruslah berusia maksimal 60 tahun dan berpendidikan minimum tamatan SD. Hal ini
jika melalui proses pemilihan oleh masyarakat namun jika melalui proses penunjukkan tidak ada batasan mengenai usia maupun pendidikan. Sehingga kebanyakan Lansia
tergabung atau menjadi dewan desa melalui proses penunjukkan dari kepala desa, ditunjukkan pada Tabel 41.
Tabel 41. Jumlah dan persentase responden yang menjadi dewan desa berdasarkan proses penempatan posisi dalam Kelembagaan Politik Desa Situ Udik
Proses penempatan Jumlah
Persentase Ditunjuk oleh kepala desa
4 44,44
Ditunjuk dan dipilih oleh tokoh masyarakat
4 44,44
Dipilih oleh masyarakat 1
11,11 Total
9 100,0
Tabel 41 menunjukkan bahwa Lansia menjadi dewan desa lebih banyak melalui proses penunjukkan dibandingkan melalui proses pemilihan. Disimpulkan bahwa
kepemimpinan di Desa Situ Udik merupakan kepemimpinan para elit. Kepala desa yang menjabat sekarang memiliki hubungan kekerabatan dengan ketua BPD saat itu yang
merupakan tokoh paling berpengaruh di Desa Situ Udik, Alm. KH. Aib. Tingkat partisipasi dalam dewan desa dapat diidentifikasi berdasarkan skoring
dari keikutsertaan, posisi atau jabatannya serta proses penempatannya dalam dewan desa. Hasil skoring ini kemudian membagi responden menjadi responden dengan
tingkat partisipasi yang tinggi dan rendah dalam dewan desa. Berdasarkan data pada Tabel 40 dan Tabel 41 yang telah dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini adalah
tingkat partisipasi responden Lansia dalam dewan desa.
Tabel 42. Tingkat partisipasi Lansia dalam dewan Desa Situ Udik, tahun 2006 Tingkat partisipasi dalam dewan desa
Jumlah Persentase
Rendah 31
77,5 Tinggi
9 22,5
Total 40
100,0
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tabel 42 lebih dari 77 persen responden Lansia memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam dewan desa. Artinya
lebih dari tiga per empat responden ini tidak pernah terlibat menjadi dewan desa. Hanya terdapat sembilan orang dengan tingkat partisipasi yang tinggi dalam dewan desa. Pada
tingkat partisipasi yang tinggi dalam dewan desa, responden pernah menjadi kaderpamong desakepengurusan RTRW baik ditunjuk, dipilih masyarakat maupun
inisiatif pribadi serta pernah menjadi kepala desa, dan anggota BPD baik ditunjuk, inisiatif pribadi maupun dipilih oleh masyarakat.
Berdasarkan data yang telah dikemukakan dalam Tabel 42 yang berkenaan dengan partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa menunjukkan bahwa dasar
kehidupan komunitas desa setempat masih ditopang dengan kokoh oleh bentuk-bentuk pengelompokan sosial yang menjalin warganya saling kenal mengenal yaitu ikatan
kekerabatan. Sistem kekerabatan membentuk suatu solidaritas sosial antar kekerabatan yang
terbina erat dalam siklus kehidupan masyarakat. Faktor pengutamaan kerabat dekat untuk mengisi peluang, disusul kemudian dari kerabat luas dan baru kepada orang lain
jika masih ada sisa peluang. Bapak Lam 61 tahun misalnya, menjadi ketua RK karena merupakan salah satu kerabat dekat dari dengan kepala desa sebelumnya. Be gitu pula
dengan anaknya yang menjadi anggota BPD, Bapak Tao 48 tahun. Faktor pengutamaan kaum kerabat dekat untuk mengisi peluang, disusul
kemudian dari kerabat luas baru kemudian kepada orang lain jika masih ada sisa
peluang. Hubungan ini kian menyentuh ke dimensi politik khususnya kekuasaan lokal. Lansia yang merupakan pemuka masyarakat memiliki andil dalam ’penurunan’
kekuasaan pada kerabat dekat ini.
7.3 Partisipasi Lansia dalam Musyawarah Desa