terhadap politik yang kemudian mengkategorikan sikap responden dalam sikap yang positif, netral maupun negatif nilai skoring dapat dilihat dalam lampiran 2.
Hail skoring dari data kuesioner memperlihatkan bahwa mayoritas responden Lansia di Desa Situ Udik memiliki sikap terhadap politik desa yang netral 47,5 persen.
Namun, terdapat sebagian besar lagi yakni 37,5 persen para Lansia ini memiliki sikap yang positif dan hanya enam orang dari total keseluruhan responden bersikap negatif.
Salah satu penyebab sikap yang lebih banyak netral ini adalah karena mayoritas responden adalah perempuan. Hal ini digambarkan dalam Tabel 34.
Tabel 34. Sikap responden terhadap politik Desa Situ Udik berdasarkan jenis kelamin, tahun 2006
Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Total Positif
Netral Negatif
Laki-laki 10
3 4
17 Perempuan
5 16
2 23
Total
15 19
6 40
Tabel 34 memberikan gambaran yang jelas bahwa laki- laki lebih menunjukkan sikap yang lebih positif dibandingkan perempuan. Perempuan Lansia di Desa Situ Udik
lebih memilih bersikap netral dalam kehidupan politik pedesaan. Sikap ini, berdasarkan tabel, dipilih karena sebagian besar responden ini menyatakan enggan untuk terlibat
langsung dalam parktek politik desa. Namun, berdasarkan wawancara dengan beberapa responden Ibu Oon 60 tahun, Ibu Uum 67 tahun, Ibu Neng 60 tahun, dan Ibu Mas
61 tahun menyatakan ingin mengetahui perkembangan politik pedesaan terutama berkaitan dengan kinerja perangkat desa.
6.2.2. Kepercayaan terhadap Kinerja Perangkat Desa
Sikap dan minat yang ditunjukkan oleh responden pada Tabel 33 dan 34 kemudian memiliki keterhubungan dengan kepercayaan terhadap kelembagaan politik
desa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pandangan responden Lansia terhadap kelembagaan politik desa baik aksesibilitas dalam rapat-rapat formalnya, serta kinerja
dewan desa baik kepala desa, para pamongnya maupun BPD dalam menampung aspirasi masyarakat.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden 52,5 persen menyatakan bahwa rapat-rapat formal yang diselenggarakan di desa sulit untuk mereka
dari golongan Lansia mengaksesnya apalagi mempunyai kontrol terhadap rapat-rapat tersebut. Hanya 15 persen yang menyatakan pandangan bahwa rapat-rapat formal desa
mudah untuk diakses serta mempunyai kontrol dalam penyelenggaraannya. Responden yang menyatakan bahwa mereka bisa akses terhadap rapat desa namun mereka
diikutsertakan untuk sosialisasi program dan pelaksanaan saja, sehingga mereka tidak mempunyai kontrol terhadap rapat-rapat formal yang mendahuluinya data lebih
lengkap lihat Lampiran 4. Pandanga n tentang aksesibilitas terhadap rapat-rapat formal desa tersebut
memiliki keterhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perangkat kelembagaan politik desa seperti kepala desa, para pamong, serta dewan desa di BPD. Wujud dari
penilaian ini adalah pernyataan puas sukses atau tidak puas tidak sukses terhadap kinerja perangkat desa dalam kelembagaan politik desa selama ini. Informasi yang
diperoleh dari hasil kuesioner mengenai pandangan terhadap kinerja perangkat kelembagaan politik desa dapat terlihat dalam Tabel 35.
Tabel 35. Jumlah dan persentase responden bedasarkan penilaian terhadap kinerja perangkat desa, Desa Situ Udik tahun 2006
Pandangan terhadap kinerja perangkat desa
Jumlah Persentase
Puas sukses 27
67,5 Tidak puas tidak sukses
13 32,5
Total 40
100,0
Tabel 35 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga reponden menyatakan puas terhadap kinerja perangkat desa dalam kelembagaan politik desa. Hal ini karena
kebanyakan dari mereka menilai, sukses ini tidak terlepas dari peran RT, RW maupun RK yang aktif. Ketua RT dan RW serta tokoh masyarakat merupakan penyalur aspirasi
politik responden. Elite desa di tingkat kampung RT ini justru menyatakan tidak puas terhadap kinerja kepala desa yang tidak pernah ‘turun’ ke bawah. Hal ini ditunjukkan
lewat pernyataan Bapak Ahd 63 tahun:
“Sukses atau tidak seorang kepala desa di Situ Udik itu diniliainya dari sering tidaknya dia hadir di pengajian ke tiap-tiap kampung. Kalo hadir di pengajian
pasti dia dengerin masalah dari rakyatnya. Tapi selama ini kepala desa yang sekarang mah belum pernah ‘turun’ ke bawah. Pamong serta BPD juga
kurang ‘membumi”.
Tokoh masyarakat, RK, RT dan RW dianggap memiliki peranan yang lebih dominan dalam menyalurkan aspirasi politik.
6.2.3 Persepsi: Kriteria Pemimpin