kelembagaan pengajian ini ditandai dengan munculnya Lansia baik laki- laki maupun perempuan sebagai pemimpin atau bagian dari struktur organisasi kelembagaan
tersebut. Sebagian besar pengurus dari pengajian kelompok Ibu- ibu atau Bapak-bapak adalah Lansia, khususnya para ustadz maupun ustadzah yang menjadi pemimpinnya.
Guru agama ditempatkan pada posisi terhormat. Khususnya kyai, yang menjadi pusat orientasi dan sosialisasi nilai- nilai sosial, religi-kultural dan politik. Kyai hampir
selalu menempati status yang tinggi baik jika ditinjau dari aspek sosial maupun politik dengan dukungan status ekonomi yang ‘berada’ di masyarakat. Kepatuhan terhadap
guru agama khususnya kyai ini berpengaruh dalam setiap fungsi pengambilan keputusan dalam masyarakat. Label kyai ini butuh pengakuan dari masyarakat dan pengaruhnya
akan lebih besar jika label ini ditambah dengan usia tua, serta kebijaksanaan sosial dengan kedermawanan.
4.2.2 Lansia dan Kelembagaan Ekonomi Desa
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Situ Udik adalah bertani, sehingga kehidupan perekonomian berpusat pada sektor pertanian khususnya sawah. Hal ini
didukung ekologi dari Desa Situ Udik yang sebagian besar merupakan lahan persawahan, sehingga sistem kelembagaan ekonomi di Desa Situ Udik adalah sistem
perekonomian pertanian sawah. Sistem produksi di desa ini mengalami perubahan sejak program Bimas-Inmas dilaksanakan. Pergeseran pola-pola produksi pun terjadi,
terutama dalam penggunaan pupuk buatan, obat pengendali hama, bibit unggul padi serta penggunaan alat-alat, dilihat dari pergantian pemakaian etem atau ani-ani menjadi
sabit. Tekanan teknologi revolusi hijau ini kemudian berdampak pada munculnya petani gurem dan fragmentasi lahan pertanian. Kini, sebagian besar lahan pertanian tidak lagi
dimiliki oleh warga Desa Situ Udik, tetapi orang-orang kaya desa yang kemudian mempekerjakan penduduk sekitar sebagai buruh tani.
Sistem bagi hasil pertanian kemudian mengalami pergeseran, terutama dalam sistem upah yang semula dengan menggunakan upah natura digantikan dengan upah
berupa uang bagi para buruh tani. Jika petani yang masih berlahan ‘cukup luas’ beraktualisasi dengan membentuk kelompok tani, maka buruh-buruh tani tergabung
dalam suatu kelompok-kelompok kerja seperti kelompok penandur dan pembabut serta panen. Kelompok ini bekerja pada pemilik-pemilik lahan yang cukup luas yang
biasanya tergabung dalam kelompok tani tersebut. Kelompok penandur ini biasanya terdiri dari 5-20 orang, berusia diatas 50 tahun
yang memiliki pembagian tugas sendiri. Ibu- ibu dalam kelompok ini bertugas untuk menandur, ngoyos, ngababut, memotong padi serta ngagebotmenumbuk padi.
Sedangkan laki- laki bertugas untuk ngabajak, ngagaru serta mencangkul. Rata-rata upah perorang yang diterima ibu-ibu dalam kelompok ini untuk setengah hari kerja
mulai dari pukul 06.00-12.00 WIB sebesar Rp 8.000, sedangkan upah laki- laki untuk setengah hari kerja juga sebesar Rp 12.500-Rp 15.000.
Lansia di desa ini biasanya dapat mengakses kelompok ini dengan mudah serta memiliki kontrol karena anggota kelompok penand ur serta ngagaru ini adalah tetangga
mereka. Kebanyakan para Lansia ini mencari nafkah hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa target tertentu. Sedangkan petani yang masih berusia muda tapi tidak
berlahan biasanya bekerja sebagai penggarap dan mereka umumnya melakukan migrasi ketika musim sepi dan kembali saat musim panen dan musim tanam. Saat ditinggal oleh
penggarapnya, biasanya sawah diusahakan oleh istri, kerabat saudara, tetangga, atau orang tuanya.
Kelembagaan ekonomi lainnya yang menunjang kebutuhan hidup penduduk Desa Situ Udik pada umumnya maupun Lansia adalah bank keliling sebagai lembaga
swasta tempat simpan pinjam, koperasi simpan pinjam, pedagang keliling dan kredit barang rumah tangga serta beberapa kelompok usaha produktif seperti industri kecil
rumah tangga arkilik, pemasangan mute atau manik- manik untuk jilbab atau baju muslim.
BAB V PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI LANSIA
5.1 Struktur Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan pemaparan data distribusi penduduk kelompok umur pada Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah Lansia di Desa Situ Udik hanya 5,6 persen dari
keseluruhan populasi penduduk. Namun, berdasarkan pengamatan selama di Desa Situ Udik, khususnya di RW 09 justru penduduk yang berusia lanjut, anak-anak serta
perempuanlah yang terbanyak. Hal ini disebabkan banyaknya penduduk berusia produktif 15-55 tahun bermigrasi untuk bekerja di kota. Mereka hanya kembali ke
desa saat musim tanam, musim panen, akhir pekan, hari-hari raya Islam Iedul Fitri, Iedul Adha, Maulid Nabi Muhammad, dan Tahun Baru Islam 1 Muharram dan hari
besar serta hari libur nasional peringatan kemerdekaan 17 Agustus dan tahun baru. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Situ Udik yang
bertempat tinggal di Dusun 2, RW 09 dan didefinisikan lanjut us ia ditinjau dari pendekatan kronologis. Usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari
hitungan umur dalam angka, dalam hal ini responden berusia kronologis 60 tahun keatas. Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada rentang umur
60-67 tahun sebanyak 31 orang, responden berusia 70 tahun sebanyak tiga orang, berusia 75 tahun sebanyak satu orang, berusia 78 tahun sebanyak dua orang, berusia 80
tahun sebanyak dua orang dan responden dengan usia paling tua yakni 90 tahun sebanyak 90 tahun.
Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 34 orang atau 84 persen responden berada pada kelompok umur 60 tahun sampai 74 tahun, sebanyak lima orang atau 13
persen responden berada pada kelompok umur 75 tahun sampai 90 tahun. Jumlah