Status Pernikahan PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI LANSIA

Masa tua merupakan masa kemunduran, baik fisik maupun finansial seseorang. Data hasil kuisioner menunjukkan bahwa tidak terdapat responden di atas usia 67 tahun yang memperoleh pendapatan di atas Rp 500.000. Terdapat satu orang perempuan berusia 90 tahun, Ibu Hal, memperoleh pendapatan antara Rp 100.000-Rp 500.000, yang mana diperoleh dari pensiun suaminya. Namun, uang tersebut dipergunakan juga untuk menopang kehidupan anak serta cucunya, seperti yang dikemukakannya sebagai berikut: “Uang dari pensiunan suami mah habis buat makan, sama berobat saya. Berobat juga ke Puskesmas aja. Gak mau ah ngebebanin anak.” Hal ini juga menunjukkan bahwa masih memiliki penghasilan merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi Lansia, karena dengan demikian masih merasa dibutuhkan atau diperlukan bagi keluarganya bukan dipandang sebagai beban. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi perkembangan diri para Lansia ini, mereka akan merasa diperhatikan kehadirannya sehingga secara psikologis ini dapat memenuhi kebutuhan bereksistensi mereka dan mereka tidak merasa memperoleh perlakuan yang ‘berbeda’ yang dapat menimbulkan mereka merasa tersisih dari lingkungan sosialnya.

5.4 Status Pernikahan

Status pernikahan Lansia menjadi salah satu faktor yang penting karena ini kemudian akan berhubungan dengan perawatan serta kemandirian Lansia terutama Lansia laki- laki. Menurut Waerness Wahyuni, 2003, suatu kenyataan bahwa secara tradisional mengasuhmemberi perawatan adalah pekerjaan seorang perempuan, oleh karena itu fungsi perkawinan sebagai suatu institusi untuk mendapatkan perawatan hanya berlaku bagi Lansia laki- laki. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa lebih dari dua pertiga responden 67,5 masih berstatus menikah dan sisanya yakni 32,5 persen atau sebanyak 13 orang yang berstatus jandaduda. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan Lansia di pedesaan masih berstatus menikah. Namun yang perlu dicermati adalah bagaimana proporsi Lansia yang masih menikah berdasarkan jenis kelaminnya, guna memperkuat dugaan di atas, lihat Tabel 15. Tabel 15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pernikahan dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006 Jenis Kelamin Status Pernikahan Total Menikah JandaDuda Laki-laki 16 40,0 1 2,5 17 42,5 Perempuan 11 27,5 12 30,0 23 57,5 Total 27 67,5 13 32,5 40 100,0 Proporsi Lansia perempuan yang tidak lagi berstatus menikah atau janda lebih tinggi dibandingkan laki- laki. Hal ini ditunjukkan dari Tabel 15, hanya satu orang responden laki- laki yang berstatus duda. Ini berhubungan dengan perbedaan umur antara suami dan istri. Kebiasaan yang ada di masyarakat, umur suami lebih tua dibandingkan istrinya. Selain itu, perempuan memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan laki- laki. Lansia laki- laki cenderung memperoleh perawatan dari istri sedangkan Lansia perempuan tidak mendapatkan ini karena kematian suami. Perempuan Lansia masih distreotipekan pada peran-peran melayani kebutuhan suami, anak-anak, cucu maupun mengurus dan mengatur keseharian rumah tangga. Sehingga yang terjadi adalah ketergantungan laki- laki terhadap perempuan sebagai sosok seorang ibu yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa laki- laki lebih tergantung dibandingkan perempuan. Perempuan meskipun berusia lanjut masih mampu merawat dirinya sendiri, yakni dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan domestiknya. Mak Uha 80 tahun misalnya, masih mengerjakan pekerjaan domestik seperti mencuci, menyapu halaman, memasak atau untuk sekedar memperoleh sedikit uang dari upah dengan menjahit kasur kapuk atau menisik manik- manik. Berbeda dengan laki- laki Lansia yang lebih dahulu kehilangan pasangannya, mereka cenderung menikah lagi agar memperoleh perawatan dari istri yang biasanya berumur lebih muda atau bahkan tidak bisa bertahan lebih lama. Bapak Nur 75 tahun misalnya, saat ini beliau tidak lagi mampu bekerja karena keterbatasan fisiknya. Sehingga untuk menghidupi keluarganya, istri Bapak Nur yang lebih muda 20 tahun, bekerja sebagai tukang jahit, buruh tani atau kadangkala menjadi tukang pijat. Bahkan Lansia perempuan di pedesaan seperti di Desa Situ Udik kebanyakan ikut merawat cucu sementara orangtuanya bekerja di kota. 5.5 Tempat Tinggal dan Perawatan 5.5.1 Tempat Tinggal

Dokumen yang terkait

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Analisis curahan tenaga kerja dan pendapatan usahaternak domba (studi kasus di desa Situ Udik kecamatan Cibungbulang kabupaten Bogor)

0 8 45

Optimalisasi Produksi pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

0 22 203

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

0 14 82

Analisis kontribusi shodaqoh infaq “rereongan serumpi” terhadap kesejahteraan warga desa situ udik, kecamatan cibungbulang bogor : sebuah impementasi participatory rural development di indonesia

0 2 15

Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 5 40

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Praktik Birokrasi Desa (Studi Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

0 10 152

Analisis Efisiensi Usahatani Ubi Jalar Di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

2 8 105