Struktur Umur dan Jenis Kelamin

BAB V PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI LANSIA

5.1 Struktur Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan pemaparan data distribusi penduduk kelompok umur pada Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah Lansia di Desa Situ Udik hanya 5,6 persen dari keseluruhan populasi penduduk. Namun, berdasarkan pengamatan selama di Desa Situ Udik, khususnya di RW 09 justru penduduk yang berusia lanjut, anak-anak serta perempuanlah yang terbanyak. Hal ini disebabkan banyaknya penduduk berusia produktif 15-55 tahun bermigrasi untuk bekerja di kota. Mereka hanya kembali ke desa saat musim tanam, musim panen, akhir pekan, hari-hari raya Islam Iedul Fitri, Iedul Adha, Maulid Nabi Muhammad, dan Tahun Baru Islam 1 Muharram dan hari besar serta hari libur nasional peringatan kemerdekaan 17 Agustus dan tahun baru. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Situ Udik yang bertempat tinggal di Dusun 2, RW 09 dan didefinisikan lanjut us ia ditinjau dari pendekatan kronologis. Usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka, dalam hal ini responden berusia kronologis 60 tahun keatas. Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada rentang umur 60-67 tahun sebanyak 31 orang, responden berusia 70 tahun sebanyak tiga orang, berusia 75 tahun sebanyak satu orang, berusia 78 tahun sebanyak dua orang, berusia 80 tahun sebanyak dua orang dan responden dengan usia paling tua yakni 90 tahun sebanyak 90 tahun. Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 34 orang atau 84 persen responden berada pada kelompok umur 60 tahun sampai 74 tahun, sebanyak lima orang atau 13 persen responden berada pada kelompok umur 75 tahun sampai 90 tahun. Jumlah responden terkecil berada pada kelompok dengan kisaran umur di atas 90 tahun sebanyak satu orang atau tiga persen. Kecenderungan penduduk Lansia di Desa Situ Udik yang masih didominasi oleh penduduk Lansia ’muda’, disebabkan responden banyak terdistribusi pada usia 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Hal ini menjadi gambaran dampak ‘silver tsunami’ di pedesaan. Salah satu kenyataan dari usia harapan hidup penduduk Indonesia yang meningkat mencapai 65 tahun saat memasuki abad 21. Faktor penyebab lain adalah responden tidak mengetahui dengan tepat umur kronologisnya. Selain itu tidak terdapat data atau catatan kependudukan yang dapat digunakan sebagai acuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa, data umur pada catatan kependudukan desa sebagian besar merupakan umur perkiraan saja. Lebih lanjut dikemukakan oleh aparat desa, Bapak Mi, bahwa dahulu warga jarang melaporkan informasi tentang kelahiran bayi, sehingga menyulitkan pencatatan sipil. “Kalo jaman dulu mah, orang melahirkan masih di paraji dukun beranak dan tidak ada posyandu kayak sekarang. Orang-orang yang udah tua disini jarang yang punya akte kelahiran mah.” Bapak Mi, 34 tahun. Demikian juga seperti yang dikemukakan oleh seorang responden ketika ditanyakan tahun kelahirannya “Duka atuh neng tahun sabaraha, pokoknya pas PKI saya udah nikah dan punya anak satu. Lamun dikira-kira mah saya udah umur 65-an lah” Bapak Id, 65 tahun. Sampai kini, di Indonesia seperti halnya di banyak negara- negara berkembang lain, disamping sistem regristrasi penduduk belum dilaksanakan secara menyeluruh, data dari regristrasi penduduk jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi sering tidak lengkap dan kurang dapat dipercaya. Masyarakat Desa Situ Udik memiliki anggapan bahwa usia lanjut adalah usia ‘ekstra’, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Sho 80 tahun berikut ini dalam terjemahan bebas: “Bila seseorang mencapai usia 80 tahun, dan ia beriman, Allah menghapuskan seluruh dosa sebelumnya dan dia dikembali ke keadaan seperti anak -anak yang suci. Artinya Allah memberi umur ekstra agar saya bisa beribadah, serta terus berguna bagi keluarga dan orang disekitar saya”. Seseorang dianggap sebagai Lansia atau sepuh adalah mereka yang secara fisik memiliki keterbatasan seperti berkurangnya pendengaran, siwer penglihatan yang mulai kabur, mulai sakit-sakitan. Bapak Idi 65 tahun misalnya, meski sudah termasuk dalam usia lanjut sesuai batasan penelitian ini, namun beliau tidak merasa termasuk Lansia, seperti yang dikemukakannya berikut: “Ah masa iya saya udah Lansia, soalnya saya mah masih kuat kemana-mana. Walau rambut sudah ubanan. Lansia mah yang cuma bisa diem dirumah ajah, sok poho wae alias pikun, kos budak leutik deui seperti anak kecil lagi” Fenomena yang terjadi baik di desa maupun di kota, jumlah perempuan berusia lanjut lebih banyak. Demikian juga dengan responden Lansia di Desa Situ Udik, jika ditinjau dari perbandingan jenis kelamin, jumlah penduduk Lansia perempuan yang lebih banyak dibandingkan penduduk Lansia laki- laki. Sebanyak 23 orang atau 57,5 persen responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 17 orang atau 42,5 persen responden adalah laki- laki. Terdapat 19 orang responden dan 15 orang responden laki- laki berusia antara 60-74 tahun. Gambaran responden jika ditinjau dari kelompok umur serta jenis kelamin ditunjukkan dalam Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur Desa Situ Udik tahun 2006 Kelompok Umur Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan 60-74 tahun 15 88,2 19 82,6 34 85,0 75-90 tahun 2 11,8 3 13,0 5 12,5 Di atas 90 tahun 1 4,3 1 2,5 Total 17 100,0 23 100,0 40 100,0 Tabel 10 juga memberikan gambaran bahwa harapan hidup responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki- laki. Hal ini ditunjukkan terdapat satu orang responden perempuan berusia 90 tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, Ibu Neng 60 tahun terdapat perempuan di Kampung Batu Belah berusia mencapai 108 tahun. Pola ini memang terlihat baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, dimana persentase penduduk Lansianya cukup tinggi di atas 6 persen ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia perempuan lebih tinggi daripada laki- laki Wahyuni, 2003. Penduduk Lansia di Desa Situ Udik saat ini mencapai 5,6 persen sehingga hal ini memperkuat kecenderungan tersebut.

5.2 Tingkat Pendidikan

Dokumen yang terkait

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Analisis curahan tenaga kerja dan pendapatan usahaternak domba (studi kasus di desa Situ Udik kecamatan Cibungbulang kabupaten Bogor)

0 8 45

Optimalisasi Produksi pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

0 22 203

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

0 14 82

Analisis kontribusi shodaqoh infaq “rereongan serumpi” terhadap kesejahteraan warga desa situ udik, kecamatan cibungbulang bogor : sebuah impementasi participatory rural development di indonesia

0 2 15

Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 5 40

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Praktik Birokrasi Desa (Studi Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

0 10 152

Analisis Efisiensi Usahatani Ubi Jalar Di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

2 8 105