Indonesia, PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor harus dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi kualitas dan
pelayanannya.
4. Pesaing
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor merupakan sebuah perusahaan daerah yang memiliki wewenang dari Pemerintah
Daerah dalam penyediaan kebutuhan konsumsi air minum bagi masyarakat di Kota Bogor. Wewenang tersebut menjadikan
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor sebagai penyedia tunggal air minum di Kota Bogor. Oleh karena itu, PDAM Tirta Pakuan Kota
Bogor tidak memiliki pesaing.
5. Masyarakat
Berbagai kelompok masyarakat juga termasuk dalam lingkungan perusahaan. Bank sebagai masyarakat keuangan yang
mempengaruhi suatu perusahaan untuk memperoleh dana. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menjalin kerjasama dengan beberapa
bank seperti Bank Jabar, Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank NISP baik dalam hal perolehan dana maupun bentuk kerjasama
lainnya. Masyarakat pemerintah dalam lingkungan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor seperti Pemda dan DPRD memberikan
dukungnya terhadap pengembangan PDAM. Namun, tidak kalah pentingnya adalah masyarakat internal PDAM Tirta Pakuan Kota
Bogor seperti dewan direksi, kepala bagian, kepala sub bagian dan karyawan pelaksana. Karena apabila karyawan merasa positif
mengenai perusahaannya, maka sikap ini akan mempengaruhi masyarakat luar. Dengan demikian, akan berdampak pada
kemampuan perusahaan untuk mencapai sasarannya.
4.3.2. Lingkungan Makro Perusahaan
Lingkungan makro PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, yaitu :
1. Lingkungan Demografi
Lingkungan demografi berhubungan dengan kependudukan dengan berbagai karakteristik, kecenderungan dan
diferensiasinya. Data mengenai populasi penduduk sangat penting karena populasi atau orang yang membentuk pasar. Berdasarkan
hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor adalah sebanyak 855.085 jiwa,
terdiri dari 431.862 jiwa penduduk laki-laki dan 423.223 jiwa penduduk perempuan. Jika dibandingkan dengan tahun 2004,
jumlah penduduk Kota Bogor telah bertambah sebanyak 23.514 jiwa atau sebesar 2,83 persen. Begitupun dengan jumlah rumah
tangga di Kota Bogor pada tahun 2005 yang mencapai 199.648 atau meningkat sebesar 2,72 persen dari tahun 2004. Jumlah
penduduk dan rumah tangga Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Kota Bogor
Tahun Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
2000 714.711 164.083
2001 760.329 179.663
2002 789.423 187.958
2003 820.707 188.533
2004 831.571 194.357
2005 855.085 199.648
Sumber : BPS Kota Bogor, 2006. Meningkatnya jumlah penduduk dan rumah tangga di Kota
Bogor memberikan peluang yang baik bagi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini dikarenakan
laju pertumbuhan penduduk dan rumah tangga yang cukup tinggi berdampak pada meningkatnya permintaan air.
2. Lingkungan Ekonomi
Besarnya pendapatan yang diperoleh atau diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat.
Namun, data pendapatan yang akurat sulit diperoleh sehingga didekati melalui pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran untuk
konsumsi makanan dan bukan makanan berkaitan erat dengan tingkat pendapatan masyarakat. Pada tahun 2005, pengeluaran
rata-rata perkapita sebulan masyarakat Kota Bogor adalah sebesar Rp. 357.616,00, terdiri dari Rp. 176.518,00 untuk pengeluaran
konsumsi makanan dan Rp. 181.098,00 untuk pengeluaran konsumsi bukan makanan BPS Kota Bogor, 2006.
Lebih besarnya pengeluaran konsumsi bukan makanan dibandingkan pengeluaran konsumsi makanan, mengindikasikan
bahwa taraf hidup masyarakat Kota Bogor tinggi. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi, dilanjutkan pada pemenuhan
kebutuhan lainnya seperti perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, hiburan dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat
Kota Bogor memiliki kemampuan daya beli untuk konsumsi air minum.
Jumlah rekening air yang diterbitkan oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor terus meningkat. Peningkatan tersebut
disertai pula dengan efisiensi penagihan atau receivable turn over yaitu jumlah pendapatan penjualan air terhadap piutang air rata-
rata. Efisiensi penagihan tahun 2005 adalah sebesar 9,24 kali atau mengalami kenaikan dari tahun 2004 sebesar 1,97 kali. Penjualan
air tahun 2005 sebesar Rp.47.826.787.000,00 dan tingkat perputaran piutang langganan air tahun 2005 sebesar 39 hari
menunjukkan bahwa modal yang tertanam pada piutang langganan tahun 2005 lebih cepat sepuluh hari dibandingkan
tahun 2004. Efisiensi penagihan rekening air dari pelanggan tahun 2004 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Efisiensi Penagihan Rekening Air Tahun 2004-2005
Dalam Ribuan Rupiah Uraian
2004 2005
Penjualan Air 40.892.191
47.826.787 Piutang Air Rata-rata
5.621.723 5.179.700
Receivable turn Over kali
7,27 9,23
Average Collection Period hari
49,52 38,99
Sumber : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, 2006. Pada beberapa tahun sebelumnya, kondisi ekonomi
Indonesia tidak stabil, walaupun saat ini belum tercapai stabilitas ekonomi nasional secara keseluruhan. Hal ini terlihat dengan
masih adanya beberapa sektor yang laju pertumbuhannya
mengalami penurunan pada tahun 2005 seperti sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi
dan sektor jasa BPS Kota Bogor, 2006. Kondisi perekonomian yang tidak stabil dapat menjadi ancaman dalam menjalankan
kegiatan usaha. Salah satu indikator makro ekonomi yang mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi tahun 2006 adalah sebesar 6,60 persen www.bi.go.id.
Namun pada tahun 2005, inflasi nasional mengalami kenaikan yang cukup tajam yaitu 17,11 persen dibandingkan tahun 2004
yang hanya mencapai 6,40 persen. Tingginya tingkat inflasi terutama dikarenakan kenaikan harga jual BBM. Kenaikan
tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia dan kebijakan pemerintah mengenai pengurangan subsidi BBM.
Pada bulan Oktober 2005, kenaikan harga BBM yang lebih dari 100 persen berdampak pada meningkatnya harga seluruh
bahan kebutuhan pokok, barang non pokok dan juga jasa. Selain itu, tarif dasar listrik pun mengalami kenaikan. Kenaikan harga
BBM dan TDL menyebabkan meningkatnya biaya produksi dan operasional PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang akan
mempengaruhi penetapan tarif air minum kepada pelanggan dan tingkat keuntungan perusahaan.
3. Lingkungan Alam