Keuntungan = Penghematan – Beban Pajak = Rp. 279.417.630,6tahun - Rp. 97.796.170,71tahun
= Rp.
181.621.459,9tahun
4. Daur Ulang Air
Perhitungan analisis finansial terhadap pembuatan instalasi daur ulang air diberlakukan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Umur ekonomi proyek ditetapkan selama 10 tahun. b. Harga-harga yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan pada hasil
survey bulan April 2006 sampai Juni 2006. c. Nilai sisa bak pada masa akhir proyek 50 persen dari nilai awal, nilai
sisa pompa pada masa akhir proyek 10 persen dari nilai awal, sedangkan pipa dan investasi lain-lain tidak memiliki nilai sisa pada
akhir proyek. d. Biaya pemeliharaan bak sebesar 1 persen dari investasi awal, biaya
pemeliharaan pompa sebesar 10 persen dari investasi awal, sedangkan biaya pemeliharaan untuk pipa dan investasi lain-lain sebesar 15
persen dari investasi awal tersebut. e. Biaya listrik yang dibutuhkan untuk operasional pompa sama dengan
biaya listrik yang telah ditentukan oleh PLN Perusahaan Listrik Negara untuk harga jual listrik rata-rata berdasarkan kelompok
pelanggan wilayah Lampung. f. Air hasil daur ulang dapat digunakan sebanyak 4 kali perulangan.
g. Pompa dijalankan selam 8,5 jam per hari. h. Bahan penyaring diganti setiap 60 kali penyaringan atau setiap dua
bulan. i. Bahan penyaring dicuci setiap 10 kali penyaringan, dengan
penggunaan air sebagai berikut : Bak penyaringan I 1.9 x 1.9 x 2.5 = 18 m
3
per pencucian Bak penyaringan II 1.6 x 1.6 x 2.8 = 14 m
3
per pencucian j. Bunga pinjaman pada Bank Niaga sebesar 16 persen per tahun.
k. Kapasitas Produksi 12,17 ton per hari l. Besarnya penggunaan air tetap dari hari ke hari sesuai dengan
pengukuran neraca massa. m. Jumlah hari kerja 360 hari per tahun dengan jumlah jam kerja 8,1 jam
per hari. n. Angsuran kredit dan bunga modal dibayar setiap tahun dengan
angsuran yang sama setiap tahunnya. Biaya investasi sebesar Rp. 72.523.750 yang dikeluarkan untuk
proyek ini digunakan untuk membuat 6 buah bak, 8 unit pompa air, dan pipa dengan rincian yang dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada tahun ke-0,
biaya operasional berasal dari modal yang digunakan untuk pembelian alat-alat. Perincian modal kerja tersebut dapat dilihat pada Lampiran 15.
Lampiran 16. memperlihatkan biaya operasional sebesar Rp. 29.104.917 yang terdapat pada analisis finansial ini terdiri dari biaya tetap
dan biaya tidak tetap yang dibutuhkan untuk operasional daur ulang air limbah. Biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan mesin dan biaya
pemeliharaan, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tanpa dipengaruhi oleh tingkat produksi. Sedangkan biaya tidak tetap, yang
terdiri dari biaya penggantian bahan penyaring, biaya pencucian bahan penyaring, biaya pelumas mesin pompa, biaya tenaga kerja dan biaya
operasional pompa. Bahan penyaring yang diganti setiap dua bulan membutuhkan
biaya sebagai berikut : Kebutuhan biaya bahan penyaring I = Rp. 188.6232 bulan
Kebutuhan biaya bahan penyaring II = Rp. 133.7602 bulan Total biaya bahan penyaring
= Rp. 322.3832 bulan Kebutuhan biaya penyaring
= Rp. 1.934.295tahun Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk mencuci bahan penyaring adalah
sebagai berikut : Kebutuhan air pencucian penyaring I : 18 m
3
Kebutuhan air pencucian penyaring II : 14 m
3
Biaya pencucian penyaring I : kebutuhan air x biaya pengolahan + pajak : 18 m
3
x Rp. 1.150m
3
+ Rp. 210m
3
: Rp.
24.480 Biaya pencucian penyaring II : kebutuhan air x biaya pengolahan + pajak
: 14 m
3
x Rp. 1.150m
3
+ Rp. 210m
3
: Rp.
19.040 Total biaya pencucian
: biaya pencucian I + biaya pencucian II : Rp. 24.480 + Rp. 19.040
: Rp.
43.520 Jadi biaya yang dibutuhkan untuk mencuci kedua penyaring tersebut
dalam setahun adalah sebagai berikut : Total biaya
= biaya pencucian x banyak pencucian = Rp. 43.520 x 30tahun
= Rp.
1.305.600tahun Menurut harga jual listrik rata-rata Perusahaan Listrik Negara
PLN untuk penggunaan listrik industri di wilayah Lampung, biaya yang dikenakan adalah Rp. 600,22 per kWh. Maka biaya listrik yang perlu
dikeluarkan untuk operasional pompa adalah sebagai berikut : Kebutuhan listrik pompa I
= 1 kWhjam Kebutuhan listrik pompa II = 1 kWhjam
Kebutuhan listrik pompa III = 1 kWhjam Kebutuhan listrik pompa IV = 1 kWhjam
Kebutuhan listrik pompa V = 0,37 kWhjam Kebutuhan listrik pompa VI = 0,37 kWhjam
Kebutuhan listrik pompa VII = 1 kWhjam Kebutuhan listrik pompa VIII = 1 kWhjam
Total kebutuhan listrik = 6,74 kWhjam
Waktu operasional pompa = 8,5 jamhari
Kebutuhan listrik pompa = 6,74 kWhjam x 8,5 jamhari
= 57,26
kWhhari =
20.624,4 kWhtahun
Biaya operasional pompa = Biaya listrik PLN x kebutuhan listrik
= Rp. 600,22kWh x 20.624,4 kWhtahun =
Rp. 12.379.177tahun
Penghematan yang diperoleh oleh perusahaan berasal dari berkurangnya biaya pengolahan dan pajak yang harus dikeluarkan, akibat
telah dioperasikannya instalasi daur ulang air. Pembuatan daur ulang limbah pada mesin creper I, creper II, hammer mills dan vortex pump akan
menghemat penggunaan air sebesar 33.298,402 m
3
per tahun apabila air dari masing-masing mesin tersebut tetap dapat digunakan setelah melewati
proses daur ulang sebanyak empat kali perulangan. Menurut Laporan Manajemen LM UU. Wabe biaya yang
diperlukan untuk pengolahan air yaitu sebesar Rp. 1.150 per m
3
. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Lampung
Nomor 04 Tahun 2000 tentang pajak pengambilan dan pemanfataan air bawah tanah dan air permukaan, serta Keputusan Gubernur Lampung
Nomor 07 Tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Lampung Nomor 04 Tahun 2000, pajak yang
dibebankan pada perusahaan agroindustri yang memanfaatkan air permukaan golongan B yaitu sebesar Rp. 210 per m
3
. Perhitungan penghematan air dari proyek pembuatan daur ulang limbah adalah sebagai
berikut : Biaya Pengolahan = 33.298,402 m
3
tahun x Rp. 1.150m
3
= Rp. 38.293.162tahun Beban Pajak = Rp 33.298,402 m
3
tahun x Rp. 210m
3
= Rp. 6.992.664tahun Penghematan = Biaya Pengolahan + Beban Pajak
= Rp. 38.293.162tahun + Rp. 6.992.664tahun = Rp. 45.285.827tahun
Selain penghematan konsumsi air, investasi pembuatan bak pengendapan dan penyaringan juga mendapatkan sumber penghematan
dari berkurangnya biaya pengolahan air limbah di IPAL. Menurut LM
UU.Wabe, biaya yang dibutuhkan untuk pengolahan air limbah di IPAL adalah Rp. 65,091 per m
3
limbah. Perhitungan penghematan biaya pengolahan IPAL dari proyek penambahan talang adalah sebagai berikut :
Biaya Pengolahan = 36.468,741 m
3
tahun x Rp. 65,091m
3
= Rp. 2.373.786,82tahun Maka penghematan yang diperoleh dengan menerapkan daur ulang limbah
ini adalah sebagai berikut : Total Penghematan = Penghematan air + Penghematan biaya limbah
= Rp. 45.285.827tahun + Rp. 2.373.786,82tahun =
Rp. 47.659.613,82tahun
Setelah dipotong oleh biaya tetap dan biaya tidak tetap, proyek pembuatan daur ulang air limbah ini akan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp. 18.554.696 tahun. Menurut UU RI No. 17 tahun 2000, keuntungan sebesar Rp. 18.554.696 pada investasi ini akan dikenakan
pajak sebesar 5 persen. Hal ini menyebabkan proyek instalasi daur ulang limbah ini dikenakan pajak sebesar :
Biaya Pajak = 5 x Rp. 18.554.696tahun.= Rp. 927.734,8tahun Potongan pajak keuntungan yang ditetapkan oleh pemerintah
tersebut, menyebabkan investasi pembuatan bak pengendapan dan penyaringan untuk daur ulang limbah akan mendapatkan keuntungan
dengan perhitungan sebagai berikut : Keuntungan = Penghematan – Beban Pajak
= Rp. 18.554.696tahun - Rp. 927.734,8tahun = Rp. 17.626.961,2tahun
Nilai penghematan yang didapat dari proyek dalam Lampiran 17. dimasukkan sebagai penerimaan pada arus kas penerimaan dan
pengeluaran proyek. Selain nilai penghematan, dalam kas penerimaan juga dimasukkan modal sendiri yang terdiri dari biaya investasi dan modal
kerja, serta terdapat nilai sisa dari mesin pada tahun ke-20. Arus kas penerimaan dan pengeluaran ini dapat dilihat pada Lampiran 18.
F. REKOMENDASI
Peluang penerapan produksi bersih melalui penggantian mesin pengering, mematikan aliran air pada saat tidak digunakan, pembuatan talang
permanen dan melalui pembuatan daur ulang air limbah dapat memberikan keuntungan berupa berkurangnya limbah yang diakibatkan proses produksi
dan memberikan keuntungan secara ekonomi. Strategi produksi bersih melalui tindakan mematikan aliran air pada saat tidak digunakan dan pembuatan
talang permanen dapat langsung diimplementasikan di pabrik. Hal ini disebabkan langkah tersebut tidak akan mengganggu proses produksi dan
mutu produk yang dihasilkan, karena tindakan tersebut tidak membutuhkan pengggantian peralatan. Langkah tersebut hanya membutuhkan perubahan
sikap seluruh bagian dari perusahaan untuk mencegah terbentuknya limbah, serta mebutuhkan tambahan peralatan sejenis yang sebelumnya sudah dimiliki
oleh UU. Wabe. Strategi produksi bersih melalui penggantian mesin pengering dan
pembuatan daur ulang air limbah yang membutuhkan nilai investasi yang cukup tinggi, dapat dilakukan oleh UU. Wabe secara bersamaan atau dapat
dilakukan secara bertahap. Analisis finansial yang telah dilakukan pada masing-masing strategi produksi bersih tersebut memperlihatkan investasi
yang dibutuhkan untuk menerapkan kedua strategi produksi tersebut layak untuk diterapkan selama proses produksi crumb rubber di UU. Wabe.