Neraca Massa di Hammer Mills

Bekuan tipis yang melalui mesin creper II ini pada prinsipnya mengalami tahapan yang sama dengan bekuan yang melalui mesin creper I. Perbedaan antara mesin creper I dan creper II adalah ketebalan bekuan yang dihasilkan. Mesin penggiling creper I hanya menipiskan bekuan hingga memiliki ketebalan hingga 1 cm, sedangkan pada mesin penggiling creper II ini akan menipiskan bekuan lateks hingga 0,5 cm. Proses penggilingan pada mesin creper II bertujuan untuk membersihkan bahan kimia pada permukaan bekuan yang masih tersisa pada bekuan setelah melalui mesin creper I. Pada tahap ini lembaran bekuan juga mengalami pengurangan bobot rata-rata menjadi 29.005,746 kg per hari. Pengurangan bobot tersebut disebabkan karena keluarnya bahan kimia dan air yang terkandung di dalam lembaran bekuan pada saat lembaran tersebut mengalami penggilingan. Limbah cair yang dihasilkan pada mesin ini terdiri dari sisa bahan kimia dan air dari bekuan, serta berasal dari sisa pencucian bekuan. Limbah rata-rata sebanyak 27.421,625 kg per hari atau sebanyak 2,257 m 3 per ton ini berwarna putih agak pekat dan memiliki nilai kekeruhan mencapai 140 FAU. Nilai kekeruhan pada tahap ini lebih rendah dari tahap sebelumnya, hal ini disebabkan karena telah berkurangnya bahan kimia yang terdapat pada permukaan bekuan akibat pencucian awal di mesin creper I.

6. Neraca Massa di Hammer Mills

Tabel 7. Neraca massa di mesin hammer mills No Keterangan INPUT OUTPUT kghari kghari Produk Utama Produk Samping Kehilangan A INPUT 1 Lembaran Bekuan 0.5 Cm 29005,746 - - - 2 Air 10982,928 - - - B OUTPUT 1 Remahan - 28965,138 - - 2 Air Limbah - - 10982,928 - 3 Limbah Remahan - - 40,608 - Jumlah 39988,674 28965,138 11023,536 - Total Input 39988,674 - Total Output - 39988,674 Mesin hammer mills digunakan untuk meningkatkan efisiensi pengeringan karet pada mesin pengering. Pengeringan yang efisien sangat diperlukan, karena karet pada dasarnya bukan merupakan penghantar panas yang baik, sehingga membutuhkan pencacahan agar karet lebih mudah untuk dikeringkan di mesin pengering. Lembaran bekuan yang masuk dalam mesin hammer mills akan mengalami pemukulan dan pencacahan oleh piringan pisau berputar, sehingga akan menghasilkan butiran-butiran atau sering disebut sebagai remahan. Selama proses pemukulan dan pencacahan ini berlangsung, air dialirkan melalui pipa menuju mesin hammer mills rata-rata sebesar 10.982,928 kg per hari atau sebesar 0,904 m 3 per ton. Air yang digunakan untuk pencucian dan pendinginan gilingan tersebut, akan keluar sebagai limbah yang langsung dialirkan menuju IPAL untuk menghindari pencemaran lingkungan yang mungkin dapat ditimbulkan dari air limbah tersebut. Limbah cair yang dihasilkan pada tahap ini tidak terlalu keruh, hal ini diperlihatkan dengan nilai kekeruhan yang mencapai 85 FAU. Masih tingginya nilai kekeruhan dari limbah ini, disebabkan karena bekuan yang telah mengalami pencacahan dan menjadi remahan- remahan kecil memungkinkan untuk mengalami pencucian pada bagian dalam bekuan yang tidak dapat dicuci oleh mesin-mesin penggiling sebelumnya. Selama proses ini berlangsung, tidak semua remahan yang dihasilkan masuk ketahap selanjutnya untuk dilakukan pengeringan pada mesin pengering. Tabel 7. memperlihatkan adanya remahan rata-rata sebanyak 40,608 kg per hari tercampur dalam air limbah yang mengalir pada saluran limbah menuju IPAL. Terbentuknya remahan sebagai limbah tersebut disebabkan karena remahan hasil pemukulan dan pencacahan tidak sepenuhnya dapat dialirkan melalui pipa yang menghubungkan hammer mills dengan bak air yang akan dihisap oleh vortex pump.

7. Neraca Massa di Vortex Pump

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

2 54 106

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina)

15 132 248

Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Medan)

27 212 111

PELAKSANAAN KEPENGURUSAN OLEH PENGURUS KOPERASI (Studi Pada Koperasi Kantor Direksi PTP Nusantara VII Bandar Lampung)

0 34 40

PERBANDINGAN PENDEKATAN TEORITIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41 PADA BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KARET (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu di Pesawaran)

1 27 85

Analisis Nilai Tambah dan Kapasitas Produksi Agroindustri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

17 51 72

Potensi Penerapan Konsep Produksi Bersih pada Industri Keramik di Probolinggo Potensial Implementation of Cleaner Production Concept for Ceramic Industries in Probolinggo

0 0 8

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

0 0 11