Penggantian Mesin Pengering Good Housekeeping

pengolahan untuk meningkatkan rendemen SIR 10 atau SIR 20 di Unit Usaha lain yang ada PTPN VII.

2. Kemungkinan Penerapan Produksi Bersih pada Industri SIR 3WF

atau SIR 3L UU. Wabe PTPN VII UU. Wabe sebagai perusahaan yang memproduksi SIR 3L atau SIR 3WF dapat melakukan upaya penerapan produksi bersih seperti yang telah dilakukan oleh industri crumb rubber lainnya ataupun berdasarkan hasil penelitian yang telah ada. Selain usaha produksi bersih yang telah dilakukan UU. Wabe, terdapat beberapa kemungkinan penerapan produksi bersih yang dapat diterapkan oleh industri SIR 3L atau SIR 3WF, yaitu :

a. Penggantian Mesin Pengering

Penggantian mesin pengering dengan mesin pengering terbaru, menurut Tim Bapedal dan Tim BPTK Bogor Pusat Penelitian Karet 1999 dapat meningkatkan efisiensi pengeringan terhadap remahan yang siap dimatangkan, serta dapat mengurangi konsumsi bahan bakar yang secara langsung akan berdampak pada turunnya jumlah emisi gas-gas pencemar yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Mesin pengering berteknologi baru memanfaatkan sisa panas yang keluar dari pemanasan tahap akhir untuk dapat dialirkan kembali ke pengeringan tahap awal melalui pipa. Dengan menggunakan teknologi baru ini, mesin pengering yang semula membutuhkan 45-55 liter solar per ton karet, hanya akan membutuhkan penggunaan bahan bakar sebesar 30-35 liter solar per ton karet.

b. Good Housekeeping

Tabel 11. memperlihatkan bahwa selama proses produksi SIR 3L atau SIR 3WF membutuhkan air dalam jumlah yang sangat tinggi. Penggunaan air selama proses produksi yang rata-rata mencapai 325.225,834 kg per hari. Limbah yang dihasilkan UU. Wabe merupakan selisih kebutuhan air total dengan kebutuhan air pengencer. Limbah rata-rata sebanyak 310.931,565 kg per hari, dapat dikurangi apabila karyawan pabrik dapat menerapkan good housekeeping. Penggunaan air yang rata-rata mencapai 166.722,300 kg per hari pada mesin mobile crusher, dapat dikurangi dengan cara memperbaiki kebocoran pada talang yang menghubungkan bulking tank dengan bak pembekuan. Kebocoran yang disebabkan tidak permanennya talang yang menghubungkan talang utama dengan bak pembekuan, menyebabkan air rata-rata sebanyak 9.381,363 kg per hari terbuang sebagai limbah. Hal ini tentu saja menyebabkan pemborosan penggunaan sumber daya alam yang secara langsung dapat meningkatkan biaya produksi. Tabel 11. Neraca air keseluruhan proses No Keterangan Input Air Kghari 1 Pengenceran 14294,269 2 Mobile Crusher 166722,300 3 Creper I 25706,217 4 Creper II 22542,154 5 Hammer Mills 10982,928 6 Vortex Pump 56388,152 7 Pencucian a. Bulking Tank 4743,288 b. Talang 4884,947 c. Bak Pembekuan 14400,000 d. Box Mesin Pengering 2131,579 e. Lantai Pabrik 2430,000 Jumlah 325225,834 Perusahaan dapat melakukan perbaikan talang dengan cara menambah jumlah talang yang menghubungkan talang utama dengan dengan bak pembekuan sesuai dengan jumlah bak pembekuan. Penambahan talang tersebut sebaiknya dilakukan secara permanen dengan menggunakan las, agar dapat menghindari terjadinya kebocoran air rata-rata sebanyak 9.381,363 kg per hari yang secara langsung akan dapat menghemat penggunaan air untuk proses produksi. Penggunaan talang yang permanen selain dapat menghindari terbuangnya air, juga dapat menghindari terbentuknya limbah berupa campuran lateks yang tidak terolah akibat kebocoran talang tersebut. Dengan melakukan perbaikan talang sebagai upaya menerapkan produksi bersih, terbentuknya limbah campuran lateks rata-rata sebanyak 178,716 kg per hari yang berpotensi menghasilkan 32,067 kg SIR 3L atau SIR 3WF yang diperlihatkan pada Tabel 2. akan dapat dihindari. Hal ini tentu saja akan memberikan keuntungan berupa berkurangnya beban lingkungan serta bertambahnya jumlah produksi, yang secara langsung akan menyebabkan bertambahnya pendapatan perusahaan. Selain perbaikan dan penambahan jumlah talang yang menghubungkan talang utama dengan bak pembekuan, usaha good housekeeping dapat pula dilakukan dengan cara mematikan air pada saat tidak digunakan. Air yang digunakan untuk mengapungkan bekuan selalu dihidupkan walaupun karyawan pabrik sedang beristirahat pada pukul 08.00 – 08.30 WIB. Hal ini tentu saja menyebabkan terjadinya pemborosan penggunaan sumber daya, sehingga menyebabkan semakin tingginya biaya produksi. Tabel 11. memperlihatkan bahwa air yang digunakan untuk mengapungkan bekuan untuk digiling di mesin mobile crusher rata-rata sebanyak 166.722,3 kg per hari. Karena waktu penggilingan selama 8,1 jam per hari maka air yang dibutuhkan untuk mengapungkan bekuan selama 30 menit rata-rata sebesar 10.291,5 kg per hari atau 10,292 m 3 per hari. Pihak manajemen hendaknya mengingatkan para karyawan pabrik untuk mematikan air yang tidak digunakan, sehingga dapat menghemat penggunaan air rata-rata sebesar 10.291,5 kg per hari atau 10,292 m 3 per hari yang terbuang, yang secara langsung juga akan dapat mengurangi biaya produksi.

c. Daur Ulang Air Limbah

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

2 54 106

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina)

15 132 248

Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Medan)

27 212 111

PELAKSANAAN KEPENGURUSAN OLEH PENGURUS KOPERASI (Studi Pada Koperasi Kantor Direksi PTP Nusantara VII Bandar Lampung)

0 34 40

PERBANDINGAN PENDEKATAN TEORITIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41 PADA BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KARET (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu di Pesawaran)

1 27 85

Analisis Nilai Tambah dan Kapasitas Produksi Agroindustri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

17 51 72

Potensi Penerapan Konsep Produksi Bersih pada Industri Keramik di Probolinggo Potensial Implementation of Cleaner Production Concept for Ceramic Industries in Probolinggo

0 0 8

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

0 0 11