Proses Pengolahan PROSES PRODUKSI

dilakukan penyaringan menggunakan sunfilter agar air tersebut tidak mengandung kotoran yang dapat menurunkan mutu dari produk yang dihasilkan.

2. Proses Pengolahan

Proses produksi crumb rubber di UU. Wabe dimulai dari penimbangan lateks kebun yang datang menggunakan truk pengangkut. Setelah berat lateks yang di bawa oleh truk diketahui, maka lateks tersebut dialirkan ke bulking tank untuk dilakukan pencampuran dengan sodium metabisulfit dan pengencer berupa air. Banyaknya bahan pengencer yang dicampurkan dalam bulking tank sangat tergantung dari Kadar Karet Kering KKK dari lateks kebun. Proses perhitungan KKK yang menggunakan faktor pengering sebesar 72,2 persen dilakukan untuk mengencerkan lateks hingga memiliki nilai KKK sebesar 18 persen. Setelah lateks kebun telah diencerkan sampai memiliki nilai KKK yang diinginkan, campuran lateks yang telah homogen dialirkan melalui talang menuju bak pembekuan. Proses pembekuan yang dibantu oleh larutan asam semut ini dilakukan selama 12 jam, dengan tujuan untuk mempersatukan butir-butiran karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pembekuan disebabkan UU. Wabe hanya menggunakan asam semut yang memiliki kepekatan sebesar 1 persen dengan dosis 2,5 – 3 liter asam semut per ton karet kering. Rendahnya kepekatan asam semut yang digunakan diproses ini dikarenakan lateks yang datang sore hari baru akan diolah pada pagi hari berikutnya, sehingga tidak membutuhkan asam semut kepekatan yang tinggi untuk mempercepat waktu pembekuan. Lateks yang telah beku selanjutnya digiling untuk mengurangi ketebalan bekuan. Mesin penggilingan yang terdiri dari mobile crusher, creper I, creper II dan hammer mills selain digunakan untuk mengurangi ketebalan dan mencuci bekuan, juga berfungsi untuk mengeluarkan air dan bahan kimia yang masih terkandung pada bekuan lateks tersebut. Selama proses penggilingan bekuan ini akan menghasilkan limbah cair yang langsung dialirkan menuju IPAL Instalasi Pengolahan Limbah. Proses penggilingan akhir menggunakan hammer mills akan menghasilkan remahan yang siap untuk dipanaskan dengan menggunakan mesin pengering. Sebelum remahan tersebut dikeringkan, remahan hasil pencacahan hammer mills dihisap oleh vortex pump untuk dialirkan dan ditiriskan dalam box mesin pengering. Setelah itu box mesin pengering dimasukkan setiap 15 menit dalam mesin pengering untuk dikeringkan. Selama proses pengeringan dengan mesin pengering ini, akan terbentuk limbah berupa uap panas yang langsung dialirkan melalui cerobong tanpa mengalami penanganan untuk mencegah dampaknya terhadap lingkungan. Remahan yang telah matang, selanjutnya disortasi dengan cara pengamatan secara visual untuk mengetahui keadaan fisik remahan. Apabila dalam remahan terbentuk white spot, maka remahan tersebut akan dikeringkan lagi dengan menggunakan mesin pengering. Sedangkan remahan karet matang yang telah lolos dari tahap sortasi dikeluarkan dari box mesin pengering dengan dibantu oleh hydroulic balling press, untuk seterusnya dilakukan penimbangan dan dimasukkan ke dalam bale press, dengan tujuan memadatkan remahan matang tersebut, sehingga didapatkan bentuk bale yang seragam, baik ukuran maupun bobot yang dimilikinya. Setelah remahan matang ditimbang dan dibentuk bale dengan bobot 33,3 kg atau 35 kg tergantung pesanan, selanjutnya dilakukan pengawasan mutu terhadap produk di laboratorium. Uji kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, PRI, Po dan warna lovibond yang dilakukan di laboratorium tidak dilakukan pada setiap bale. Pengujian mutu tersebut dilakukan pada bale dengan urutan produksi ke sembilan dan kelipatannya. Apabila sampel jenis SIR 3L yang diambil untuk dilakukan pengujian di laboratorium, memiliki mutu di bawah spesifikasi menurut SNI 06-1903-1990 dan kebijakan direksi, maka bale-bale yang diwakili oleh sampel tersebut akan dikeluarkan dari pallet dan dimasukkan ke pallet lain sebagai produk SIR 3WF. Gambar 6. Diagram alir proses produksi SIR 3L dan SIR 3WF di UU.Wabe

C. IDENTIFIKASI SUMBER LIMBAH

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

2 54 106

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina)

15 132 248

Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Medan)

27 212 111

PELAKSANAAN KEPENGURUSAN OLEH PENGURUS KOPERASI (Studi Pada Koperasi Kantor Direksi PTP Nusantara VII Bandar Lampung)

0 34 40

PERBANDINGAN PENDEKATAN TEORITIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41 PADA BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KARET (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu di Pesawaran)

1 27 85

Analisis Nilai Tambah dan Kapasitas Produksi Agroindustri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

17 51 72

Potensi Penerapan Konsep Produksi Bersih pada Industri Keramik di Probolinggo Potensial Implementation of Cleaner Production Concept for Ceramic Industries in Probolinggo

0 0 8

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

0 0 11