Neraca Massa di Vortex Pump Neraca Massa di Mesin Pengering

dalam bekuan yang tidak dapat dicuci oleh mesin-mesin penggiling sebelumnya. Selama proses ini berlangsung, tidak semua remahan yang dihasilkan masuk ketahap selanjutnya untuk dilakukan pengeringan pada mesin pengering. Tabel 7. memperlihatkan adanya remahan rata-rata sebanyak 40,608 kg per hari tercampur dalam air limbah yang mengalir pada saluran limbah menuju IPAL. Terbentuknya remahan sebagai limbah tersebut disebabkan karena remahan hasil pemukulan dan pencacahan tidak sepenuhnya dapat dialirkan melalui pipa yang menghubungkan hammer mills dengan bak air yang akan dihisap oleh vortex pump.

7. Neraca Massa di Vortex Pump

Tabel 8. Neraca massa di mesin vortex pump No Keterangan INPUT OUTPUT kghari kghari Produk Utama Produk Samping Kehilangan A INPUT 1 Remahan 28965,138 - - - 2 Air 56388,152 - - - B OUTPUT 1 Remahan Dryer - 28860,864 - - 2 Air Limbah - - 56388,152 - 3 Limbah Remahan 104,274 Jumlah 85353,290 28860,864 56492,426 - Total Input 85353,290 - Total Output - 85353,290 Selain berfungsi untuk mencuci remahan, vortex pump juga berfungsi untuk menghantarkan butiran-butiran karet yang bercampur dengan air dari bak penampung hammer mills menuju box mesin pengering. Butiran-butiran karet atau remahan yang dikeluarkan oleh mesin hammer mills ini dialirkan dengan air dalam jumlah yang cukup besar, yaitu rata-rata 56.388,152 kg per hari atau sebesar 4,641 m 3 per ton dengan tujuan untuk mendorong remahan agar dapat sampai ke pipa penghisap vortex pump. Remahan yang dikeluarkan oleh mesin vortex pump tidak sepenuhnya dapat diolah pada mesin pengering. Terdapat remahan rata- rata sebanyak 104,274 kg per hari terbuang bersama dengan air limbah melalui saluran menuju IPAL, akibat remahan yang telah dihisap oleh vortex pump tidak tertampung dalam box mesin pengering. Terbuangnya remahan tersebut, menyebabkan terjadinya penurunan bobot remahan yang akan dipanaskan di box mesin pengering rata-rata menjadi 28.860,864 kg per hari. Limbah cair yang ditimbulkan dari proses ini berasal dari air yang digunakan untuk mengalirkan remahan , yaitu rata-rata sebesar 56.388,152 kg per hari atau sebesar 4,641 m 3 per ton. Limbah cair ini secara visual memiliki warna yang agak bening, dan memiliki nilai kekeruhan sebesar 34 FAU. Rendahnya nilai kekeruhan pada tahap ini disebabkan karena bahan kimia yang ada di remahan sebagian besar telah mengalami pencucian di tahap penggilingan sebelumnya, sehingga remahan pada tahap ini sudah relatif bersih.

8. Neraca Massa di Mesin Pengering

Tabel 9. Neraca massa di mesin pengering No Keterangan INPUT OUTPUT kghari kghari Produk Utama Produk Samping Kehilangan A INPUT 1 Remahan 28860,864 - - - B OUTPUT 1 SIR 3WFSIR 3L - 12167,740 - - 2 Uap Air - - - 16693,124 Jumlah 28860,864 12167,740 - 16693,124 Total Input 28860,864 - Total Output - 28860,864 Box mesin pengering berisi remahan karet dipanaskan dalam mesin pengering selama 3,5 jam dengan suhu 118-120 o C. Setiap 15 menit box mesin pengering berisi remahan dimasukan untuk dilakukan pematangan, dan secara bersamaan box mesin pengering yang telah dimasukkan 3,5 jam sebelumnya keluar dari mesin pengering. Suhu pada mesin pengering diusahakan tetap pada suhu yang telah ditentukan, apabila proses pengeringan yang digunakan dibawah suhu tersebut, akan menyebabkan remahan yang dihasilkan mentah, serta perlu dilakukan pengeringan ulang yang secara langsung akan menyebabkan tambahnya biaya produksi. Sedangkan bila suhu yang digunakan berada diatas suhu yang telah ditentukan, akan dapat menyebabkan remahan yang dihasilkan berwarna tidak cerah dan terlalu empuk. Selama di dalam mesin ini remahan akan mengalami penurunan bobot , akibat proses pematangan yang menghilangkan kandungan air yang terkandung dalam remahan. Penurunan bobot dalam bentuk uap panas rata-rata sebesar 16.693,124 kg per hari menyebabkan remahan yang semula rata-rata 28.860,864 kg per hari, setelah mengalami proses pematangan akan menjadi SIR 3L atau SIR 3WF dengan bobot rata-rata 12.167,740 kg per hari. Tabel 10. Neraca massa keseluruhan proses No Keterangan INPUT OUTPUT kghari kghari Produk Utama Produk Samping Kehilangan 1 Bulking Tank 67813,032 67634,316 178,716 - 2 Bak Pembekuan 67769,800 67769,800 - - 3 Mobile Crusher 234492,100 59678,086 174814,014 - 4 Creper I 85384,303 33885,217 51499,086 - 5 Creper II 56427,371 29005,746 27421,625 - 6 Hammer Mills 39988,674 28965,138 11023,536 - 7 Vortex Pump 85353,290 28860,864 56492,426 - 8 Mesin Pengering 28860,864 12167,740 - 16693,124 Hasil analisis keseimbangan bahan pada keseluruhan tahapan proses produksi Pabrik Pengolahan Karet Remah PPKR UU. Wabe, memperlihatkan jumlah produk samping rata-rata sebesar 321.250,687 kg per hari, dan kehilangan bahan rata-rata sebesar 16.693,124 kg per hari. Produk samping terbesar terdapat pada mesin mobile crusher, sedangkan konstribusi terkecil dari jumlah produk samping diberikan oleh tahapan pada mesin hammer mills. Produk samping sebagai indikator proses produksi yang dilakukan tidak berlangsung secara efesien. PTPN VII UU. Wabe dapat melakukan upaya pencegahan terbentuknya produk samping berupa limbah tersebut dengan memperhatikan sumber limbah pada setiap stasiun proses produksi titik kritis. Titik kritis pada setiap stasiun proses produksi akan dapat membantu menentukan strategi produksi bersih yang dapat dilakukan di PPKR PTPN VII UU. Wabe. Strategi produksi bersih yang dapat dilakukaan pada setiap stasiun proses dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar 7. Diagram Alir Proses Produksi SIR 3L PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Keterangan : F1 = Lateks kebun di pabrik yang masuk bulking tank = 53.614,680 kghari F2 = Air yang digunakan untuk pengenceran Lateks = 14.175,126 kghari F3 = Larutan Sodium Metabisulfit = 23,226 kghari W1 = Air limbah tumpahan campuran lateks = 178,176 kghari F4 = Campuran lateks yang telah homogen = 67.634,316 kghari F5 = Larutan Asam Semut = 135,484 kghari F6 = Campuran lateks yang siap dibekukan = 67.634,316 kghari F7 = Air untuk mengapungkan bekuan = 166.722,300 kghari W2 = Air limbah bak pembekuan = 174.814,014 kghari F8 = Bekuan yang telah digiling oleh mobile crusher = 59.678,086 kghari F9 = Air untuk tahap pencucian bekuan creaper I = 25.706,217 kghari W3 = Air limbah creaper I = 51.499,086 kghari F10 = Lembaran bekuan hasil penggilingan creaper I = 33.885,217 kghari F11 = Air untuk tahap pencucian bekuan creaper II = 22.542,154 kghari W4 = Air limbah creaper I I= 27.421,625 kghari F12 = Lembaran bekuan hasil penggilingan creaper II = 29.005,746 kghari F13 = Air untuk tahap pencacahan hammer Mills = 10.982,928 kghari W5 = Air limbah hammer mills = 10.982,928 kghari W6 = Limbah remahan yang tidak terolah = 40,608 kghari F14 = Remahan hasil pencacahan hammer Mills = 28.965,138 kghari F15 = Air untuk menghantarkan dan mencuci remahan = 56.388,152 kghari W7 = Air limbah vortex pump = 56.388,152 kghari W8 = Limbah remahan yang tidak terolah = 104,274 kghari F16 = Remahan dalam box dryer yang siap Diolah = 28.860,864 kghari W9 = Uap air yang hilang ke udara =16.693,124 kghari F17 = SIR 3LSIR 3WF yang siap dikemas = 12.167,740 kghari

D. KAJIAN POTENSI PRODUKSI BERSIH

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

2 54 106

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina)

15 132 248

Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Medan)

27 212 111

PELAKSANAAN KEPENGURUSAN OLEH PENGURUS KOPERASI (Studi Pada Koperasi Kantor Direksi PTP Nusantara VII Bandar Lampung)

0 34 40

PERBANDINGAN PENDEKATAN TEORITIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41 PADA BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KARET (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu di Pesawaran)

1 27 85

Analisis Nilai Tambah dan Kapasitas Produksi Agroindustri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

17 51 72

Potensi Penerapan Konsep Produksi Bersih pada Industri Keramik di Probolinggo Potensial Implementation of Cleaner Production Concept for Ceramic Industries in Probolinggo

0 0 8

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

0 0 11