Bahan Baku dan Bahan Penunjang

membutuhkan sarana berupa jembatan penimbangan dan pembangkit listrik untuk menunjang proses produksi. Jembatan penimbangan yang dimiliki UU. Wabe digunakan untuk menentukan berat bersih dari lateks yang akan memasuki proses pengolahan. Sebelum memasuki pabrik, truk yang membawa lateks kebun ditimbang untuk mendapatkan berat kotor brutto dan setelah keluar pabrik ditimbang kembali untuk mendapatkan berat bersih netto. Proses penimbangan tersebut dilakukan pada setiap truk yang membawa lateks dengan tujuan untuk mengatahui banyaknya lateks kebun yang diolah pabrik setiap harinya. Listrik yang digunakan untuk menjalankan mesin-mesin produksi maupun sebagai sarana penerangan di pabrik dan kebutuhan listrik di kantor, berasal dari tiga buah mesin genset berbahan bakar solar. Genset yang disimpan dalam ruangan tertutup ini masing-masing mempunyai kapasitas 313 KVA dan digunakan secara bergantian.

B. PROSES PRODUKSI

1. Bahan Baku dan Bahan Penunjang

Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi SIR 3L atau 3 WF di PTPN VII UU. Wabe adalah lateks, amoniak, sodium metabisulfit NaHSO 3 , asam semut HCOOH, dan air. Bahan baku berupa lateks yang diolah di pabrik, selain berasal dari kebun yang dimiliki UU. Wabe sendiri, juga mengolah lateks berasal dari kebun lain, yaitu dari UU. Way Lima. Pengolahan lateks yang berasal dari UU. Way Lima selain disebabkan karena UU. Way Lima tidak memiliki PPKR untuk mengolah lateks hasil sadapan, juga disebabkan jarak yang dekat antar kedua unit usaha tersebut. Lateks hasil sadapan kedua Unit Usaha tersebut sebelum dikirim ke pabrik terlebih dahulu ditampung dan dilakukan penyaringan di Stasiun Lateks STL yang terdapat di setiap afdiling kebun. Lateks yang akan dikirim dengan menggunakan truk dari STL terlebih dahulu dicampur dengan bahan pengawet berupa amoniak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya penggumpalan lateks selama dalam tanki pada saat pengangkutan ke pabrik. Jenis amoniak yang digunakan adalah amoniak yang mempunyai kepekatan 2,5 persen sebanyak 0,5-1 liter untuk setiap 1000 liter lateks kebun bila diperlukan. Penggunaan pengawet berupa amoniak ini lebih dianjurkan daripada menggunakan pengawet jenis lain formaldehid dan sodium sulfit, hal ini disebabkan karena amoniak tidak mengakibatkan warna gelab pada produk yang dihasilkan. Sodium Metabisulfit NaHSO 3 merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dalam pembuatan karet SIR 3L. Bahan kimia ini berfungsi sebagai bahan pemucat agar diperoleh karet berpenampakan cerah atau warna muda. UU. Wabe menggunakan sodium metabisulfit yang berkonsentrasi 5 persen dengan dosis 0,4-0,6 kg per ton karet kering, yang dicampurkan pada lateks yang berada pada bulking tank. Asam semut HCOOH sebagai koagulan yang sengaja ditambahkan ke dalam lateks untuk menggumpalkannya, dilakukan pihak UU. Wabe pada saat lateks akan dialirkan ke bak pembekuan. Asam semut yang digunakan oleh UU. Wabe ini memiliki kepekatan sebesar 1 persen, dan dengan dosis 2,5 – 3 liter asam semut per ton karet kering. Penambahan asam semut yang dimaksudkan untuk mempercepat proses pembekuan ini dilakukan secara hati-hati, karena dapat mengakibatkan iritasi kulit, uapnya perih dimata serta merusak membran mukosa dari saluran pernapasan. Selain membutuhkan bahan baku berupa lateks kebun dan bahan kimia, selama proses produksi pengolahan lateks menjadi SIR 3L atau SIR 3WF membutuhkan air bersih yang digunakan untuk proses produksi maupun sebagai sarana sanitasi. Kebutuhan air tersebut diperoleh dari air permukaan sungai yang mengalir di tengah perkebunan. Sebelum digunakan untuk proses produksi, air sungai yang dialirkan menuju pabrik dengan menggunakan pompa tersebut, terlebih dahulu diendapkan dan dilakukan penyaringan menggunakan sunfilter agar air tersebut tidak mengandung kotoran yang dapat menurunkan mutu dari produk yang dihasilkan.

2. Proses Pengolahan

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

2 54 106

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina)

15 132 248

Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Medan)

27 212 111

PELAKSANAAN KEPENGURUSAN OLEH PENGURUS KOPERASI (Studi Pada Koperasi Kantor Direksi PTP Nusantara VII Bandar Lampung)

0 34 40

PERBANDINGAN PENDEKATAN TEORITIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41 PADA BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN KARET (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu di Pesawaran)

1 27 85

Analisis Nilai Tambah dan Kapasitas Produksi Agroindustri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

17 51 72

Potensi Penerapan Konsep Produksi Bersih pada Industri Keramik di Probolinggo Potensial Implementation of Cleaner Production Concept for Ceramic Industries in Probolinggo

0 0 8

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

0 0 11