1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia berfokus pada pembelajaran berbasis teks. Kurikulum 2013 fokus pada pembelajaran berbasis teks karena memiliki
kelengkapan makna, pikiran, dan gagasan yang dikandung sehingga siswa diharap memiliki pengetahuan bahasa yang tinggi. Pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di dalam kurikulum 2013 yang berbasis teks, terdiri atas dua aspek pembahasan yaitu aspek sastra dan nonsastra. Akan tetapi, di dalam kurikulum
2013 lebih menekankan pada aspek nonsastra dan mengurangi pembelajaran sastra. Adapun, pembelajaran sastra yang dimasukkan di dalam kurikulum 2013
pada jenjang SMP hanya pembelajaran menyusun cerita pendek. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat melatih dan
mengembangkan keterampilan siswa dibidang kesusastraan. Melalui sastra siswa dapat mengembangkan pikirannya di dalam bidang kesusastraan, seperti menurut
Suharianto 2005:1 menjelaskan bahwa karya sastra memiliki dunia tersendiri. Karya sastra diciptakan bukan hanya sekadar untuk menghibur, akan tetapi
seorang pengarang bermaksud menyampaikan gagasan-gagasannya, dan
menyampaikan nilai-nilai yang menurut keyakinannya bermanfaat bagi penikmat karyanya. Peneliti memasukkan unsur sastra, agar siswa tidak hanya mengetahui
kebahasaan saja, akan tetapi juga paham tentang sastra. Mengacu pada kurikulum 2013, peneliti memasukkan sastra berupa pembelajaran menyusun teks hasil
observasi dalam bentuk puisi yang dimasukkan ke dalam teks hasil observasi. Teks hasil observasi menurut Kosasih 2013:48 yaitu teks yang
mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengamatan. Oleh karena itu, peneliti menerapkan penyusunan puisi sesuai dengan pengamatan atau observasi
berupa gambar, sehingga penulisan sebuah puisi tersebut sesuai dengan laporan hasil observasi yaitu berupa mengemukakan fakta-fakta yang ditemukan dalam
gambar melalui observasi, akan tetapi penulisannya dalam bentuk bait puisi. Pembelajaran menyusun puisi merupakan salah satu aspek dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diajarkan di dalam kelas VII pada kurikulum KTSP, akan tetapi di dalam kurikulum 2013 tidak dicantumkan
indikator pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran menulis puisi merupakan aspek menulis sastra. Strategi pengajaran sastra yang akan digunakan seharusnya
didasarkan pada pendekatan, dan metode yang paling tepat serta mendukung pengajaran sastra sehingga siswa lebih mudah memahami sastra. Tujuan
pengajaran sastra yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesusastraan. Dalam dunia sastra salah satu keterampilan yang
harus dikuasai adalah menulis puisi. Menurut Suharianto 2009:13 menulis puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang berisikan ungkapan pikiran dan perasaan
penyair mengenai kehidupan. Istilah kehidupan dapat berupa pemandangan alam.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia yang mengajar di kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus, keterampilan
menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi siswa masih kurang memuaskan. Hal ini bisa terbukti dari hasil nilai yang diperoleh siswa memiliki
nilai rata-rata 59 dalam ketegori kurang. Adapun standar ketuntasan minimal yaitu 78. Berkaitan dengan pengajaran sastra, keterampilan menyusun teks hasil
observasi dalam bentuk puisi kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus termasuk kategori kurang.
Beberapa masalah pokok yang dialami siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus dapat diidentifikasi dari proses pembelajaran, pengetahuan, sikap religius,
sikap sosial, dan keterampilan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut
Pertama, proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya di dalam pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Masalah
yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu keantusiasan siswa, kekondusifan siswa, keaktifan siswa, dan keintensifan siswa di dalam pembelajaran masih
kurang dan siswa kurang berminat sehingga malas di dalam menyusun. Adapun, di dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, guru belum menerapkan
model dan media pembelajaran yang menarik minat siswa. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan berpacu pada buku teks. Adapun, selama
proses pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi, guru bahasa dan sastra Indonesia hanya memberikan instruksi kepada siswa untuk
mengungkapkan yang sedang mereka rasakan ke dalam tulisan berbentuk bait-bait
puisi, akan tetapi apabila penyusunan teks hasil observasi dalam bentuk puisi di dalam kelas belum selesai, guru meminta siswa melanjutkan menyusun teks hasil
observasi dalam bentuk puisi di rumah. Kedua, pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan materi
pembelajaran sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang masih rendah sehingga membutuhkan perhatian agar dapat mencapai KKM sesuai yang
diterapkan di sekolah. Ketiga, sikap religius siswa secara keseluruhan sudah baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa ketika berdoa ada yang bercanda dengan
teman sebangkunya. Keempat, sikap sosial siswa sebagian besar sudah baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang menunjukkan sikap kurang baik. Kelima,
keterampilam siswa di dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi masih memerlukan perhatian dan bimbingan dari guru karena siswa sulit
menemukan ide dan susah menyusun kata-kata menjadi bait puisi. Permasalahan di atas melatarbelakangi peneliti untuk memasukkan unsur
sastra dalam bentuk menyusun puisi dalam pembelajaran teks hasil observasi di dalam kurikulum baru ini. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan
menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi maka perlu adanya upaya untuk menerapkan model dan media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan
menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi bagi siswa. Oleh karena itu, Peneliti menggunakan model NHT Numbered Heads Together berbantuan
media amplop bergambar, diharapkan dapat menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi.
Model NHT Numbered Heads Together merupakan pembelajaran kooperatif yang muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks. Model pembelajaran kooperatif, di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6
orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu Trianto 2007:41. Adapun, selain
menggunakan model NHT Numbered Heads Togheter juga menggunakan media amplop bergambar untuk memancing siswa di dalam menemukan ide yang akan
ditulis menjadi bait-bait puisi. Media amplop bergambar merupakan media berupa amplop yang di
dalamnya berisi gambar. Menggunakan media gambar, siswa akan bersemangat dan tertarik dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Selain itu,
dengan menggunakan media gambar dapat merangsang siswa dalam menemukan ide, karena siswa mengamati gambar tersebut secara berkelompok, sehingga
dengan mengamati gambar tersebut secara bersama-sama, maka mereka dapat saling bertukar pikiran dan bisa menuliskan bait-bait puisi dari gambar yang
mereka amati, sehingga mereka akan lebih mudah dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi berdasarkan hasil pengamatan dari gambar.
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul ‘’peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi dengan menggunakan model
NHT Numbered Heads Together berbantuan media amplop bergambar’’.
Peneliti berharap dengan model NHT Numbered Heads Togheter dan media amplop bergambar dapat meningkatkan kreatifitas siswa di dalam bidang sastra,
terutama di dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi.
1.2 Identifikasi Masalah