Hakikat Teks Laporan Hasil Observasi Model NHT Numbered Heads Together

Subana 2011:231 menyatakan menulis atau mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur Tarigan 2008:3-4. Adapun Nuruddin 2010:4 menyatakan menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Proses menulis adalah suatu upaya untuk mewariskan dan meneruskan ide atau gagasan kepada generasi selanjutnya agar ide tersebut terpelihara dan tetap hidup Kartono 2009:17. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, menulis merupakan proses pengungkapan ide, gagasan dalam bentuk tulisan agar mudah dipahami oleh pembaca. Melalui menulis, ide dan gagasan seorang penulis dapat dipahami dan dibaca oleh pembaca baik sebagai hiburan maupun sebagai pengetahuan.

2.2.2 Hakikat Teks Laporan Hasil Observasi

Kosasih 2013:48 berpendapat bahwa teks laporan hasil observasi merupakan teks yang mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengamatan. Karakteristik teks laporan hasil observasi menurut Kosasih 2013:49 bertujuan memberikan pengetahuan atau informasi yang sejelas- jelasnya kepada pembaca. Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1 menyajikan fakta-fakta tentang keadaan peristiwa, tempat, benda, dan orang. 2 menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks laporan hasil observasi merupakan teks yang ditulis berdasarkan fakta-fakta dari hasil pengamatan atau observasi. Oleh karena itu, teks laporan hasil observasi bertujuan untuk menambah pengetahuan atau informasi kepada pembaca.

2.2.3 Puisi

Teori tentang puisi terdiri atas hakikat puisi, dan unsur-unsur puisi.

2.2.3.1 Hakikat puisi

Kosasih 2012:97 berpendapat bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Adapun, bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakan adalah kata- kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian. Pada dasarnya, pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup kesusastraan, yaitu karangan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estesis. Jalil 1985:13 Suharianto 2009:13 berpendapat bahwa puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair mengenai kehidupan. Istilah kehidupan dimaksudkan adalah segala yang terdapat diantara langit dan bumi, berupa pemandangan alam, peristiwa atau kejadian, dan segala bentuk makhluk ciptaan-Nya. Adapun menurut Aminuddin 1995:134 puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Menurut Pradopo 2002:7 puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama. Menurut Waluyo dalam aAlfiah 2009:22 puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Puisi sebagai jenis sastra memiliki susunan bahasa yang relatif lebih padat. Pemilihan kata atau diksi dalam penciptaan puisi dapat dikatakan sangat ketat. Kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari berbagai segi : makna, kekuatan citraan, rima, dan jangkauan simboliknya Sumardi 1997:3. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya sastra yang berisikan ungkapan, perasaan dan pikiran dari seorang penyair. Puisi ditulis dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, akan tetapi memiliki banyak makna. Melalui puisi, seseorang penyair dapat menuangkan ide dan gagasannya sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

2.2.3.2 Unsur-Unsur Puisi

Menurut Waluyo dalam Kosasih 2012 : 97-108 secara garis besar, unsur- unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik yang terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif majas, rima, tata wajah tipografi. Struktur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada, dan suasana, amanat.

2.2.3.2.1 Unsur Fisik

Waluyo dalam Jabrohim 2003:34 berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Unsur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahas figuratif majas, versifikasi rima,ritma,metrum, tipografi. 1. Diksi Keraf Jabrohim 2003:35 berpendapat bahwa diksi adalah pemilihan kata. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata. Keraf 2006:24 berpendapat bahwa diksi disimpulkan menjadi tiga uraian, pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pilihan kata yang digunakan di dalam penulisan puisi. Diksi memiliki peran yang penting. Puisi akan terlihat indah apabila penulis menggunakan diksi yang tepat. 2. Pengimajian Menurut Waluyo dalam Kosasih 2012:100 pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Adanya daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah- olah : 1 mendengar suara imajinasi auditif, 2 melihat benda-benda, 3 meraba dan menyentuh benda-benda imajinasi taktil. Menurut Djojosuroto 2005:20-21 pengimajian atau pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris ke dalam kata dan ungkapan, sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkrit. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu, mendengar sesuatu atau turut merasakan sesuatu. Pengimajian untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran- gambaran angan Jabrohim 2003:36. Pengimajian itu menggunakan kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat imaji visual, didengar imaji auditif, atau dirasa imaji taktil. Imaji visual menampilkan kata-kata yang menyebabkan gambaran lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif pendengaran adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair. Imaji taktil perasaan adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu memengaruhi sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya. Alfiah 2009:25. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pengimajian merupakan ungkapan berupa gambaran khayalan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Berdasarkan imajinasi, sebuah puisi akan terlihat hidup ketika puisi tersebut dapat menggambarkan suasana yang konkrit seperti imajinasi auditif mendengar suara, melihat benda-benda, dan meraba benda- benda imajinasi taktil. 3. Kata konkret Menurut Jabrohim 2003:41 bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkrit atau diperjelas, jika penyair mahir memperkonkrit kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair Kosasih 2012:103. Menurut Waluyo dalam Jabrohim 2003:41 mengatakan bahwa dengan kata yang diperkonkrit, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Oleh karena itu, hubungannya dengan pengimajinasian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata konkret merupakan kata yang digunakan untuk memperjelas suatu gambaran yang ada di dalam puisi. Kata konkrit berkaitan dengan pengimajian yaitu kata konkret merupakan kata yang digunakan untuk memperjelas pengimajinasian agar seolah- olah pembaca dapat melihat, mendengar, dan merasakan suasana yang ada di dalam puisi. 4. Bahasa figuratif majas Menurut Waluyo dalam Jabrohim 2003:42 bahasa figuratif disebut pula sebagai majas. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatic, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Menurut Tarigan dalam Jabrohim 2003:42 bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau mengekspresikan perasaan yang diungkapkan, sebab kata saja belum cukup jelas untuk menerangkan lukisan tersebut. Menurut Kosasih 2012:104 majas figurative language adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif majas merupakan bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan makna suatu kata, akan tetapi menggunakan bahasa yang dikiaskan untuk memperindah puisi agar terlihat menarik untuk dibaca. Seorang penyair menggunakan majas karena dapat memperindah puisi. 5. Versifikasi rima,ritma Menurut Jabrohim 2003:54 rima meliputi aliterasi atau perulangan bunyi konsonan, asonansi atau perulangan bunyi vokal, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berulang, sajak penuh, intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Adapun ritma atau irama yaitu pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Menurut Waluyo 2002:7 pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain, mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. Adapun menurut Aminuddin 1995:137 rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik puisi. Adapun irama berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi khususnya puisi lama, Irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan. Irama juga berarti pergantian keras lembut, tinggi rendah, atau panjang pendek kata secara berulang ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi Waluyo 2002:12. 6. Tata Wajah Tipografi Menurut Kosasih 2012:104 tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik- larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait. Berdasarkan uraian di atas, tipografi merupakan tata wajah berupa susunan baris maupun bait yang ada di dalam puisi. Di dalam penulisan puisi, seorang penyair memiliki ciri maupun bentuk yang berbeda-beda di dalam menuliskan puisi sesuai dengan keinginan penyair.

2.2.3.2.2 Unsur Batin Puisi

Menurut Waluyo 2002:17 bahwa struktur batin puisi merupakan yang hendak diungkapkan oleh penyair melalui puisinya. Unsur batin puisi yaitu tema, perasaan, nada, suasana, amanat. 1. Tema Waluyo 2002:17 berpendapat bahwa tema adalah gagasan pokok subject-matter yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Menurut Jabrohim 2003:65 tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Tema adalah gagasan pokok yang di kemukakan oleh penyair lewat puisinya. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti : cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes Djojosuroto 2005:24. Menurut Waluyo dalam Kosasih 2012:105 secara umum, tema-tema dalam puisi dikelompokkan sebagai berikut : a. Tema Ketuhanan Puisi-puisi dengan tema ketuhanan biasanya akan menunjukkan religious experience atau pengalaman religi penyair. b. Tema kemanusiaan Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. c. Tema patriotismekebangsaan Puisi bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa dan tanah airnya. Puisi ini mungkin pula melukiskan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. d. Tema kedaulatan rakyat Dalam puisinya, penyair mengungkapkan sensitivitas dan perasaannya untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap kesewenang- wenangan pihak yang berkuasa. e. Tema keadilan sosial Puisi yang bertema keadilan sosial menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesengsaraan rakyat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair di dalam puisinya. Seorang pembaca akan mengetahui tema puisi ketika sudah membaca judul maupun isi dari puisi tersebut. Tema juga merupakan acuan yang digunakan penyair ketika hendak menulis puisi karena tema dapat membantu menentukan puisi yang akan dibuat. 2. Perasaan Puisi merupakan ungkapan perasaan dari penyair. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui perasaan penyair yaitu dengan cara membaca puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal Waluyo 2002:39-40. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perasaan merupakan isi jiwa dari penyair. Pembaca dapat mengetahui perasaan penyair yaitu perasaan sedih, senang, takut, gelisah, ketika sudah membaca puisi tersebut. 3. Nada Menurut Jabrohim 2003:66 nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bisa jadi ia bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Berdasarkan uraian di atas, nada merupakan sikap penyair yang ada di dalam puisi yang akan disampaikan kepada pembaca. 4. Suasana Menurut Kosasih 2012:109 suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca. Suasana sebuah puisi akan membawa akibat psikologis bagi pembacanya. Akibat psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi Jabrohim 2003:66. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Misalnya puisi suasana duka, maka pembaca akan merasakan suasana iba setelah membaca puisi tersebut. 5. Amanat Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca setelah membaca puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair Waluyo 2002:40. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair, secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan Kosasih 2012:109. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang disampaikan penyair di dalam puisinya. Pembaca dapat mengetahui amanat yang akan disampaikan penyair apabila sudah membaca puisi tersebut.

2.2.4 Model NHT Numbered Heads Together

Menurut Trianto 2007:5 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Adapun menurut Soekamto dalam Trianto 2007:5 model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Chauhan dalam Subana 2011:16 model pembelajaran adalah pola proses belajar mengajar yang menggambarkan proses penentuan dan penciptaan situasi khusus yang dapat menyebabkan siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Model pengajaran merupakan pedoman bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Dalam model pembelajaran, dikemukakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Isi dari model pengajaran adalah kerangka pengajaran yang luas yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dengan demikian, pengajaran menjadi suatu yang ilmiah, terkontrol dan terarah pada tujuan Subana 2011:17. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka pengajaran yang digunakan sebagai pedoman di dalam proses belajar mengajar di kelas untuk mempermudah guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran untuk mempermudah guru di dalam menyampaikan materinya. Di dalam penggunaan model pembelajaran, peneliti menggunakan model NHT Numbered Heads Together untuk mempermudah guru menyampaikan materi, terutama di dalam pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Model NHT Numbered Heads Together merupakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Model pembelajaran kooperatif, di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu Trianto 2007:41. Menurut Kagen dalam Trianto 2007:62 Model pembelajaran NHT Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model NHT Numbered Heads Together merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pada dasarnya, NHT Numbered Heads Together merupakan varian dari diskusi kelompok. Tujuan dari NHT Numbered Heads Together adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat Huda 2013:203. Berdasarkan perdapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model NHT Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran dengan cara siswa berdiskusi di dalam kelompok untuk memecahkan masalah. Model NHT Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran dengan cara siswa membuat kelompok kecil antara 4-6 siswa, akan tetapi tiap-tiap siswa di dalam kelompok memiliki materi yang berbeda-beda dari kelompoknya sesuai dengan nomor masing-masing siswa. Akan tetapi dengan adanya materi yang berbeda-beda siswa akan lebih banyak memiliki pengetahuan karena di dalam kelompok mereka saling membantu, saling bertukar pikiran dan memecahkan persoalan secara bersama-sama. Menurut Trianto 2007:62 dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT Humbered Heads Together : 1. Fase 1 : Penomoran Fase ini guru membagi siswa ke dalam 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. 2. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bervariasi. 3. Fase 3 : Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tipa anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4. Fase 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Menurut Suyatno 2009:53 langkah-langkah model pembelajaran NHT Numbered Heads Together adalah sebagai berikut : 1. Mengarahkan. 2. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu. 3. Memberikan persoalan materi bahan ajar untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama 4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas. 5. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa. 6. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward. Di dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan langkah-langkah pembelajaran dari Suyatno. Peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran dari suyatno karena langkah-langkah dari Suyatno sudah terperinci sehingga mudah diterapkan di dalam pembelajaran.

2.2.5 Media Amplop Bergambar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI DENGAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 UNGARAN

2 30 303

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15