Unsur Fisik Unsur-Unsur Puisi

memiliki banyak makna. Melalui puisi, seseorang penyair dapat menuangkan ide dan gagasannya sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

2.2.3.2 Unsur-Unsur Puisi

Menurut Waluyo dalam Kosasih 2012 : 97-108 secara garis besar, unsur- unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik yang terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif majas, rima, tata wajah tipografi. Struktur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada, dan suasana, amanat.

2.2.3.2.1 Unsur Fisik

Waluyo dalam Jabrohim 2003:34 berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Unsur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahas figuratif majas, versifikasi rima,ritma,metrum, tipografi. 1. Diksi Keraf Jabrohim 2003:35 berpendapat bahwa diksi adalah pemilihan kata. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata. Keraf 2006:24 berpendapat bahwa diksi disimpulkan menjadi tiga uraian, pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pilihan kata yang digunakan di dalam penulisan puisi. Diksi memiliki peran yang penting. Puisi akan terlihat indah apabila penulis menggunakan diksi yang tepat. 2. Pengimajian Menurut Waluyo dalam Kosasih 2012:100 pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Adanya daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah- olah : 1 mendengar suara imajinasi auditif, 2 melihat benda-benda, 3 meraba dan menyentuh benda-benda imajinasi taktil. Menurut Djojosuroto 2005:20-21 pengimajian atau pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris ke dalam kata dan ungkapan, sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkrit. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu, mendengar sesuatu atau turut merasakan sesuatu. Pengimajian untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran- gambaran angan Jabrohim 2003:36. Pengimajian itu menggunakan kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat imaji visual, didengar imaji auditif, atau dirasa imaji taktil. Imaji visual menampilkan kata-kata yang menyebabkan gambaran lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif pendengaran adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair. Imaji taktil perasaan adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu memengaruhi sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya. Alfiah 2009:25. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pengimajian merupakan ungkapan berupa gambaran khayalan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Berdasarkan imajinasi, sebuah puisi akan terlihat hidup ketika puisi tersebut dapat menggambarkan suasana yang konkrit seperti imajinasi auditif mendengar suara, melihat benda-benda, dan meraba benda- benda imajinasi taktil. 3. Kata konkret Menurut Jabrohim 2003:41 bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkrit atau diperjelas, jika penyair mahir memperkonkrit kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair Kosasih 2012:103. Menurut Waluyo dalam Jabrohim 2003:41 mengatakan bahwa dengan kata yang diperkonkrit, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Oleh karena itu, hubungannya dengan pengimajinasian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata konkret merupakan kata yang digunakan untuk memperjelas suatu gambaran yang ada di dalam puisi. Kata konkrit berkaitan dengan pengimajian yaitu kata konkret merupakan kata yang digunakan untuk memperjelas pengimajinasian agar seolah- olah pembaca dapat melihat, mendengar, dan merasakan suasana yang ada di dalam puisi. 4. Bahasa figuratif majas Menurut Waluyo dalam Jabrohim 2003:42 bahasa figuratif disebut pula sebagai majas. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatic, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Menurut Tarigan dalam Jabrohim 2003:42 bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau mengekspresikan perasaan yang diungkapkan, sebab kata saja belum cukup jelas untuk menerangkan lukisan tersebut. Menurut Kosasih 2012:104 majas figurative language adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif majas merupakan bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan makna suatu kata, akan tetapi menggunakan bahasa yang dikiaskan untuk memperindah puisi agar terlihat menarik untuk dibaca. Seorang penyair menggunakan majas karena dapat memperindah puisi. 5. Versifikasi rima,ritma Menurut Jabrohim 2003:54 rima meliputi aliterasi atau perulangan bunyi konsonan, asonansi atau perulangan bunyi vokal, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berulang, sajak penuh, intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Adapun ritma atau irama yaitu pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Menurut Waluyo 2002:7 pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain, mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. Adapun menurut Aminuddin 1995:137 rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik puisi. Adapun irama berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi khususnya puisi lama, Irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan. Irama juga berarti pergantian keras lembut, tinggi rendah, atau panjang pendek kata secara berulang ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi Waluyo 2002:12. 6. Tata Wajah Tipografi Menurut Kosasih 2012:104 tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik- larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait. Berdasarkan uraian di atas, tipografi merupakan tata wajah berupa susunan baris maupun bait yang ada di dalam puisi. Di dalam penulisan puisi, seorang penyair memiliki ciri maupun bentuk yang berbeda-beda di dalam menuliskan puisi sesuai dengan keinginan penyair.

2.2.3.2.2 Unsur Batin Puisi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI DENGAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 UNGARAN

2 30 303

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15