2 seluruh siswa di dalam kelas menanggapi hasil menulis dan pembacaan puisi yang dibacakan oleh perwakilan siswa , 3 guru memberikan penghargaan bagi
perwakilan siswa yang dapat membacakan puisi dengan bagus. Tahap penutup, 1 siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari,
2 guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, 3 guru dan siswa melakukan tindak lanjut untuk pertemuan
selanjutnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi tergolong dalam tingkatan yang masih rendah. Hal ini dapat diidentifikasi dari proses
pembelajaran, pengetahuan, sikap religi, sikap sosial, dan keterampilan. Pertama proses pembelajaran, yaitu keantusiasan, kekondusifan siswa,
keaktifan siswa, dan keintensifan siswa masih kurang. Siswa kurang berminat dan malas dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi karena strategi
guru belum menarik minat siswa. Proses pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi, tidak semua guru dapat memberikan model dan
media pembelajaran yang cocok yang dapat membantu memunculkan imajinasi siswa dapat berkembang, sehingga dapat membantu di dalam menyusun teks hasil
observasi dalam bentuk puisi. Peningkatan keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk
puisi membutuhkan model yang tepat untuk dapat menarik minat dan memunculkan ide bagi siswa. Terutama bagi siswa kelas VII maka dibutuhkan
model dan media pembelajaran yang dapat memancing kreatifitas siswa agar bisa tertarik dalam pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi.
Ketertarikan tersebut diantaranya adalah agar siswa merasa senang dan tertarik untuk menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi, terutama dalam
membuat bait-bait puisi. Kedua, yaitu pengetahuan yang dimiliki siswa sudah cukup baik, akan
tetapi masih ada beberapa siswa yang masih rendah. Ketiga, sikap religius yaitu secara keseluruhan siswa sudah baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa ketika
berdoa sering bercanda dengan temannya. Keempat, sikap sosial yaitu keseluruhan rata-rata sudah baik, akan tetapi masih ada siswa yang menunjukkan
sikap yang kurang baik. Kelima, yaitu keterampilan siswa masih memerlukan perhatian dan bimbingan dari guru karena siswa sulit menemukan ide dan
menyusun kata-kata menjadi bait puisi. Adapun apabila praktik keterampilan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi, guru hanya meminta siswa
untuk menuliskan puisi yang sedang mengusik pikiran mereka, apabila di dalam jam pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi sudah
selesai, guru meminta siswa untuk melanjutkan menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi di rumah masing-masing. Padahal dalam menyusun puisi,
siswa masih mengalami kesulitan, sehingga membutuhkan model dan media pembelajaran yang dapat memacu semangat dan dapat merangsang pikiran siswa
untuk dapat membuat bait-bait puisi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka harus dicari jalan keluar utuk
mengatasinya. Oleh karena itu, perlu adanya model dan media pembelajaran yang
harus digunakan oleh guru dalam mengajarkan puisi agar siswa merasa tertarik dan mudah dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Salah satu
model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu
model pembelajaran dengan cara siswa saling berkelompok dan berdiskusi untuk saling bertukar pikiran, bertukar ide.
Model pembelajaran kooperatif yang peneliti pilih yaitu model pempelajaran NHT Numbered Heads Together. Model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran kooperatif, yaitu siswa saling berkelompok, untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor
siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapatkan tugas yang sama. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat saling bertukar
pikiran, bertukar ide dan saling bekerjasama mengembangkan imajinasi mereka di dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Adapun itu, peneliti
juga menggunakan media amplop bergambar. Media amplop bergambar merupakan sebuah media amplop yang di dalamnya berisi gambar untuk media
dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Peneliti menggunakan media gambar karena dengan media gambar, siswa akan lebih tertarik dalam
menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi. Siswa akan senang dan bersemangat dalam menyusun teks hasil observasi dalam bentuk puisi
dikarenakan siswa antusias di dalam mengamati gambar sehingga dapat menumbuhkan imajinasinya di dalam menyusun teks hasil observasi dalam
bentuk puisi.
2.4 Hipotesis Tindakan