61
beribadah bersama-sama di rumah walaupun sebenarnya orang tua menginginkan beribadah bersama-sama. Kesimpulan dari
data anak “HS” selalu melakukan ibadah bersama-sama orang tua ketika di rumah, anak “MA” jarang untuk melakukan
beribadah bersama-sama ketika di rumah dan anak “SR” tidak selalu melakukan kegiatan ibadah bersama-sama ketika di
rumah.
d. Peran sebagai pengawas
Kewajiban orang tua untuk mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang
membawa mereka dalam kenakalan remaja. Seperti yang diungkapkan oleh “RS” selaku orang tua anak “RS”: “tidak
selalu bisa mengawasi terus mbak karena di luar rumah anak saya susah di pantau”. Hal ini juga disampaikan oleh “RS”
selaku anak dari orang tua “RS”: “orang tua mengawasi saya ketika di luar rumah tapi karena saya tidak meminta izin saat
keluar rumah mungkin orang tua susah mengawasi saya di luar rumah”.
Hal serupa juga dikatakan oleh “A” orang tua dari anak “MA”: “saya kadang sempat mengawasi tapi kadang ya tidak
sempat saya awasi”. Hal senada juga dikatakan oleh “MA” selaku anak dari orang tua “A”: “iya mbak orang tua mengawasi
62
saya ketika saya di luar rumah walaupun tidak terus menerus diawasi oleh orang tua”.
Hal ini disampaikan Ibu “Y” selaku orang tua dari anak “SR” mengatakan bahwa:
“iya mbak selalu saya awasi tapi namanya pengawasan orang tua, pintar-pintar anak saja untuk lari dari
pengawasan orang tua walaupun anak sekolah di daerah ibu saya sendiri tetapi saja masih luput dari pengawasan”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh “RS” anak dari ibu “Y”: “kebetulan saya saya sekolah di lingkungan rumah mbah saya,
jadi semua orang kenal sama orang tua saya, jadi orang tua lebih mudah mengawasi saya”.
Dari wawancara diatas ditarik kesimpulan bahwa bahwa ibu “RS” orang tua dari anak “RS” dan ibu “A” orang tua dari anak
“MA” tidak selalu bisa mengawasi anaknya ketika diluar rumah, ibu “Y” orang tua dari anak “SR” selalu mengawasi anaknya
ketika diluar rumah. Pendapat ini dibenarkan oleh anak “SR”, anak ”MA”, anak “SR” orang tua mengawasi anaknya ketika di
luar rumah. Pengawasan anak di luar rumah harus dilakukan cara
tertentu agar anak berfikir ulang untuk melakukan kenakalan remaja. Hal ini diungkapkan oleh “RS” selaku orang tua dari
“RS”: “ saya sebagai orang tua susah untuk mengawasi anak saya ketika diluar rumah mbak, anak saya pintar kalau membuat
alasan pergi”.
63
Hal yang sama juga diungkapkan oleh “RS” selaku anak dari orang tua “RS”: “orang tua susah untuk mengawasi saya
diluar rumah karena orang tua tidak tau tempat bermain saya dan teman-teman saya”.
Hal ini disampaikan oleh Ibu “S” orang tua dari anak “IW” berpendapat bahwa:
“kalau dia mau pergi saya menanyakan dia mau pergi kemana dan saya tanyakan mau pergi sampai jam berapa
dengan keperluan apa pergi walaupun seperti itu saya masih suka dibohongi oleh anak saya, anak pamitnya ke rumah A
ternyata malah kerumah B, mangkanya saya tidak terlalu percaya”
Hal yang sama disampaikan oleh “IW” anak dari orang tua “S”: “ibu saya tanya-tanya dulu sebelum saya mau pergi,
ditanya mau kemana dengan siapa, dan pulang jam berapa, walaupun seperti itu saya tidak selalu berkata jujur karena orang
tua tidak selalu mengizinkan saya pergi”. Senada yang diungkapkan oleh “Y” selaku orang tua dari
anak “SR”: “anak saya tidak pernah pamitan kalau mau pergi jadi saya susah untuk mengawasi anak saya tersebut”. Pendapat
yang sama juga disampaikan oleh “SR” selaku anak dari orang tua “Y”: “saya tidak pernah berpamitan kepada orang tua ketika
akan pergi karena orang tua tidak berada dirumah ketika saya sedang pergi”.
64
Dari wawancara di atas ditarik kesimpulan bahwa bahwa ibu “RS” orang tua dari anak “RS”, ibu “S” orang tua dari anak
“IW” dan ibu “Y” orang tua dari anak “SR” dan “RS” anak dari orang tua “RS”, ibu “IW” anak dari orang tua “S” dan ibu “SR”
anak dari orang tua “Y”: cara orang tua mengawasi anaknya adalah dengan menanyakan kepada anaknya mau pergi kemana,
dengan siapa, dan pulang jam berapa dan terdapat anak yang tidak berpamitan kepada orang tua ketika sedang pergi, dengan
hal ini orang tua masih sulit untuk mengawasi anaknya dan anak suka mengatakan tidak sesuai dengan kenyataan yang anak
katakan kepada orang tuanya. Salah satu cara untuk mencegah kenakalan remaja terjadi
kembali lagi dengan cara orang tua mengenali teman-teman dari anaknya sendiri, tetapi pada realitanya orang tua tidak
mengenali teman-teman dari anak-anaknya. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh “RS” selaku orang tua dari anak
“RS”: “tidak kenal, mungkin teman di lingkungan rumah saja yang saya kenal”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “RS”
selaku anak dari orang tua “RS: “tidak mbak, teman saya banyak, teman di lingkungan rumah saja paling yang tau”.
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh “S” orang tua dari anak “IW”: “gak mbak, saya kenal teman anak saya yang biasa
main saja dengan anak saya dirumah”. Senada yang dikatakan