Peran sebagai pendidik Hasil Penelitian

52 anak saya agar anak saya tidak bertingkah laku yang kurang baik”. Seperti yang diungkapkan ibu “Y” anak “SR” juga mengungkapkan hal yang sama: “saya sering diajarkan sopan santun dan diajarkan juga bertutur kata yang baik juga”. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orang tua orang tua “AT” dan anak “HS”, orang tua “RS” dan anak “RS”, orang tua “Y” dan anak “SR” setiap hari orang tua mengajarkan sopan santun dalam tutur kata dan perilaku. Pendapat ini dibenarkan oleh anak “AT”, anak ”RS”, anak “SR” bahwa orang tuanya mengajarkan sopan santun dalam bertutur kata maupun perbuatan. Peran orang tua sebagai pendidik juga seharusnya menyadari perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada remajanya. Setiap hari orang tua bertegur sapa dengan anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu “AT” orang tua dari “HS” menuturkan bahwa: “ya mbak, saya tau perkembangan dari anak saya dari mulai tubuh anak saya yang berubah sampai psikis dari anak saya, ketika anak saya sedang sedih atau bahagia”. Anak “HS” selaku anak dari orang tua ibu “AT” berpendapat bahwa: “iya mbak orang tua saya tau perubahan yang terjadi dalam tubuh saya dan juga psikis dari saya”. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh ibu “A” selaku orang tua dari anak “MA”: “tentu harus tau mbak, 53 bagaimanapun dia anak saya, sebisa mungkin saya melihat ada gak perubahan setiap harinya pada anak saya, dan perubahan apa yang terjadi pada diri anak saya”. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh anak “MA” selaku anak dari orang tua “A”: “orang tua saya tau perubahan dari saya, karena orang tua kita mengamati kita sehari-hari”. Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu “Y” selaku orang tua dari anak “SR”: “tau mbak, kaya sekarang udah ada kumis tipis dibawah hidung, sama kalau terkena masalah pulang-pulang suka cemberut.”. Hal ini diperkuat oleh anak “SR” selaku anak dari orang tua “Y”: “orang tua saya tentu mengetahui perubahan yang terjadi dalam diri saya mbak”. Dari wawancara di atas ditarik kesimpulan bahwa bahwa orang tua orang tua “AT” dan anak “HS”, orang tua “A” dan anak “MA”, orang tua “Y” dan anak “SR” Orang tua mengetahui setiap perubahan fisik ataupun psikis yang terjadi pada anaknya. Pendapat ini dibenarkan oleh anak “AT”, anak ”MA”, anak “SR” mengetahui segala perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada anaknya.

b. Peran sebagai pendorong

Menghadapi masa peralihan menuju dewasa, remaja butuh berbagai dorongan ketika mereka menghadapi berbagai kegagalan yang mampu menyurutkan mereka dan untuk 54 mengindarkan mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dorongan orang tua sangatlah penting bagi setiap remaja untuk berperilaku baik. Seperti yang diungkapkan oleh “RS” selaku orang tua dari “RS”: “iya lah mbak namanya orang tua pasti selalu memberikan dorongan kepada anaknya untuk berperilaku baik”. Hal ini diperkuat oleh “RS” selaku anak dari orang tua dari “RS”: “iya setiap hari saya di berikan wejangan untuk selalu berperilaku baik dengan siapapun dan dimanapun saya berada”. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh “S” selaku orang tua dari “IW”: “iya mbak selalu saya berikan dorongan kepada anak saya agar berperilaku baik, sopan dan santun agar selalu terjaga”. Hal ini juga dipertegas oleh anak “IW” selaku anak dari orang tua dari “S”: “sejak kecil dorongan itu sudah muncul, orang tua selalu membimbing saya untuk tidak berperilaku buruk”. Seperti yang diungkapkan oleh “Y” selaku orang tua dari “SR”: “iya mbak dorongan orang tua sangatlah penting kalau anak sedang di rumah, bisa setiap hari saya kasih dorongan agar berperilaku baik”. Hal yang senada juga dikatakan oleh “SR” selaku anak dari orang tua “Y”: “tentu mbak, orang tua saya memberikan dorongan untuk saya untuk berperilaku baik”. 55 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orang tua orang tua “RS” dan anak “RS”, orang tua “S” dan anak “IW”, orang tua “Y” dan anak “SR” orang tua selalu memberikan dorongan untuk berperilaku baik kepada anaknya. Pendapat ini dibenarkan oleh anak “RS”, anak ”S”, anak “SR” bahwa orang tuanya memberikan dorongan kepada anaknya untuk berperilaku baik. Pada saat itu orang tua memberikan keberanian dan percaya diri kepada remaja dalam menghadapi masalah, sehingga tidak gampang menyerah dalam menghadapi masalah. Menurut “AT” orang tua dari anak “HS” menyatakan bahwa: “iya saya sudah menanamkan kepercayaan diri dalam menghadapi masalah. Hal ini tidak senada diungkapkan oleh “HS” “iya saya dilatih percaya diri dan berani mengahadapi masalah sendiri”. “RS” selaku orang tua dari anak “RS” mengatakan bahwa: “iya mbak sudah saya ajarkan sikap kepercayaan diri dalam menghadapi masalah”. Hal ini senada dengan yang dikatakan “RS”selaku anak dari orang tua “RS”: “iya dilatih, percaya diri sejak dini memang diperlukan kalau dari kecil tidak dilatih kepercaya dirian bisa- jadi korban bulli temannya di sekolah, sekarang bukanya lagi marak anak di buli oleh temanya di sekolah sampai anak tersebut tidak mau ke sekolah karena takut pada temanya itu” Pernyataan yang sama dikatakan oleh “S” selaku orang tua dari anak “IW”: iya mbak saya sudah menanamkan kepercayaan 56 diri saat menghadapi masalah, sewaktu dia harus menentukan bagaimana cara mencari jalan keluar atas permasalahan itu sendiri. Seperti disampaikan oleh “IW” anak dari ibu “S”: kalau sejak dini memang iya mbak, soalnya saya harus percaya diri ketika menghadapi masalah dan harus menyelesaikan masalah saya secara sendiri terlebih dahulu. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orang tua “AT”, orang tua “RS”, dan orang tua “S” sudah menanamkan kepercayaan diri sejak kecil saat menghadapi masalah sejak dini agar dapat mencari jalan keluar atas permasalahan itu sendiri dan tercipta kemandirian. Pendapat anak “HS” sejak dini sudah ditanamkan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah dan anak “RS” dan anak “S” sejak dini sudah ditanamkan rasa kepercaya dirian dalam menghadapi masalah . Dengan ditanamkan kepercayaan diri sejak kecil melatih anak mencari jalan keluar masalah sendiri. Orang tua tidak membela kesalahan yang diperbuat oleh anaknya karena akan membuat anak merasa tidak bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Seperti yang dikatakan ibu “AT” selaku orang tua “HS”: “saya tidak pernah membela kalau anak saya melakukan kesalahan”. Tidak senada yang dikatakan oleh “HS” selaku anak dari orang tua “AT” mengatakan bahwa: “saya tidak