Keabsahan Data METODE PENELITIAN

49 Tabel 7. Identitas Informan No Nama Orang Tua Umur Orang Tua Nama Anak Umur Anak 1 Ibu AT 47 Tahun HS 16 Tahun 2 Ibu RS 53 Tahun RS 20 Tahun 3 Ibu S 54 Tahun IW 20 Tahun 4 Ibu A 49 Tahun MA 16 Tahun 5 Ibu Y 48 Tahun SR 16 Tahun Sumber: Data Primer Informan Tokoh Masyarakat No Nama Jabatan 1 SP Kepala Desa 2 K Sekertaris Desa 3 BS Kaur Keuangan Sumber: Data Primer

B. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian tentang peran orang tua yang terdiri dari peran sebagai pendidik, peran sebagai pendorong, peran sebagai panutan, peran sebagai pengawas, peran sebagai teman, peran sebagai konselor dapat dilihat berdasarkan penjelasan di bawah ini: 1. Peran orang tua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja di Desa Gintungan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

a. Peran sebagai pendidik

Di dalam keluarga peran orang tua tentunya adalah sebagai pendidik untuk mendidik anak-anaknya. Salah satu yang paling mendasar adalah menanamkan pendidikan agama. Pendidikan agama sangat penting dilatih sejak dini untuk membentuk 50 karakter anak. Dengan landasan agama yang kokoh inilah yang membuat anak enggan melakukan kenakalan remaja. Hal ini disampaikan oleh ibu “AT” selaku orang tua “HS”: “Iya mbak, sejak kecil anak saya sudah saya latih untuk mengaji ke masjid setiap sore dan saya ajari untuk sholat 5 waktu karena saya percaya agama dasar dari kehidupan” Senada yang diungkapkan oleh “HS” selaku anak dari ibu “AT”: “Iya benar, orang tua saya sudah melatih sholat dan mengaji sejak saya kecil, kalau tidak melaksanakan saya bisa dimarahi sama bapak dan ibu mbak” Pendapat yang sama disampaikan oleh ibu “A” selaku orang tua “MA”: “ya saya ajari untuk sholat mbak, kalau mengaji sejak kecil sudah ke masjid bersama teman-teman seumuranya. Sama halnya “MA” selaku anak dari ibu “A” menuturkan bahwa: “iya, saya sejak dini dilatih sholat dan mengaji mbak”. Hal yang sama di ungkapkan oleh ibu “RS” selaku orang tua dari “RS” : “ iya mbak, anak saya tak suruh mengaji di masjid, dan di rumah bapak nya yang mengajarkannya untuk sholat”. Pendapat yang sama di ungkapkan oleh “RS” selaku anak dari ibu “RS” : “ iya, orang tua selalu mengajarkan sholat dan mengaji mbak di rumah”. Berdasarkan penjabaran subjek-subjek diatas kita dapat mengetahui pendapat 3 keluarga dari orang tua “AT” dan anak “HS”, orang tua “A” dan anak “MA”, orang tua “RS” dan anak 51 “RS” yang mengajarkan sholat dan mengaji sejak dini. Sedangkan anak dari 3 keluarga yaitu anak “HS”, anak “MA”, dan anak “RS” membenarkan pendapat dari ke-3 orang tuanya bahwa sejak dini dilatih sholat dan mengaji sejak kecil. Peran orang tua sebagai pendidik dengan mengajarkan sopan santun dalam tutur kata dan berperilaku hal ini membuat remaja tidak melakukan kenakalan remaja kembali. Menurut pendapat ibu “AT” selaku orang tua dari anak “HS” menuturkan: “kalau saya ya jelas mengajarkan sopan santun mbak kepada anak saya, kalau tidak diajarkan sopan santun nanti anak saya mau jadi apa” Selaras dengan yang diungkapkan oleh “HS’ selaku anak dari ibu “AT” : “orang tua selalu mengajarkan sopan santun dalam berbicara dan juga dalam melakukan sesuatu dari sejak kecil, saya dulu pernah di marahin oleh orang tua karena berkata tidak sopan terhadap orang tua saya” Hal serupa diungkapkan oleh ibu “RS” selaku orang tua dari “RS”: “saya mengajarkan sopan santun mbak sama anak saya, anak saya sama orang yang lebih tua juga selalu menghormati”. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh “RS” selaku anak dari “RS”: “iya orang tua selalu mengajarkan banyak hal mengenai sopan santun dan bertata krama yang baik”. Didukung dengan pernyataan ibu “Y” selaku orang tua dari “SR”: “saya selalu mengajarkan sopan dan santun mbak sama