Faktor dari dalam diri sendiri

83 dan mencuri”. Senada yang diungkapkan oleh “SP” selaku tokoh masyarakat di Desa Gintungan: “ bentuk kenakalan remaja yang saya temui di desa Gintungan akhir-akhir ini adalah anak remaja yang kurang hormat ke orang tua, perkelahian dengan teman, merokok, dan di samping itu kenakalan remaja sekarang pada umumnya sudah menjurus ke tindakan kriminal seperti mencuri, tindakan asusila dan minum miras ”. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan “K” selaku tokoh masyarakat di Desa Gintungan: “kalau di desa Gintungan yang saya tau adalah pertemanan antara lawan jenis yang melebihi batas kewajaran atau bisa juga disebut tindakan asusila, tindakan perkelahian, pencurian juga pernah terjadi, bolos sekolah, merokok”. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “IW” dan “SR”, didukung dengan pendapat “SP” dan “K” pernah melakukan kenakalan remaja remaja yang kurang hormat ke orang tua, merokok, tindakan asusila, membolos sekolah, mencontek, berkelahi dan sampai tindakan kriminalitas mencuri, minum miras, melakukan seks bebas. Remaja tentunya mempunyai alasan mengapa mereka melakukan kenakalan remaja saat itu, banyak alasan remaja melakukan kenakalan remaja contohnya adalah untuk membela diri dan untuk mengikuti teman mereka. Hal yang sama juga diturturkan oleh “HS”: “kalau waktu saya berkelahi itu karena untuk membela diri tapi waktu saya membolos sekolah saya cuma ikut teman-teman untuk main ps mbak”. 84 Senada yang dikatakan oleh “RS”: “saya membolos sekolah diajak teman, kalau mencuri karena bersama-sama bersama teman saya jadinya saya ikut-ikut mencuri mbak”. Hal yang sama diungkapkan oleh “SR”: “jujur dulu waktu pertama kali saya membolos bersama teman-teman, tapi sekarang membolos menurut saya biasa, berkelahi saya terakhir kali berkelahi bersama saudara saya karena dia meludahi saya, pada awalnya bercandaan jadinya keterusan karena keterlauan mbak bercandanya, waktu itu saya diremas baju bagian leher dan saya membalas dengan memukul mbak, kalau mencuri saya disuruh sama teman saya” Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “RS, “SR” remaja melakukan kenakalan remaja dikarenakan berkelahi untuk membela diri, membolos ikut-ikutan temannya yang membolos, mencuri karena ikut-ikutan teman, dan membantah perintah orang tua dikarenakan keinginan sendiri. Setelah melakukan kenakalan remaja, remaja merasa bersalah dan menyesali tindakannya melakukan remaja. Hal yang sama diungkapkan oleh “HS”: “ya pernah timbul rasa menyesal mbak kenapa saya bisa sampai melakukan kenakalan tersebut, tapi sudah terlanjur mau bagaimana lagi”. Senada dengan yang dikatakan oleh “SR”: “saya merasa bersalah dan sebenarnya takut tapi kepepet yaudah mbak”. Diperkuat dengan pernyataan oleh “IW”: “iya sebenarnya saya sedih mbak kenapa saya bisa melakukan kenakalan remaja”. 85 Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “RS, “IW” setelah melakukan kesalahan merasa menyesal karena melakukan kenakalan remaja, ibarat nasi sudah menjadi bubur kalau penyesalan di akhir tiada guna. Seharusnya remaja sadar akan tindakannya akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Ketika melangkah harus dipertimbangkan terlebih dahulu, bisa memilah yang baik dan benar.

b. Faktor rumah tangga

Faktor rumah tangga juga dapat mempengaruhi anak melakukan kenakalan remaja. Keluarga yang sering bermasalah akan berdampak pada kondisi remaja itu sendiri. Masalah keluarga bisa dikarenakan ekonomi keluarga yang sedang morat-marit, salah satu dari orang tua mempunyai teman wanita atau teman pria. Seperti yang diungkapkan oleh “HS” berpendapat bahwa: “masalah keluarga saya di rumah ada pertengkaran orang tua karena ekonomi keluarga saya memang kurang, ketimbang ekonomi keluarga yang lain, kalau mereka lagi cekcok saya tinggal pergi”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “RS”: “iya mbak punya, bapak dan ibu suka bertengkar karena ibu saya tidak pernah mengurusi keluarga sendiri, malah asik main dengan tetangga, dan ibu saya sepertinya punya teman laki-laki lain, jujur ya mbak saya itu tau semua mengenai ibu saya, tapi saya diam saja karena malas mendengarkan keluarga saya bertengkar terus”. 86 Senada juga yang dikatakan oleh MA: “iya ada mbak ada dulu ayah saya sebelum meninggal bekerja di Jakarta tapi sudah di PHK jadi sekarang ayah saya tidak punya pekerjaan dan apalagi sekarang ditambah ayah saya sudah meninggal dinia, jadi tidak ada yang mencari nafkah keluarga ”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “K” tokoh masyarakat Desa Gintungan : “yang menjadi faktor remaja di Desa Gintungan adalah faktor dari lingkungan keluarga mereka melakukan kenakalan remaja adalah orang tua sibuk dengan pekerjaanya sehingga ketika di rumah sudah capek untuk memperhatikan dan memantau perkembangan anaknya di rumah”. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “RS, “MA” dan didukung dengan pernyataan “K” selaku tokoh masyarakat di rumah sering terjadi masalah dalam keluarga dikarenakan ekonomi orang tua yang sedang naik turun, masalah orang tua yang mempunyai idaman lain dan karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga ketika di rumah sudah capek untuk memperhatikan dan memantau perkembangan anaknya di rumah . Masalah seperti inilah yang membuat remaja enggan untuk betah berada di rumah. Remaja merasa jenuh memikirkan orang tuanya ribut di rumah. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh “RS” berpendapat: “iya kadang kalau lagi ribut di rumah, saya pergi dengan teman-teman untuk sekedar merokok dan minum-minuman keras”. Sependapat dengan yang dikatakan 87 oleh “IW”: “iya mbak jelas berpengaruh terhadap saya anaknya, kalau sudah bertengkar sampai terdengar sampai rumah tetangga”. Senada dengan yang dikatakan “MA” mengatakan: “karena tidak ada papah dan di rumah cuma sama saya dan adik orang tua pasti marah sama saya, iya mbak kadang-kadang karena bingung dan sedih jadi ya gimana lagi”. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “RS”, “IW, “MA” masalah keluarga mempengaruhi anak untuk melakukan kenakalan remaja sehingga anak enggan berada di rumah. Hubungan anggota keluarga juga harus di jaga untuk menjaga keharmonisan di dalam keluarga. Seperti yang dikatakan “HS”: “hubungan saya dengan orang tua di rumah baik-baik saja mbak kadang saya suka dimarahin oleh orang tua ketika saya melakukan kesalahan dan nanti juga baik kembali”. Sama halnya yang dikatakan oleh “SR”: “saya dengan keluarga tidak ada masalah mbak baik-baik saja, orang tua baik kepada saya”. Sependapat dengan yang dikatakan oleh “SR”: “hubungan saya dengan keluarga baik-baik saja tapi kadang tidak betah di rumah selalu terkena marah sama orang tua mangkanya saya tidak betah lama-lama di rumah”. Dari data di atas dapat ditarik 88 kesimpulan bahwa “RS”, “IW, “MA” mempunyai hubungan yang baik kepada keluarga. Kesibukan orang tua juga membuat remaja juga menyibukkan diri sendiri. Orang tua sibuk bekerja sampai lupa tugas sebenarnya orang tua mendididik dan membimbing anaknya. Sama halnya yang dikatakan oleh “HS”: “iya mbak, ibu saya bekerja sebagai PRT berangkat jam 7 pagi pulang jam 5 sore”. Senada yang dikatakan oleh “RS”: “sedikit sibuk mbak karena kadang kerja nya memakai shift kadang pagi kadang sore, kalau pagi dari jam 7 sampai jam 2 sore dan kalau sore dari jam 2 sore sampai jam 9 malam”. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh “IW”: “sibuk sekali mbak. Ibu saya pekerjaannya sebagai pedagang sayuran di pasar berangkat pagi jam 4 pagi untuk berbelanja sayuran untuk dijual kembali sampai kadang- kadang pulang jam 1 siang ketika sampai rumah kadang sudah capek dan istirahat kadang juga masih berbelanja kembali di pasar untuk membeli barang-barang yang sudah habis dijual” Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “RS, “IW” orang tuanya sibuk bekerja berangkat pagi pulang sore.

c. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat dapat juga menyebabkan terjadinya kenakalan remaja faktor dari lingkungan tempat bermain anak yang kurang baik dan teman di lingkungan anak yang kurang