68
anak dari “A”: “tentu pernah mbak karena saya tinggal hanya bersama ibu saya, ayah saya baru meninggal dunia 2 tahun yang
lalu”. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “AT”
selaku orang tua dari anak “HS”, “RS” selaku orang tua dari anak “RS”, “A” selaku orang tua dari anak “MA” orang tua
pernah berdialog yang hangat dan akrab kepada anaknya selepas sholat magrib dan sedang menonton tv bersama. Data yang sama
juga diperoleh dari “HS” selaku anak dari ibu “AT”, “RS” selaku anak dari ibu “RS” dan “MA” selaku anak dari ibu “A”
berdialog yang hangat dengan orang tua. Bila anak merasa aman bersama orang tua anak akan
berbagi cerita mengenai dirinya sendiri, bertukar fikiran mengenai jalan keluar tentang masalah yang sedang dihadapi.
Sikap orang tua seharusnya mendengarkan yang ingin diceritakan oleh anaknya. Menurut “AT” orang tua dari anak
“HS”: “sikap saya sebagai orang tua, mencari jalan keluar dari masalah anaknya”. Senada dengan “HS” anak dari orang tua “
AT”: “sikap orang tua ketika saya mengungkapkan masalah pasti saya ditanya sedetail mungkin dan paling-paling saya
terkena marah walaupun akhirnya dicarikan jalan keluar yang terbaik”.
69
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh “RS” selaku orang tua dari anak “RS” : “ya saya bertanya tentang
masalahnya apa mbak dan kita cari solusi bersama, menanyakan apakah perlu campur tangan orang tua atau tidak dalam masalah
tersebut”. Hal yang sama juga dikatakan oleh “sikap orang tua saya pasti berusaha membujuk saya untuk terus menceritakan
masalah kepada orang tua dan mencarikan solusi bersama agar masalah cepat selesai”.
Diperkuat dengan pernyataan “S” selaku orang tua dari “IW” bahwa: “saya mencoba bertanya apa masalahnya dan
dicarikan solusi yang terbaik”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “IW” selaku anak dari ibu “S” berpendapat:
“ditanggapi dengan sewajarnya ketika orang punya masalah, tapi kalau sudah tau masalah saya dan itu
kesalahan saya, saya pasti terkena marah oleh orang tua dan saya terkadang disuruh untuk mencari jalan keluarnya
sendiri kalau belum ketemu baru saya diberikan jalan keluar oleh orang tua saya”.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan “AT” selaku orang tua dari anak “HS”, “RS” selaku orang tua dari anak
“RS”, “S” selaku orang tua dari anak “IW” sikap orang tua ketika anak mengungkapkan masalahnya yaitu menanyakan
yang apa yang menjadi masalah anaknya dan mencari jalan keluar yang terbaik untuk anaknya. Data yang sama juga
diperoleh dari “HS” selaku anak dari ibu “AT”, “RS” selaku
70
anak dari ibu “RS” dan “IW” selaku anak dari ibu “S” sikap orang tua pasti berusaha membujuk untuk menceritakan masalah
saya kepada orang tua tetapi orang tua juga memarahi anaknya ketika anaknya melakukan kesalahan.
f. Peran sebagai konselor
Pada diri remaja masih bimbang dalam mengambil keputusan tugas orang tua adalah memberi nasehat kepada
anaknya untuk tidak berbuat kenakalan remaja. Sependapat dengan “AT” orang tua dari “HS”: “jelas mbak saya nasehati
demi lebih baik kedepannya, dinasehati setiap hari saja anak saya bisa melakukan kenakalan remaja apalagi tidak dinasehati
setiap hari mau dibilang cerewet juga demi anak”. Senada dengan “HS” anak dari orang tua “AT”: “saya diberikan nasehat
kepada orang tua ketika saya melakukan kenakalan remaja”. Hal ini juga dipertegas dengan pendapat “S” selaku orang
tua dari anak “IW”: iya saya menasehati anak saya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Hal senada juga disampaikan
oleh “IW” selaku anak dari orang tua “S”: “saya dinasehati supaya saya tidak kembali melakukan kenakalan remaja, tapi
saya cuma diam dan mengiyakan saja apa kemauan dari orang tua saya”.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh “Y” selaku orang tua dari “SR”: “iyalah mbak sudah menjadi tanggung
71
jawab saya sebagai orang tua untuk menasehati anak”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “SR” selaku anak dari “Y”: “orang
tua saya menasehati saya sebelum atau sesudah melakukan remaja maksud dan tujuan agar saya tidak melakukan dan takut
untuk melakukan kenakalan remaja. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “AT”
selaku orang tua dari anak “HS”, “RS” selaku orang tua dari anak “RS”, “Y” selaku orang tua dari anak “SR” sudah menjadi
tanggung jawab orang tua untuk selalu menasehati anaknya ketika melakukan kenakalan remaja. Data yang sama juga
diperoleh dari “HS” selaku anak dari ibu “AT”, “RS” selaku anak dari ibu “RS” dan “SR” selaku anak dari ibu “IW” ” diberi
nasehat setelah anak melakukan kenakalan remaja agar tidak mengulangi kenakalan remaja tersebut.
Hukuman juga diperlukan untuk memberikan efek jera terhadap anak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Orang tua juga harus cerdas memberikan hukuman yang cocok bagi anak remajanya. Sependapat dengan “S” selaku orang tua
dari “IW”: “iya kalau anak saya melakukan kenakalan remaja anak saya hukum agar tidak mengulangi kenakalan remaja lagi,
saya hukum tidak saya kasih uang jajan untuk pergi ke sekolah”. Hal senada juga diungkapkan oleh “IW” selaku orang tua dari
“S”: “pernah mbak, saya waktu itu di hukum tidak diberikan
72
uang saku ke sekolah rasanya itu marah karena saya ke sekolah tidak jajan sama sekali, saya mau minta ke orang tua malu
karena saya ketahuan melakukan kenakalan remaja”. Hal yang sama juga dikatakan oleh “A” selaku orang tua
dari “MA”: “iya saya pernah menghukum tapi sewajarnya saja mbak dengan mendiamkan anak saya”. Senada juga dikatakan
oleh “MA” selaku anak dari orang tua “A”: “pernah, dan biasanya saya hanya didiamkan sebentar mbak”.
Pendapat yang sama juga dituturkan oleh “Y” selaku orang tua dari anak “SR”: “iya saya pernah mbak menghukum anak
saya dengan menyuruhnya keluar dari rumah dan mengunci pintu rumah”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “SR”
selaku anak dari orang tua “Y”: “pernah, orang tua saya menghukum saya dengan tidak sama sekali menyapa dan
menyuruh untuk keluar dari rumah dan mengunci rumah. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “S” selaku
orang tua dari anak “IW”, “A” selaku orang tua dari anak “MA”, “Y” selaku orang tua dari anak “SR” pernah menghukum
anaknya dengan cara mendiamkan anaknya, tidak memberikan uang saku, menutup pintu. Data yang sama juga diperoleh dari
“IW” selaku anak dari ibu “S”, “MA” selaku anak dari ibu “A” dan “SR” selaku anak dari ibu “Y” pernah dihukum oleh orang
tua ketika telah melakukan kesalahan, berbagai macam
73
hukuman orang tua ke anaknya contohnya tidak memberikan uang saku, tidak menyapa, dan mengunci pintu rumah agar anak
sadar atas kesalahannya”. Peran orang tua melihat anaknya sedang ada permasalahan
yang dihadapi adalah menanyakan permasalahan apa yang sedang dihadapi, dan mencari jalan keluar bersama-sama.
Seperti yang diungkapkan oleh “AT” selaku orang tua dari “HR” berpendapat bahwa:
“saya tanyakan terlebih dahulu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri atau saya bantu, kalau saya disuruh
membantu saya tanyakan masalah yang dialami anak saya apa dan saya berikan solusi yang terbaik untuk anak saya”.
Hal yang sama juga dituturkan oleh “HR” selaku orang tua dari “AT” berpendapat bahwa:
“kalau saya ada masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri dan orang tua mengetahui permasalahan saya pasti
orang tua bicara dengan saya dan menanyakan permasalahan apa yang terjadi, penyebabnya terjadi
permasalahan tersebut apa, baru memberikan jalan keluar dari permasalahan yang saya hadapi”
Senada dengan yang dikatakan oleh “S” selaku orang tua dari “IW”: “mendengar cerita dari akar permasalahannya
terlebih dahulu baru dapat memberikan jalan keluar”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “IW” selaku anak dari orang tua
“S” berpendapat bahwa: “biasanya orang tua bertannya ketika saya mempunyai masalah, dan orang tua memberikan
pendapatnya untuk menyelesaikan permasalahan saya”.