Peran sebagai pendorong Hasil Penelitian

56 diri saat menghadapi masalah, sewaktu dia harus menentukan bagaimana cara mencari jalan keluar atas permasalahan itu sendiri. Seperti disampaikan oleh “IW” anak dari ibu “S”: kalau sejak dini memang iya mbak, soalnya saya harus percaya diri ketika menghadapi masalah dan harus menyelesaikan masalah saya secara sendiri terlebih dahulu. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orang tua “AT”, orang tua “RS”, dan orang tua “S” sudah menanamkan kepercayaan diri sejak kecil saat menghadapi masalah sejak dini agar dapat mencari jalan keluar atas permasalahan itu sendiri dan tercipta kemandirian. Pendapat anak “HS” sejak dini sudah ditanamkan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah dan anak “RS” dan anak “S” sejak dini sudah ditanamkan rasa kepercaya dirian dalam menghadapi masalah . Dengan ditanamkan kepercayaan diri sejak kecil melatih anak mencari jalan keluar masalah sendiri. Orang tua tidak membela kesalahan yang diperbuat oleh anaknya karena akan membuat anak merasa tidak bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Seperti yang dikatakan ibu “AT” selaku orang tua “HS”: “saya tidak pernah membela kalau anak saya melakukan kesalahan”. Tidak senada yang dikatakan oleh “HS” selaku anak dari orang tua “AT” mengatakan bahwa: “saya tidak 57 selalu dibela oleh orang tua saya, apalagi ketika saya melakukan kesalahan orang tua tidak akan membela saya”. Ibu “S” selaku orang tua dari anak “IW” menyatakan: “tidak pernah saya bela anak saya mbak kalau dia melakukan kesalahan”. Hal ini senada yang dikatakan oleh “IW” selaku anak dari orang tua “S”: “tidak mbak, orang tua saya tidak pernah membela ketika melakukan kesalahan, tapi kalau saya benar pasti di bela oleh orang tua”. Menurut ibu “Y” selaku orang tua dari anak “SR”: “jelas tidak saya bela ketika anak saya melakukan kesalahan”. Tidak senada dengan yang dikatakan oleh “SR” selaku anak dari orang tua dari “Y”: “tidak benar mbak orang tua saya tidak selalu membela ketika saya sedang melakukan kesalahan, saya malahan terkena marah sama orang tua saya”. Berdasarkan data dari hasil wawancara oleh ibu “AT”, ibu “S”, dan ibu “Y” dapat diketahui bahwa orang tua tidak pernah membela anaknya ketika melakukan kesalahan dari anaknya. Hal ini sama yang dengan hasil wawancara oleh “HS”,“IW” dan “SR” tidak pernah membela anaknya ketika melakukan kesalahan tetapi jika melakukan kebenaran pasti akan dibela oleh orang tuanya. 58

c. Peran sebagai panutan

Remaja memerlukan panutan di lingkungannya, lingkungan terdekat remaja adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah pertama kalinya remaja terbentuk, maka sangatlah penting panutan dalam lingkungan nya tersebut. Di lingkungan keluarga orang tua berperan sangat penting bagi anak karena apa yang dilakukan oleh orang tua anak akan meniru yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari ibu “RS” selaku orang tua dari anak “RS” yakni: “anak saya meniru apa yang dilakukan orang tuanya jadi secara tidak langsung saya menjadi panutan oleh anak saya”. Hal ini diperkuat oleh anak “RS” dengan menyatakan bahwa: “iya setiap hari yang menjadi panutan dan teladan ya orang tua, orang tua selalu memberikan contoh yang baik untuk saya agar saya menjadi orang yang baik”. Hal yang tidak sama diungkapkan oleh “S” selaku orang tua “IW” menyatakan: “tugas seorang tua seharusnya adalah memberi contoh yang baik bagi anaknya, tapi pada kenyataannya saya kerja dipasar dari pagi jam 4 pulang jam 12 siang jadi saya bukan teladan yang baik bagi anak saya karena saya belum bisa memberikan contoh dan teladan di rumah untuk membimbing dan mengontrol anak saya”. Diperkuat dengan pernyataan “IW” anak dari ibu “S” mengatakan: 59 “selain orang tua saya sibuk ke pasar, sepulangnya orang tua dari pasar saya disuruh untuk belajar tapi orang tua menonton tv, ketika saya disuruh untuk sholat sedangkan orang tua belom sholat” Seperti yang diungkapkan oleh “Y” selaku orang tua dari anak “SR”: “kalau teladan untuk anak saya, sepertinya memang belum sepenuhnya sebagai teladan tapi saya berusaha anak saya menjadi patuh kepada saya dan menjadikan saya panutan bagi dirinya” Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh “SR” selaku anak dari ibu “Y” menyatakan bahwa: “iya orang tua panutan dan teladan untuk saya”. Data hasil penelitian wawancara yang peneliti lakukan pada ibu “RS” dirumah orang tua adalah panutan dan teladan bagi anak-anaknya, ibu “S”, dan ibu “Y” orang tua belum sebagai panutan atau teladan untuk anak, walaupun orang tua berusaha untuk menjadi teladan dan panutan bagi anaknya. Hasil wawancara dari anak “RS” orang tua adalah panutan dan teladan bagi anak, anak “IW” dan anak “Y” orang tua belum bisa menjadi panutan dan teladan bagi anak. Orang tua seharusnya memberikan contoh yang baik di rumah maupun di luar rumah. Orang tua perlu menjalankan berbagai nilai-nilai dalam agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh “AT” selaku ibu 60 dari anak “HS”: “iya mbak kadang-kadang suka sholat berjamaah, tapi banyak tidaknya ketimbang menjalankannya, soalnya saya sibuk kerja berangkat jam 7 pulang jam 5”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “HS” selaku anak ibu “AT”: “saya selalu beribadah dengan ibu dan mbak saya, karena bapak jarang untuk sholat”. Menurut ibu “A” selaku orang tua dari “MA” berpendapat bahwa: “kalau untuk rutin memang tidak pernah mbak kami beribadah bersama-sama di rumah, tapi kalau sesekali memang pernah, kembali lagi karena saya sibuk bekerja untuk mencari nafkah keluarga, pulang rumah sudah capek kalau mau menyuruh-nyuruh” Hal yang serupa diungkapkan oleh “MA” selaku anak dari ibu “A”: “jarang mbak untuk beribadah bersama-sama karena orang tua mempunyai kesibukan sendiri”. Senada juga diungkapkan oleh ibu “Y” selaku orang tua dari “SR”: “saya tidak pernah beribadah bersama-sama anak saya, saya inginnya seperti itu tapi belum kesampaian dari dulu”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “SR” selaku anak dari orang tua “Y”: “tidak pernah sama sekali saya beribadah bersama orang tua di rumah”. Data hasil dari penelitian menyatakan bahwa ibu “AT” dan ibu “A”, orang tua jarang selalu beribadah bersama-sama di rumah karena orang tua sibuk bekerja. ibu “Y” tidak pernah 61 beribadah bersama-sama di rumah walaupun sebenarnya orang tua menginginkan beribadah bersama-sama. Kesimpulan dari data anak “HS” selalu melakukan ibadah bersama-sama orang tua ketika di rumah, anak “MA” jarang untuk melakukan beribadah bersama-sama ketika di rumah dan anak “SR” tidak selalu melakukan kegiatan ibadah bersama-sama ketika di rumah.

d. Peran sebagai pengawas

Kewajiban orang tua untuk mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawa mereka dalam kenakalan remaja. Seperti yang diungkapkan oleh “RS” selaku orang tua anak “RS”: “tidak selalu bisa mengawasi terus mbak karena di luar rumah anak saya susah di pantau”. Hal ini juga disampaikan oleh “RS” selaku anak dari orang tua “RS”: “orang tua mengawasi saya ketika di luar rumah tapi karena saya tidak meminta izin saat keluar rumah mungkin orang tua susah mengawasi saya di luar rumah”. Hal serupa juga dikatakan oleh “A” orang tua dari anak “MA”: “saya kadang sempat mengawasi tapi kadang ya tidak sempat saya awasi”. Hal senada juga dikatakan oleh “MA” selaku anak dari orang tua “A”: “iya mbak orang tua mengawasi