78
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “AT” selaku orang tua dari anak “HS” dan “Y” selaku orang tua dari
anak “SR” anak belum bisa bercerita secara terbuka mengenai masalah yang dihadapinya. Dari data di atas juga dapat
disimpulkan bahwa “HS” selaku anak dari ibu “AT” dan “SR” selaku anak dari ibu “Y anak belum bisa bercerita secara terbuka
mengenai masalah yang dihadapinya. “RS” selaku orang tua dari anak “RS” dan “RS” selaku anak dari ibu “RS” sudah bisa
bercerita secara terbuka mengenai masalah yang dihadapinya. Orang tua menjalin komunikasi dengan anaknya, biasanya
komunikasi tersebut terbentuk dengan menanyakan pertanyaan secara tidak langsung tetapi mempunyai maksud dan tujuan
tertentu dari pertanyaan tertentu. Sama halnya dengan yang dikatakan oleh “AT” selaku orang tua dari “HS” berpendapat
bahwa: “bentuk komunikasi yang saya lakukan kepada anak saya
ya seperti orang tua dan anak-anak lainnya dengan menanyakan hal-hal yang harus ditanyakan kepada anaknya
seperti menanyakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari”.
Pendapat yang sama juga di tuturkan oleh “HS” selaku anak dari orang tua “AT”:
“bentuk komunikasi yang saya lakukan dengan orang tua ya berawal dengan komunikasi seperti biasanya di rumah
dan menyambung komunikasi kegiatan di sekolah bagaimana”.
79
Hal yang senada juga diungkapkan oleh “RS” selaku orang tua dari anak “RS”:
“komunikasi sama anak saya dilakukan ketika saya dengan anak saya lagi santai melihat tv dan melakukan percakapan-
percakapan kecil yang dilanjutkan dengan percakapan yang serius melakukan komunikasi”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh “RS” selaku anak dari orang tua “RS”:
“komunikasi yang saya lakukan dengan orang tua adalah komunikasi antara anak dan orang tua, ketika orang tua
memberikan banyak pertanyaan mengenai kegiatan sehari di rumah”.
Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan “A” selaku orang tua dari “MA”:
“komunikasi yang saya lakukan dengan orang tua adalah komunikasi antara anak dan orang tua, ketika orang tua
memberikan banyak pertanyaan mengenai kegiatan sehari di rumah”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh “MA” selaku orang tua dari “A”: “bentuknya ya komunikasi 2 arah orang tua bertanya
ya saya menjawab, seperti itu saja mbak.” Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “AT”
selaku orang tua dari anak “HS”, “RS” selaku orang tua dari anak “RS”, “A” selaku orang tua dari anak “MA”, melakukan
komunikasi kepada anak dari percakapan kecil atau sederhana menjadi percakapan yang serius, bicara selayaknya orang tua
dan anak. Dari data di atas juga dapat disimpulkan bahwa “HS” selaku anak dari ibu “AT”, “RS” selaku anak dari ibu “RS” dan
80
“MA” selaku anak dari ibu “A” melakukan komunikasi 2 arah kepada orang tua, menanyakan kegiatan sehari-hari anak.
2. Faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja di Desa Gintungan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo
Faktor yang menyebabkan kenakalan remaja di Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo adalah faktor dari dalam
diri sendiri. Faktor rumah tangga. Faktor masyarakat dan faktor dari sekolah.
a. Faktor dari dalam diri sendiri
Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja adalah faktor dari dalam diri sendiri. Remaja seringkali
belum bisa membedakan hal baik dan buruk, sehingga terjerumus ke dalamkenakalan remaja. Seperti yang dikatakan
oleh “HS ”: “kadang-kadang saya atas kemauan sendiri tapi kadang-kadang diajak teman”.
Senada yang dikatakan oleh “SR”: “tidak tentu mbak kadang kemauan saya sendiri kadang teman saya sekelaspun
mengajak saya contohnya kemarin waktu saya melakukan kenakalan saat sepulang sekolah mencuri tapi juga bersama
teman-teman”. Menurut pendapat “RS”: “iya mbak atas kemauan saya sendiri melakukan kenakalan remaja tapi kalau
teman mengajak saya untuk iseng tapi termasuk kenakalan
81
remaja saya ikut saja”. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh “SP” selaku tokoh masyarakat Desa Gintungan:
“yang menjadi faktor remaja di Desa Gintungan melakukan kenakalan remaja adalah bisa faktor dari diri sendiri dan
faktor dari luar diri remaja tersebut, kalau remaja mempunyai benteng yang kuat di dalam dirinya ada
pengaruh apapun dari luar tidak akan terpengaruh sama sekali, contohnya dengan kemajuan teknologi yang
sekarang gampang mengakses internet, hal itu tentunya mempunyai dampak positif dan negatif bagi remaja itu
sendiri, dan sekarang banyak remaja tentunya sudah mempunyai smartphone tanpa adanya pengawasan dari
orang tua itu juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “SR” dan didukung “SP” selaku tokoh masyarakat Desa
Gintungan remaja melakukan kenakalan di Desa Gintungan atas kemauan dari diri sendiri dan masih juga terpengaruh dengan
rayuan temannya, sedangkan “RS” melakukan kenakalan remaja atas kemauan diri sendiri.
Remaja mempunyai kontrol diri yang lemah untuk menahan agar tidak melakukan kenakalan remaja, apalagi kalau
sudah teman-teman yang menyuruh untuk melakukan hal tersebut, demi alasan pertemanan remaja pasti akan melakukan.
Senada dengan yang dikatakan “HS”: “iya mbak, kalau saya dibuat marah pasti kontrol diri saya akan melemah, ataupun saya
sudah dibujuk oleh rayuan teman, sehingga saya sudah tidak bisa menolak”
82
Hal yang sama juga dikatakan oleh “IW”: “iya mbak, kontrol diri saya memang lemah walaupun saya tau kalau
perbuatan tersebut adalah kenakalan remaja saya tetap masih melakukannya”. Pendapat yang sama juga dituturkan oleh “iya,
kontrol diri saya memang lemah soalnya kalau sudah menyangkut pertemanan saya sudah tidak bisa menghilangkan
rasa pertemanan itu, walaupun menyesatkan tetap saya jalani”. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”,
“IW, “SR” remaja mempunyai kontrol diri yang lemah saat sedang marah ataupun dibuat marah dan rayuan teman adalah
senjata utama menjadi alasan saya melakukan apapun. Kenakalan remaja yang anak remaja perbuat adalah
merokok, membolos sekolah, berkelahi, minum-minuman keras, mencontek dan yang sudah masuk kriminalitas adalah seks
bebas. Hal ini sama yang telah disampaikan oleh “HS”: “pernah berkelahi bersama teman dengan pemukulan, membolos
sekolah, mencoba miras juga pernah, berbohong”. Senada yang telah diungkapkan oleh “IW”: “membolos di sekolah, dulu saya
pernah mencuri buah semangka bersama teman dan pernah coba seks bebas”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh “SR”: “pernah berkelahi bersama teman dengan pemukulan, membolos sekolah
83
dan mencuri”. Senada yang diungkapkan oleh “SP” selaku tokoh masyarakat di Desa Gintungan:
“ bentuk kenakalan remaja yang saya temui di desa
Gintungan akhir-akhir ini adalah anak remaja yang kurang hormat ke orang tua, perkelahian dengan teman, merokok,
dan di samping itu kenakalan remaja sekarang pada umumnya sudah menjurus ke tindakan kriminal seperti
mencuri, tindakan asusila dan minum miras
”. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan “K” selaku tokoh
masyarakat di Desa Gintungan: “kalau di desa Gintungan yang saya tau adalah pertemanan
antara lawan jenis yang melebihi batas kewajaran atau bisa juga disebut tindakan asusila, tindakan perkelahian,
pencurian juga pernah terjadi, bolos sekolah, merokok”.
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “HS”, “IW” dan “SR”, didukung dengan pendapat “SP” dan “K”
pernah melakukan kenakalan remaja remaja yang kurang hormat ke orang tua, merokok, tindakan asusila, membolos sekolah,
mencontek, berkelahi dan sampai tindakan kriminalitas mencuri, minum miras, melakukan seks bebas.
Remaja tentunya mempunyai alasan mengapa mereka melakukan kenakalan remaja saat itu, banyak alasan remaja
melakukan kenakalan remaja contohnya adalah untuk membela diri dan untuk mengikuti teman mereka. Hal yang sama juga
diturturkan oleh “HS”: “kalau waktu saya berkelahi itu karena untuk membela diri tapi waktu saya membolos sekolah saya
cuma ikut teman-teman untuk main ps mbak”.