Kelemahan Role Playing Tinjauan tentang Role Playing Bermain Peran
34
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, artinya pada masa ini remaja berusaha mencari identitas agar berbeda dengan yang
lain. Namun, pada beberapa kasus remaja ini juga mengalami krisis identitas.
5. Usia bermasalah, artinya ketika mengalami masalah, remaja mulai menyelesaikannya secara mandiri. Mereka menolak bantuan dari
orang tua dan guru lagi. 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan kekuatankesulitan.
Artinya pada masa remaja sering timbul pandangan yang bersifat negatif. Hal ini mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya, sehingga sulit melakukan peralihan menuju dewasa.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Pada masa ini remaja cenderung memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya. Hal ini menyebabkan emosi meninggi dan mudah marah bila yang
diinginkan tidak terpenuhi. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Pada masa ini remaja
sulit untuk meninggalkan usia belasan tahunnya. Mereka belum cukup berperilaku sebagai orang dewasa, oleh karena itu mereka
mulai berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara berpakaian, merokok dll, yang dipandang dapat memberikan citra
yang diinginkannya
35
Andi Mappiare 1982: 32 menyebutkan ciri-ciri remaja awal sebagai berikut:
1. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi 2. Sikap dan moral yang menonjol pada masa akhir remaja awal
3. Pada masa remaja awal kemampuan mental dan kemampuan
berpikir mulai sempurna 4. Status remaja awal yang sulit ditentukan
5. Remaja awal mengalami banyak masalah 6. Masa remaja awal adalah masa yang kritis.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja usia SMP yang berkisar antara usia 12-17 tahun termasuk remaja awal
yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu memiliki perasaan dan emosi yang tidak menentu. Dari hal tersebut dapat mempengaruhi
hubungan didalam kelompok sosialnya. Kecenderungan emosi yang masih labil, membuat hubungan remaja dalam kelompok ikut labil
juga. Baik keinginan remaja yang masih berubah-ubah tidak menentu dan juga perasaan yang belum menentu pula. Karena apapun yang
terjadi ketika remaja dalam kelompoknya akan berdampak langsung pada fisik dan psikologis serta sikap dan perilakunya di lingkungan
sosialnya. Peningkatan kohesivitas kelompok ini diperlukan agar siswa dapat menjalin interaksi dengan baik di dalam kelompoknya.
Diharapkan melalui peningkatan kohesivitas kelompok, remaja tidak melakukan perbuatan yang merugikan bagi dirinya dan orang lain.