24
d. Mampu mengungkapkan hal-hal yang lebih pribadi. Keterbukaan akan mudah terjalin pada kelompok yang kohesif bahkan
mungkin pada masalah atau hal-hal yang bersifat pribadi. Jika hal itu sebuah masalah, maka anggota yang lain akan membantu, atau
paling tidak mampu menjaga rahasia. e. Lebih mampu mengekspresikan perasaan-perasaan negatif dan
mengikuti norma-norma kelompok. Jika dalam kelompok salah satu anggotanya ada yang merasa kurang cocok dengan sikap atau
keputusan, ia langsung menyampaikannya di depan forum. Tentu saja dengan cara yang bijak dan sopan. Dengan demikian semua
aspirasi dapat tersampaikan. f. Lebih mempunyai keinginan dan usaha untuk mempengaruhi
anggota lain. Dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok yang
mempunyai kohesivitas
tinggi, mampu
melanjutkan keanggotaannya dalam kelompok lebih lama. Anggota kelompok
yang kohesif akan bertahan lebih lama dibanding dengan kelompok yang tidak kohesif.
B. Tinjauan tentang Role Playing Bermain Peran
1. Pengertian Role Playing Bermain Peran
Andang Ismail 2006: 15 menjelaskan bahwa bermain peran adalah suatu jenis simulasi yang umumnya digunakan untuk
pendidikan sosial dan hubungan antar sesama. Pada dasarnya, bermain
25
memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain menurut pengertian yang pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktifitas
bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang dan kalah play. Sedangkan yang kedua disebut sebagai aktivitas bermain
yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya menang dan kalah game. Pada
dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan. Sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan
penyegaran kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan. Peran role bisa diartikan sebagai cara seseorang
berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Role Playing merupakan suatu tindakan pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan disertai
diskusi tentang peran didalamnya untuk mencapai tujuan bersama. Teknik role playing bermain peran adalah teknik
pembelajaran yang didalamnya menampakan adanya perilaku pura- pura dari siswa yang terlihat atau peniruan atau situasi dari tokoh-
tokoh sedemikan rupa. Dengan demikian teknik bermain peran adalah teknik yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan
perantokoh yang terlibat dalam pengalaman kehidupan sehari-hari Bruce Joyce, 2009: 270.
Bermain peran role playing menurut Made Pidarta 1990: 81 adalah melakukan permainan dengan peran tertentu, misalnya peran
sebagai orang tua, sebagai siswa, sebagai guru dan sebagainya yang
26
sedang melakukan kegiatan tertentu. Bermain peran role playing ini dapat dipakai sebagai metode belajar mengajar di sekolah maupun
perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan dalam bermain peran adalah meminta anak atau siswa melaksanakan peran tertentu yang
sudah ditetapkan. Hisyam Zaeni, dkk 2002: 92 mengungkapkan bahwa role
playing adalah suatu aktivitas pembelajaran yang terencana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role Playing
berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari. Aspek utama tersebut adalah:
a. Mengambil peran role-taking, yaitu tekanan ekspektasi- ekspektasi sosial terhadap pemegang peran. Contoh: berdasar
pada hubungan keluarga apa yang harus dikerjakan anak perempuan, atau berdasar tugas jabatan bagaimana agen polisi
harus bertindak, dalam situasi-situasi sosial. b. Membuat peran role-making yaitu kemampuan pemegang peran
untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu
diperlukan. c. Tawar-menawar peran role-negotiation, yaitu tingkat dimana
peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran-peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.